Happy reading.
Setelah pesanan mereka datang, keempatnya langsung menyantap makanannya masing-masing tanpa ada pembicaraan.Rara, Salsa, Vika dan Septia tampak menikmati semangkok mie ayam dengan khidmat. Dikira upacara kalik ya khidmat segala. Author bercanda.
"Lo berdua ngomongin apa sih tadi heboh banget kayaknya? " ucap Salsa pada Vika dan Rara, karena tadi ia sempat melihat mereka berdua mengobrol dan Vika kelihatan heboh sekali.
"Gpp ,kepo banget sih lo" balas Vika
"Iss lo mah gak asik. Ra, tadi ngomongin apa sama Vika? " tanya nya lagi pada Rara karena ia sudah sangat kepo.
"Tanya aja deh sama Vika" ujar Rara , lalu ia meminum es tehnya.
"Vik, lo ngomongin apaan sih sama Rara. Gue kepo banget nih. Kasih tau napa" desak Salsa membuat Vika memutar bola matanya malas. Mengganggu saja temannya yang satu ini.
"Oke gue kasih tau, tapi lo nggak usah teriak-teriak ya karena gue yakin lo bakalan kaget" ucap Vika, namun ia juga memperingati kepada Salsa agar temannya tidak teriak-teriak. Karena ia tau kalau sahabatnya ini suka sekali teriak-teriak kayak toa masjid.
"Ck iya-iya, apaan dah. Gak usah bikin gue makin penasaran" desak Salsa karena ia sudah penasaran.
"Lo tau kan kak Zidan sama kak Bagas? tanya Vika pada Salsa, yang ditanya pun hanya menganggukkan kepalanya saja.
" Ternyata mereka berdua abang sepupunya Rara"lanjut Vika
"Apa" teriak Salsa membuat semua yang ada di kantin menoleh ke arah meja yang ditempatinya. Ucapan Vika barusan membuat Salsa kaget, bukan hanya Salsa namun Septia pun juga kaget sampai-sampai ia tersedak es batu yang ada di dalam es teh.
"Anjirr suara lo Sal.Gue tadi kan udah bilang jangan teriak-teriak kok lo malah teriak-teriak sih" kesal Vika. Tidak apa-apa, Salsa berteriak tepat di samping telinganya. Kalau setiap hari ia seperti ini, bisa-bisa budeg telinganya si Vika.
"Tau lo Sal. Lo gak liat apa kita udah jadi bahan tontonan satu kantin njirr" timbrung Septia. Karena memang benar bahwa sekarang mereka sudah menjadi pusat perhatian satu kantin. Gimana nggak malu coba.
"Ya maaf, gue kan kaget denger omongan lo Vik"ujar Salsa membela diri.
" Kaget sih kaget tapi gak usah teriak-teriak juga kali. Teriaknya di samping telinga gue lagi"gerutu Vika karena ia sangat kesal dengan sahabatnya yang mirip toa masjid itu.
"Udah-udah nggak usah ribut" lerai Rara.
"Serius Ra kalau mereka berdua itu abang sepupu lo? " tanya Salsa pada Rara yang tengah asik melilitkan mie nya dengan sumpit.
"Iya.Tapi gue minta sama kalian jangan kasih tu mau siapapun kalau gue adik sepupu mereka. Gue mau belajar yang tenang kayak kalian. Gue yakin kalau mereka tau gue adik sepupu bang Zidan sama bang Bagas, mereka pasti bakalan deketin gue. Bukannya gue gak mau deket sama yang lain, gue cuma nyari temen yang bener-bener tulus dan setia sama gue. Bukan karena harta gue. Kalian pasti paham kan. Gue harap kalian jadi sahabat gue yang baik" ucap Rara panjang lebar tak lupa dengan senyuman yang tulus membuat ketiga sahabat barunya ikut tersenyum. Mendengar perkataan itu, Vika pun
"Gue bakal jadi sahabat lo sampai kapanpun Ra. Tanpa lo minta, kita pun akan jadi sahabat baik lo. Lo nggak usah khawatir, kita nggak akan ngasih tau siapapun tentang rahasia ini. Mulai sekarang lo udah jadi bagian dari kita. Jadi, kalau lo ada masalah jangan sungkan-sungkan untuk cerita sama kita"ucapan Vika membuat Rara tersenyum senang karena ia mendapatkan sahabat yang baik dan tulus seperti mereka.
" Iya Ra, bener yang dikatain sama Vika. Kita akan jadi sahabat yang terbaik buat lo"timbrung Septia dan diangguki oleh Rara.
"Udah dong melow nya. Entar gue jadi sedih deh. Mending lanjut aja makannya, udah mau bel nih soalnya" ucap Salsa tiba-tiba membuat Rara terkekeh geli melihat sahabat barunya yang satu ini. Ada-ada aja. Batinnya. Beda lagi dengan Septia dan Vika yang mendengus kesal Lagi suasana melow kayak gini, eh sahabatnya mamah ngerusak suasana aja. Ingin rasanya mereka berdua menendang Salsa ke Antartika. Mereka pun melanjutkan kegiatan makannya yang tertunda.
****
Di meja lain, tepatnya meja pojok terdapat tujuh inti Rajawali. Raka sang leader dengan muka datarnya, kemudian ada Rangga yang tengah memakan sepiring nasi goreng dan jangan lupakan wajah dinginnya. Lanjut ada Zidan, Riski dan Rayhan yang sedang bermain game online di ponselnya. Tak jarang juga tersengar berbagai macam umpatan yang keluar dari mulut mereka bertiga. Biasalah cowok kalau lagi mabar, mulutnya nggak bisa diem. Dan sisanya ada double playboy, yakni Bagas dan Leo yang sesungguhnya menggoda ataupun memberi gombalan pada ciwi-ciwi yang tengah lewat."Cantik namanya siapa atuh neng? " gombal Bagas pada adik kelasnya yang sedang lewat di depannya dengan kedua temannya. Adik kelas itu pun segera pergi dan tak menghiraukan gombalan Bagas karena gugup. Bagas yang melihat itu pun terkekeh pelan. Leo pun tak mau kalah dengan temannya itu. Ia pun mencari mangsa untuk digombali. Tak lama berselang ada cewek dan satu temannya yang melewati meja tersebut, Leo pun langsung menggodanya,
"Eh ada cewek cantik. Bagi nomernya dong" goda Leo pada cewek tersebut yang diketahui bernama Nisa. Nisa yang merasa digombali pun menatap Leo dengan tajam lalu berkata,
"Nggak nggak ada . Gue nggak mau ngasih nomer HP gue sama cowok playboy kayak lo" ucap Nisa tajam dan ia pun langsung pergi. Setelah kepergian Nisa, terdengar gelak tawa dari meja pojok membuat kantin semakin ramai.
"Hahaha mamposs lo Le. Udah tau Nisa galaknya kek singa, masih aja lo godain.Bukannya dapet nomer HP malah disemprot sama Nisa" ejek Riski sambil ketawa membuat Leo mendengus sebal.
Yang lainnya pun ikut menertawai nasib Leo."Sialan lo pada" kesal Leo pada teman-temannya.
"Kapan sih lo tobat jadi playboy. Heran gue sama lo, tiap hari kerjaannya godain cewek mulu. Gak ada kerjaan lain apa" tambah Rayhan karena ia sudah jengah dengan kelakuan sahabatnya itu.
"Kapan-kapan" jawab Leo santai membuat yang lainnya memutar bola matanya malas.
"Kalo emang udah dari sana nya susah emang" imbuh Zidan ikut mengompor-ngompori Leo
"Gini nih kalau buaya jadi manusia" sindir Rangga pedas membuat Leo memanyunkan bibirnya ke depan. Sahabatnya yang satu ini memang sekalinya ngomong pedesnya ngalahin cabe. Pedes banget.
"Emang ya si Rangga sekalinya ngomong pedes banget. Lemes amat tuh mulut" sahut Bagas. Raka pun seperti biasa ia hanya menjadi pendengar tanpa ada niat untuk ikut mengobrol. Menurutnya itu masalah yang tidak penting.
Tak terasa bel masuk pun berbunyi. Semua siswa yang ada di kantin pun berhamburan keluar kantin menuju kelasnya masing-masing.
"Masuk kelas apa bolos noh? " tanya Leo
"Kelas" jawab Raka jelas, singkat dan padat. Ia pun segera bangkit dari kursi dan diikuti yang lain.
"Bolos mulu pikiran lu. Gimana mau pinter kalo lo bolos mulu" sinis Rayhan
"Iya-iya yailah serius amat lu Ray"cetus Leo. Setelah itu hening tidak ada pembicaraan di antara mereka hanya suara sepatu yang bergesekan dengan lantai. Mereka pun sampai di kelas dan mengikuti pelajaran seperti biasa. Oiya meskipun mereka sering bolos, tapi jangan ragukan kepintaran ketujuh inti Rajawali itu terutama sang ketua. Raka memiliki kecerdasaan di atas rata-rata, begitupun Rangga. Yang lain pun tak kalah pintar dengan ketua dan wakil ketua Rajawali itu. Zidan, Bagas, Rayhan, Riski, dan Leo pun memiliki kecerdasan di atas rata-rata meskipun masih dibawah Raka dan Rangga. Hanya saja mereka malas untuk mengikuti pelajaran apalagi mapel matematika yang menurut mereka menyebalkan karena gurunya adalah guru terkiller yaitu Pak Udin. Dan setiap ada mapel matematika di kelas, mereka bertujuh akan membolos di rooftop ataupun di kantin. Itu sudah menjadi rutinitas ke tujuh inti Rajawali tersebut. Tak hanya memiliki wajah di atas rata-rata, namun juga memiliki kecerdasan di atas rata-rata dibidang akademik maupun non akademik. Tak ayal jika mereka menjadi most wanted boy di SMA Science.