Hari pertama MOS terasa sangat menyebalkan bagi seorang gadis dengan rambut dikuncir dua itu. Bagaimana tidak? Saat ini ia harus merasakan teriknya matahari di bawah tiang bendera. Memang dia tak sendiri, melainkan ada beberapa peserta MOS yang juga senasib denganya.Telat.
Itulah alasan yang membuat pagi gadis itu suram. Semua berawal dari ia yang terlambat bangun. Ditambah Kakaknya yang pergi ke sekolah tanpa menunggunya. Hingga dengan terpaksa gadis itu pergi ke sekolah menggunakan angkutan umum. Kondisi jalan di Jakarta juga memperburuk keadaan, menyebabkan dia harus berakhir di seperti saat ini.
"Ck, ck, ck."
Terdengar suara decakan yang membuat seluruh peserta MOS sontak menundukkan kepalanya, kecuali gadis berkuncir dua. Kanaya Putri Megantara, gadis yang sedari tadi menggerutu kesal, karena paginya yang suram.
"Baru hari pertama aja udah banyak yang terlambat. Berani banget ya kalian," celetuk panitia MOS dengan wajah mungil. Dengan pongahnya, ia berkacak pinggang sambil menatap remeh satu per satu peserta MOS.
Saat asik menatap satu per satu peserta MOS yang terlambat, mata Panitia MOS itu berhenti pada Naya yang menatapnya dengan kening mengerut. Tatapan yang berhasil membuatnya risih dan kesal.
"Ngapain lo natap gue kayak gitu, hah!" tegur Karina, Panitia MOS yang sedari tadi menatap remeh peserta MOS.
Naya sontak menggeleng. "Maaf, Kak."
"Judes banget, sih. Mentang-mentang panitia. Dasar senioritas!" batin Naya.
Naya memperhatikan gerakan Karina yang merogoh saku almamater yang dikenakannya. Gadis itu terlihat mengeluarkan buku note kecil, kemudia melemparnya ke lantai lapangan.
"Tulis nama kalian di situ! Inget, harus rapi!" titah Karina setelah melempar buku note kecil itu.
Sontak, salah satu peserta MOS mengambil buku itu dan mulai menuliskan namanya. Sedangkan yang lain mengantri. Tapi tidak dengan Naya. Gadis itu menatap Karina dengan satu alis terangkat.
"Kenapa kalian mau nurut sama dia, senior yang bahkan perilakunya nggak mencirikan seorang senior yang baik?"
Peserta MOS yang terlambat pun menoleh ke arah Naya, termasuk Karina. Naya mendekat ke arah peserta MOS yang mengambil buku tadi. Kemudian meminta buku itu.
Setelah menerima buku tersebut, Naya membalikkan badannya ke arah Karina. Menatap Karina yang menatapnya tajam.
"Seharusnya Kakak kasih contoh yang baik buat kita. Bukan malah kayak tadi," ucap Naya pada Karina. "Apa yang kayak gini pantas dijadiin panitia MOS?" tanya Naya pada peserta MOS yang terlambat.
Tak ada jawaban. Mereka semua tak ada yang berani menjawab pertanyaan Naya. Itu semua karena Karina. Mereka takut terkena amarah senior cantik itu. Padahal dalam hati, mereka juga sangat dongkol dengan sikap Karina yang senioritas itu.
"Kenapa diem aja?" tanya Naya kembali memecah keheningan. "Kalian takut sama dia? Kalian lebih milih direndahin kayak tadi, hah?"
Lagi-lagi tak ada jawaban. Membuat Naya menghela nafas. Ia menatap ke arah Karina yang tersenyum remeh ke arahnya.
"Makanya, masih baru tuh nggak usah belagu. Sok-sokan berlagak paling bener."
Naya tersenyum tipis. "Seenggaknya aku nggak kayak Kakak, yang pongah cuma karena Almamater. Bersikap angkuh cuma karena jabatan, yang bahkan bisa direbut sama siapa aja dan kapan aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat I Love You
FanfictionKanaya Putri Megantara, gadis cantik yang akrab disapa Naya, serta gadis yang baru saja masuk Sekolah Menengah Atas. Saat menjalani MOS, ia bertemu dengan Kakak kelas yang menurutnya sangat menyebalkan dan berwajah datar. Padahal laki-laki itu adala...