P e r j o d o h a n G i l a

42 12 5
                                    

Pagi menyambut, sebuah rumah di Jogyakarta, rumah sederhana dengan tingkat 1 di atas nya, di dalam rumah itu mencekam.

Semua penghuni di rumah tersebut duduk di ruang tamu, karena mereka kedatangan tamu istimewa.

"Jadi bagaimana?" Tanya Altha--Abi Adeeva.

"Apa nya yang bagaimana?" Sela Adeeva, yang duduk di samping Abi nya, dengan jilbab instan berwarna hijau.

"Eva!" Tegas sang Abi, namun tak membuat Adeeva Takut.

Adeeva menatap tajam Abinya, kesal rasanya, ntah apa yang dari tadi mereka bincang kan.

"APANYA YANG BAGAIMANA!" Teriak Adeeva, Anissa--Uminya terkejut, mendengar suara tinggi Adeeva.

"Kita bakalan ngadain perjodohan kamu sama anak saya," ucap lelaki paruh baya di depannya tenang.

"ENGGAK," pekik Adeeva, Marah, tentu, bahkan sangat.

"Tenang Adeeva, kamu hanya tunangan, untuk pernikahan kita akan urus setelah kamu lulus SMA," jelas lelaki paruh baya di depannya.

"LO PIKIR GUE PEDULI?" Tanya Adeeva, lelaki di depannya membulatkan matanya.

"Khem.." Altah berdehem.

"POKOKNYA AKU GAK MAU DI JODOHIN LAGI!" Tegas Adeeva, wajahnya sama seperti wajah Abinya, merah menahan amarah.

Adeeva berlari menuju kamar nya, menutup kuat pintu kamarnya dengan keras, lalu menjatuhkan tubuhnya ke king size nya, membuat orang di ruang tamu mengelus dada.

120 detik, Adeeva melamun di king size, hingga satu pikiran tertuju pada perjodohan, perjodohan gila.

"Bukan sekali." Pikir Adeeva.

Sudah hampir, 5 kali Altha menjodohkan nya dengan anak temannya, sedangkan Adeeva tidak peduli.

"Tua bangka, gila," Desis Adeeva, pikirin nya menerawang jauh, matanya menatap kosong langit-langit kamarnya.

Adeeva bangkit dari tidur nya tangan nya beralih memegang foto di samping nakas tempat tidur nya.

Dalam foto itu ada dirinya dan kakak perempuan nya yang sedang tersenyum.
Adeeva yang memakai sweater panjang berwarna ungu, celana berwarna putih dan jilbab pashmina hitam. Sedang kan kakaknya memakai gamis hitam dan jilbab hitam panjang.

Kala itu, Kakaknya di jodohkan oleh Abinya, hanya karena Alasan takut terkena pergaulan bebas, membuat Adeeva harus kehilangan separuh tempat menuangkan rasa sakit nya dan kakak nya hanya bisa terpaksa menerima nya.

Tok...Tok...Tok

Pintu kamar nya di ketok oleh seseorang di luar, peduli? Tentu tidak, Adeeva memejamkan matanya, seolah ingin tidur kembali di pagi hari.

"Evaa!!" Seru Seseorang di Luar pintu kamarnya, Adeeva hanya sibuk dengan handphone nya, yang baru dia ambil dari nakas.

"Buka pintunya, Eva, Astagfirullah," kesal seseorang di luar pintu kamarnya.

"Keluar Eva," suara Altha memelan, Altha lah yang dari tadi mengetok pintu kamar Adeeva.

Dengan malas Adeeva membuka pintu itu dengan kasar, matanya menatap tajam Abinya.

"Kenapa kamu selalu malu-maluin Abi di depan tamu tadi, Eva. Perjodohan Ini demi kebaikan kamu," marah Altha kepada anak bungsu nya.

"Kenapa Abi tanya?" Tanya Adeeva balik.

"AKU GAK SUKA DI JODOHIN, AKU BUKAN BONEKA, AKU BERHAK MILIH JALAN AKU SENDIRI, ABI JANGAN SAMAIN AKU SAMA Kakak." Bentak Adeeva dan memelan di akhir kalimat, matanya menatap tajam lantai.

"Tapi ini demi kebaikan kamu," balas Altha, Suaranya memang tidak pernah tinggi, tapi itu suara itu selalu tegas dan bijaksana.

"DEMI KEBAIKAN AKU BAGAIMANA, BAHKAN ABI GAK TAU ANAK ABI ITU BAHAGIA ATAU ENGGAK!" Emosi Adeeva meledak-ledak, matanya memerah menahan air mata.

"Eva," Marah sang Umi.

"Apa? Mau marahin aku?" Tanya Adeeva Tinggal satu kedipan mata lagi, air mata Eva tumpah.

"Umi gak pernah ngajarin kamu bentak orang tua," Anissa menatap sendu anak bungsu nya.

"Umi gak pernah ngajarin kamu Melawan, Eva," ucap Anissa pelan di atas tangga.
Anissa berjalan ke arah Adeeva dan Abinya.

Tangan Anissa ingin mengelus kepala Adeeva tapi Adeeva langsung memundurkan langkahnya, membuat Anissa terkejut.

"Kenapa Mi, Bi?" Tanya Adeeva menutup matanya.

"bahkan aku lebih milih mondok, di banding kan Dijodohin," jujur Adeeva menatap kedua Orang tua nya, air matanya turun, sudah hampir setiap hari Adeeva menangis, hidupnya selalu berada di dalam kendali Orang tua nya.

"keceplosan," batin Adeeva.

"Kamu yakin?" Tanya Abi meremehkan.

"Yakin," tegas Adeeva, lalu membanting pintu kamar, di hadapan Abi dan Uminya.

Di dalam kamar, Adeeva Melepaskan kasar jilbab instan nya. Lalu mencuci muka nya di Wastafel kamar mandi dan memejamkan matanya berharap ini mimpi.

***

Hai...Hai... Kenalin nama aku Tiara, walaupun cuma di baca aku tetep kenalin diri.

Ini cerita pertama aku, mohon Krisan nya.

Dekati Dulu PenciptanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang