.
.
.***
Musik klasik dimainkan. Alunan hangat biola terdengar serasi dengan irama berat cello; diiringi melodi menenangkan piano. Lampu utama sengaja dimatikan. Ruangan restoran menjadi gelap. Digantikan cahaya remang dari lilin yang diletakkan diatas meja. Harum aromaterapi samar memenuhi paru-paru. Tidak ingin membuat aroma hidangan utama dikalahkan.
Suasana romantis yang sempurna untuk sepasang kekasih menikmati kencan mewah mereka bukan?
"Maaf karena aku, kau jadi harus berbagi meja," suara berat memecah keheningan. Netra kelabu pemuda itu menyipit; membentuk bulan sabit dilangit bebas. Senyum terukir dibibir, wajah rupawan itu menunjukkan penyesalan mendalam.
Lihatlah pemuda itu. Kurasa dia cocok untuk menjadi seorang aktor. Memerankan tokoh licik dibalik wajah rupawan yang mampu memikat ribuan wanita diluar sana. Aku meletakkan garpu, mengambil gelas berisi anggur yang difermentasi lama. Memutar isi gelas secara perlahan; pusaran air kecil tercipta disana.
Kutarik kedua kurva; melawan gravitasi dengan ukiran miring. "Tidak masalah," ucapku singkat. Rasa pahit manis menyapa indra pengecap dikala aku menyesap wine dari gelas tadi. Tidak buruk. Makanan berkelas memang terasa sempurna jika didampingi dengan wine.
Secara, ini adalah sebuah restoran. Aku kembali menikmati hidangan yang kupesan. Tentu saja senyum tak kunjung luntur dikedua kurva. Tidak perlu khawatir dengan pemuda dihadapanku. Kuyakin dia juga tahu sedang berhadapan dengan kriminal yang akhir-akhir ini selalu menjadi bintang terkenal di media.
"Jadi, Tuan hero. Kau kesini hanya untuk menikmati hidangan Prancis atau berencana menangkapku?" pertanyaan konyol. Meski tahu maksud tujuan orang itu kesini, aku tetap melontarkan pertanyaan tersebut. Dibalik semua itu tentu saja aku mengejeknya.
Seorang pahlawan sampai rela mengejar seorang penjahat kedalam restoran dan berakhir makan malam bersama? Pftt, kurasa ini adalah hal yang baru. Tidak pernah terbesit dibenak membayangkan hal ini terjadi. Satu meja dengan musuh kurasa tidak terlalu buruk. Bahkan pemuda itu sampai tersenyum menanggapinya.
"Yah, niat awalnya memang ingin menikmati hidangan Prancis," ucapnya jujur. Dia tidak berbohong. Aku bisa memastikannya. Jemari panjangnya meraih pisau dan garpu. Memotong hidangan miliknya dengan postur tubuh anggun; tetap tenang.
Wow, harus kuakui. Pemuda itu memiliki tata krama sempurna. Teratur bahkan disaat sedang bersama musuh. Dia layak diberi apresiasi. Mungkin aku harus meminta pemuda itu untuk mengajariku.
Terlampau semua itu, dia memiliki tubuh jangkung. Rahang tegas tergores tajam. Serta wajah tampan. Kerap kali gendang telinga ini menangkap gelombang suara berisik dari meja lain. Tentu saja mereka; para wanita yang melakukannya. Mengagumi ciptaan Tuhan dihadapanku.
Pemikiran konyol selalu terbesit dibenak. Aku heran namun juga puas diwaktu sama. Saat mata menangkap rahang tegas itu, aku berpikir; jika digunakan untuk memotong daging seperti yang ia lakukan, bisa tidak ya? Mungkin bisa dijadikan senjata baru.
Patut dicoba.
Korban selanjutnya pasti akan merasa tersanjung. Dia akan kubunuh menggunakan rahang seorang pemuda tampan. Ah, aku jadi tidak sabar untuk mencobanya!
"Lalu, apa yang sedang kau pikirkan sekarang nona penjahat? Berencana untuk melakukan pembunuh lagi?" dia bertanya dengan senyum manis. Para wanita dimeja lain semakin terpesona kala melihatnya. Ya tentu saja. Aku penasaran jika mereka mendengar pembicaraan ini, apa mereka masih bisa memberi reaksi seperti itu. Aku tidak yakin.
Aku memberi anggukan kecil. Menutup kedua mata; menyesap anggur dengan khidmat. Cahaya temaram lilin begitu mendukung suasana. Musik klasik masih dimainkan seperti selayaknya. Sedikit membuka bibir untuk sekedar mengucapkan kata, "Beberapa saat yang lalu aku berpikir untuk menggunakan rahangmu sebagai senjata baru."
Tanggapan dari ucapanku hanya dibalas pemuda itu dengan kekehan kecil. Seperti habis mendengarkan lelucon dari seorang pelawak. Aku melanjutkan meminum anggur yang tersisa. Sudah lama aku tidak seperti ini. Menikmati waktu bersantai. Terlebih ditemani seorang musuh. Langka sekali, eh?
Aku kembali menggoyangkan pelan gelas berisi sisa anggur. Menyangga pipi menggunakan tangan satunya. Suasana kembali hening. Baik aku atau pemuda itu melanjutkan kegiatan kami. Aku tersenyum miring menatapnya. "Kurasa kita tidak memiliki urusan lagi, benar begitu, Tuan hero? Aku duluan."
Perlahan aku berdiri dari duduk. Berjalan menuju pintu keluar. Kala hendak melewati pemuda itu, aku terhenti sejenak. Meletakkan tangan ke pundak lebar nya. "Lain kali kalau ingin menangkapku, tidak perlu pakai obat tidur seperti itu." tentu saja aku tersenyum mengejeknya. Dia pikir dia bisa menangkapku dengan trik murahan?
Hell no, tentu saja tidak.
Dia tertawa kecil. Meletakkan kedua alat makan seraya mengusap pelupuk mata. "Akan kuingat itu," ucapnya. Senyumku mengembang. Sudah lama aku tidak merasa tertantang seperti ini. Dia memang pemuda yang menarik!
"Jika ingin menemuiku lagi, pada tanggal xx, datanglah ke Chiba. Aku akan melakukan pembunuhan disana. Kutunggu, Tuan hero." kutepuk pelan pundaknya. Para penjaga(re:kepolisian) yang sudah lama memperhatikan gerak-gerik ku akhirnya bergerak. Mereka menodongkan senjata api padaku.
Aku tertawa. Ini menghibur. Aku suka dengan pemuda ini. Yah meski begitu, pergerakannya masih bisa terbaca. Sangat disayangkan juga tidak. Meski begitu, aku bersemangat menghadapinya.
Baiklah, mereka sudah menghiburku. Mungkin mereka akan kubiarkan hidup. Aku yakin mereka akan menunjukkan lelucon lainnya. Sudahlah, kurasa aku sudah terlalu lama disini. Aku menjentikkan jari. Sedetik kemudian, kepulan asap memenuhi restoran. Para warga biasa mulai panik. Mereka bergegas berhamburan mencari jalan keluar. Tentu saja kesempatan ini kugunakan untuk melarikan diri.
Akan kutunggu. Tuan hero, Phantom Thief!
.
.
.
TBC
See ya!
07 Maret 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemy | Monoma Neito
FanfictionSetiap orang mempunyai kisahnya sendiri. Begitu pula dengan mereka, si gadis arogan dan pemuda gila bernama Monoma Neito. Note : Aisen project Cover by chlvray_ I don't own BNHA nor its original character. ⓒ Kohei Horikoshi Story by HaHaruHarumi S...