Prolog - Lino, Dari Dunia Bawah

1K 135 11
                                    

"Ayah! Ayah!"

Chan segera berlari menuju kamar anaknya saat mendengar seruan dari sana. Sesampainya di ambang pintu kamar anaknya, Chan terkejut karena kini ada orang lain di dalam sana.

"Ayah!" Han, putra Chan, berlari kecil menghampiri ayahnya. Dia lalu mengadu, "Ayah, tadi Ino gerak-gerak sendiri terus," Han melirik sekilas sosok asing di dalam kamarnya sebelum lanjut bercerita ke ayahnya, "terus dia jadi orang!"

"Hanie, kamu diam di belakang ayah." titah Chan, menyembunyikan Han di belakangnya. Dia menatap tajam sosok asing di hadapannya, "Dan kamu! Kamu siapa? Gimana bisa ada di dalam kamar anak saya?"

"Kamu yang panggil saya." balas si sosok asing sebelum melirik Han yang mengintip dari kaki ayahnya, "Atau keturunan kamu? Wah! Keren banget makhluk kecil kayak kamu bisa panggil saya." pujinya diiringi kedipan sebelah mata ke arah Han.

"Panggil? Kami ga ada pesan makanan dari luar. Dan Hanie ga punya telfon untuk hubungi kamu." Chan menatap waspada. "Jangan bohong! Kamu mau culik anak saya, ya?!"

Si sosok asing menghela nafas dan memiringkan kepalanya. "Kalian orang tua tuh aneh banget, ya?" gumamnya sebelum menggeleng heran. Dia lalu kembali bicara, "Sebelum kamu lanjut marah-marah sama saya, biar saya perkenalkan diri dulu."

Chan masih waspada. Seingatnya, dia sudah mengunci semua pintu dan jendela, makanya dia tidak yakin bagaimana cara orang asing ini masuk. Ditambah perkataan putranya tadi, rasa-rasanya ada yang salah di sini.

"Saya Lino, dari dunia bawah." melihat si ayah masih menatapnya curiga, sosok asing yang mengenalkan diri sebagai Lino itu keheranan. "Saya dari dunia bawah," dia menunjuk lantai, "beneran dunia bawah. Kamu ga kaget?"

"Ga usah ngomong ga jelas!"

Lino memutar malas bola matanya diiringi dengusan. Ya, tentu saja manusia ini tidak percaya. "Perlu saya kasih buktinya biar kamu percaya?"

"Jangan macam-macam! Atau saya panggil polisi sekarang juga!"

"Oke!" Lino mengangkat tangan saat Chan mengambil ponselnya, "Oke, saya kasih bukti kalo kamu—keturunanmu ini yang panggil saya. Tapi kamu jangan pingsan habis ini."

Masih dengan ditatap tajam, Lino menghela nafas. Ya, ini cara satu-satunya agar dia tidak perlu berakhir di penjara lagi. Dia mengambil nafas dalam dan mengumpulkan kekuatannya. Tidak lama, tubuhnya sedikit tersentak ketika sepasang sayap tiba-tiba muncul di belakang punggungnya. Sayap dengan bulu-bulu berwarna hitam yang lebih gelap dari malam.

Mata Chan membulat terkejut melihatnya. Dia cukup yakin ini bukan sesuatu yang bisa diproses manusia. Kepalanya seketika pening, sampai akhirnya dia membiarkan tubuhnya limbung dengan mata terpejam.

Chan yang kehilangan Kesadaran membuat Lino menggeleng heran. Dia menghela nafas malas sebelum menatap si bocah yang kini melihatnya takjub, "Udah saya bilang untuk jangan pingsan, 'kan?"

###

sebenernya ragu mau
publish ini atau ngga,
tapi yaudah lah ya
kita coba dulu.

lanjut jangan?

Azimat +banginhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang