Episode 2 - A Deal with The Devil

615 116 4
                                    

"Saya punya kemampuan buat memilih tempat untuk singgah selama di dunia. Dan saya pilih boneka kelinci itu."

"Kenapa kamu mau aja disuruh-suruh manusia? Bukannya kamu punya hak untuk nolak? Lagipula, kalo kayak begini, kesannya kamu semacam jin, bukan iblis."

"Apa bedanya?" tanya Lino sarkas. Dia melanjutkan, "Kami semua sama-sama ditugaskan untuk menghasut manusia, baik itu untuk kebaikan ataupun keburukan."

"Dan masalah disuruh-suruh itu, saya memang ditugaskan untuk itu." Lino mengalihkan pandangan dari ayah satu anak di hadapannya, "Saya harus penuhi semua nafsu jahat manusia demi kebaikan saya sendiri." dia kembali menatap Chan yang terlihat tidak paham.

"Pokoknya, saya seharusnya memuaskan nafsu manusia lebih dulu. Tapi kali ini, saya mau coba hal baru untuk diri saya sendiri, sama kamu dan makhluk kecil itu." Lino menunjuk jijik Han yang sudah terlelap di pelukan ayahnya. "Hih, saya ga pernah suka sama makhluk kecil itu."

"Namanya Hanie, dan dia anak saya." ketus Chan tidak suka. Dia lalu menghela nafas, "Oke, meski saya sedikit ga paham, tapi saya ngerti maksud kamu. Saya bisa bantu kamu rasakan kebahagian lain, tapi saya butuh imbalan."

"Deal." sambar Lino tanpa pikir panjang. "Saya sepenuhnya milik kamu."

Chan kembali dibuat heran dengan tingkah sosok di hadapannya. "Kamu ga mau denger, imbalan yang saya minta apa?"

"Ga perlu. Kamu janjikan saya dunia baru, dan saya siap berikan apapun untuk itu. Jadi, deal! Saya setuju sama kesepakatan ini."

Chan tertawa pelan mendengarnya. Nada suara Lino terdengar sangat bahagia dan bersemangat. Sosok itu sungguh tidak terlihat seperti sosok jahat yang digambarkan orang-orang kalau seperti ini.

"Kamu seharusnya ga percaya kata-kata saya begitu aja."

"Kenapa?"

"Kalo saya bohong dan punya niat jahat sama kamu, gimana?"

"Kamu?" Lino menahan tawa, "Orang kayak kamu punya niat jahat sama saya? Pfft—"

"Lino." Chan menatap datar. "Ga semua orang yang keliatannya baik itu beneran baik."

"Manusia, saya udah belajar tentang kalian selama ratusan tahun. Semua jenis kalian itu saya udah tau. Dan orang kayak kamu ga mungkin punya niat tersembunyi." Lino tertawa remeh. "Lagipula, mana ada orang yang punya niat tersembunyi dan mau bohong, ngomong terang-terangan kayak kamu begini?" herannya diiringi tawanya yang meledak.

Chan menghela nafas. Ya, Lino benar. Dia tidak punya maksud macam-macam. Chan hanya butuh seseorang untuk menjaga Han, dan kebetulan Lino datang memberi tawaran. Dia tidak menginginkan lebih dari itu. Han adalah satu-satunya hal yang paling berharga untuknya saat ini.

"Saya mau minta kamu jaga Hanie."

Lino, yang tadinya masih tertawa, seketika diam. "Saya? Jaga makhluk kecil ini? Makhluk yang paling saya ga suka di semesta?"

"Hanie ga seburuk yang kamu pikir."

"Tetep aja dia manusia.. kecil." ujar Lino menatap Han aneh.

"Katanya kamu siap kasih apapun?"

"Ya, tapi—" Lino menggantung kalimatnya, memberi tatapan memohon pada Chan. Sungguh, dia lebih memilih disuruh membereskan rumah berhantu daripada harus mengurus makhluk kecil semacam Han.

"Kalo kamu ga mau, kita bisa batalkan perjanjian ini dan saya bisa jual lagi boneka tempat—"

"Aaa! Jangan!" Lino menolak sigap. "Oke-oke. Oke, saya akan jaga anak kamu."

Chan tersenyum sebelum mengulurkan tangan, "Jadi, deal?"

Lino memberi tatapan ragu sebelum akhirnya memutuskan untuk menjabat tangan Chan. "Deal." ujarnya yakin, mengabaikan pemikiran kalau kehidupannya di dunia setelah ini pasti akan lebih merepotkan dari biasanya.

"Oh iya, kamu boleh panggil saya Chan." Chan mengusap rambut anaknya yang masih asyik terlelap di pelukannya, "Dan anak saya, Hanie. Dia bukan makhluk aneh, jadi berhenti panggil dia begitu. Namanya Hanie."

Lino membuang nafas malas, "Ya, oke. Chan, dan Hanie." dia melepas jabat tangannya dengan Chan. "Semoga perjanjian kita berjalan dengan lancar."

"Semoga."

×××

makasih loh udah diingetin

Azimat +banginhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang