Episode 1 - Boneka Kelinci

670 124 7
                                    

"Jadinya, ini bukan Ino?"

"Iya, harusnya ada huruf L di sini. Jadinya Lino, bukan Ino."

Kepala Chan masih terasa pening saat telinganya mendengar percakapan itu. Dia sedikit melenguh, membuat dua orang yang ada di sana segera mengalihkan perhatian ke arahnya.

"Ayah!"

Chan bisa mendengar seruan anaknya sebelum tubuhnya dipeluk tiba-tiba. Dengan mata yang masih memejam, dia sedikit tersenyum dan balas memeluk putranya. "Uhh, Hanie. Ayah habis mimpi buruk tadi." ujar Chan merujuk ke hal terakhir yang dia ingat sebelum kehilangan kesadaran.

"Ayah." Han mengusap pipi ayahnya, membuat ayahnya membuka mata, "Kata Kakak Ganteng, Ayah kaget terus pingsan."

Kening Chan mengerut bingung, "Kakak Ganteng?" gumamnya menatap heran anaknya sebelum menyadari kalau ada sosok lain yang kini berdiri di belakang anaknya.

Lino tersenyum dan mengangkat tangannya. "Hai?" sapanya membuat si manusia dewasa memejam kesal.

"Jadi yang tadi bukan mimpi?"

Wajah Lino seketika berubah datar, "Kamu masih gak percaya? Perlu saya tunjukin lagi?"

"Ga!" tolak Chan langsung, "Ga perlu. Makasih." dia lalu berusaha mendudukkan diri, dibantu tangan mungil Han. "Coba ulangi lagi, gimana bisa kamu ada di sini?" tanyanya akhirnya, mencoba percaya kalau situasi yang dialaminya saat ini nyata.

"Ini," Lino menunjuk Han yang berdiri di depannya, "makhluk ini panggil saya."

"Dia anak saya." balas Chan sinis lalu mengalihkan tatapannya ke Han, "Hanie, kamu tadi lagi apa?"

"Hanie main dampu kapal, Ayah! Bu Guru baru kasih tau kemarin, terus Hanie coba, deh!"

"Dampu kapal?" Chan bingung, kembali menatap Lino, "Gimana bisa dampu kapal panggil kamu?"

Lino mengangkat bahu, "Mana saya tau. Mungkin manusia kecil ini melakukan sesuatu yang ga seharusnya ke tempat singgah saya."

"Tempat singgah kamu?"

"Ini." Lino menunjukkan boneka kelinci di tangannya.

Oh, Chan ingat boneka itu. Dia baru saja membelikannya untuk Han kemarin. Han sangan menginginkannya saat melihat boneka itu, makanya Chan belikan. Siapa sangka akan berakhir begini?

Chan menghela nafas. Sudah kejadian begini, mana bisa dia mengulang waktu, 'kan?

"Terus, orang yang panggil kamu biasanya minta apa?"

"Uang, tahta, ada juga yang minta dijaga."

"Bayarannya?"

Lino mengangkat sudut bibirnya, "Kamu mau buat kesepakatan sama saya?"

"Saya ga mau." Chan menghela nafas lagi, memijit pangkal hidungnya yang terasa sakit, "Saya ga tertarik, tapi kamu udah di sini. Saya ga tau mau apa." dia menatap Lino lalu bertanya, "Kamu sendiri mau apa?"

Minho terdiam dan mengedip terkejut selama beberapa saat. "T-tadi—tadi kamu bilang apa?"

"Kamu sudah terlanjur di sini—"

"Berikutnya."

Chan mengerutkan kening bingung sebelum mengulang kalimatnya sedikit ragu, "Kamu mau apa?"

Lino terdiam selama beberapa saat sebelum melontarkan satu kata, "Woah."

Chan jelas dibuat makin bingung.

"Ga pernah ada yang tanya mau saya apa." Lino menatap takjub dua manusia di hadapannya. "Saya cuma kerja, ga berhenti goda kalian manusia, sampai saya lupa mau saya apa."

Chan masih bingung, tapi kali ini karena dia tidak tau kenapa malah merasa kasihan pada sosok di depannya ini. "Jadi, kamu mau apa?"

"Saya mau bahagia!" seru Lino dengan senyum lebar di wajahnya. "Saya mau bahagia, bukan karena berhasil menggoda kalian manusia. Saya mau coba bahagia yang lain."

"Kalo gitu," kini Chan yang mengangkat sudut bibirnya, "kamu mau buat kesepakatan sama saya?"

×××

hehe, pendek :)

nanti malem up lagi,
kalo inget.
semoga inget..

Azimat +banginhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang