#2. Titi gantung

109 14 15
                                    

"assalamualaikum"

"Waalaikumussalam" jawab bang Haris dan Hana.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Panjang umur tuh bang Dev, karena baru aja diomongin, eh langsung muncul aja orangnya.

"Bang Lo kesini naik motor kan???" Tanya Hana setelah bang Dev duduk disofa yang dihadapan bang Haris sama Hana.

"Iya, emang ngapa"

"Pinjem bentar napa bang"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pinjem bentar napa bang"

"Emang Lo berdua mau kemana???" Tanya bang Dev yang lagi ngunyah kue nastar buatan Mama Yola.

"Mau ke tigan, nemenin bang Haris beli buku"

"Haris beli buku, hahahaha, gak salah denger kan gue, hahahaha"

Bang Haris yang ada didepan bang Dev cuman berdecak kesal, kalo ntar dia gelud sama tuh orang, yang ada dia gak bakalan dipinjemin motor, jadi sebisa mungkin dia nahan kekesalan nya itu.

Ya begitulah hubungan antara bang Haris dan bang Dev, kalo enggak bang Haris yang nyari gara-gara ya bang Dev biang keroknya.

"Jadi gimana nih bang, dikasih gak??" sela Hana disela tawa bang Dev.

"Emang kalo gue pinjemin motor gue, gue bakal dapet apa??"

"Lo ya, sama saudara sendiri aja perhitungan banget" gas bang Haris.

"Emang Lo maunya apa" tanya Hana

"Stok buah salak Lo masih ada gak"

"Ada sih, cuman gak banyak, karena bang Nana belum sempat belanja"

"Ya udah gue minta salak Lo aja, nih kunci motor gue" ucap bang Dev sambil meletakkan kunci motornya di meja, dan dia langsung berlalu kedapur buat berburu buah salak.

"BANG DEV, JANGAN HABISIN BUAH SALAK GUE, AWAS AJA LO SAMPAI NGEHABISIN BUAH SALAK GUE" teriak Hana dari pintu depan sebelum keluar rumah.

"GAK JANJI" teriak balik bang Dev.

Hana gak habis pikir sama kelakuan bang Dev, kalo dateng kerumahnya pasti cuman buat makan. Dan makanan yang paling sering diambil itu punya Hana, mulai dari ice cream, salak, sereal, dan susu coklat Hana. Hana itu orang nya mudah lapar, dan sering kebangun pas tengah malem karena lapar. Jadi bang Nana itu selalu nyetok banyak makanan dan buah-buahan dikulkas.

Setelah bang Haris dan Hana memakai helm, mereka akhirnya meluncur dengan motor beat bang Dev. Setelah keluar dari jalan komplek perumahan, mereka disambut oleh jalan raya yang dipenuhi hiruk-pikuk para pengendara. Jarak rumah Hana ke Titi gantung itu memakan waktu hampir tiga puluh menitan.

Setelah sampai di Titi gantung, bang Haris memarkirkan sepeda motor bang Dev dibawah toko buku, toko buku itu adanya dilantai atas, sedangkan dilantai bawah itu lahan parkir terbuka. Setelah menapaki anak tangga untuk menuju ke lantai atas, akhirnya mereka sampai juga di kios-kios yang khusus hanya menjual buku saja.

Bang Haris memasuki salah satu kios yang ada disitu, dan Hana mengekor dibelakang bang Haris. Sepertinya bang Haris sudah kenal dengan pemilik kios itu, karena mereka sedang mengobrol seperti teman akrab. Padahal pemilik kios itu seorang bapak-bapak yang Hana perkirakan sudah berumur kepala empat.

Hana sih tidak terlalu peduli, dia sedang sibuk melihat-lihat novel yang ada disitu. Hana itu orang nya suka membaca dari kecil, tapi bukan membaca buku pelajaran, bahkan di rumah nya itu dia punya koleksi novel yang hampir satu lemari banyaknya. Yang kebanyakan hasil meminta dari abang-abang nya, tapi yang paling sering beliin dia novel itu bang Nana. Karena yang punya hobi membaca dirumah itu cuman Hana dan bang Nana.

"Mau beli novel na" tanya bang Haris yang sudah berdiri disamping Hana.

"Gak bawa uang bang"

"Ya udah ambil aja, Abang yang bayarin"

"Yang bener bang"

"Iya, ambil aja"

Bang Haris pikir Hana hanya mau membeli satu novel saja. Ternyata Hana langsung mengambil tiga novel sekaligus dengan genre yang berbeda.

"Lah kok tiga sih Na"

"Tapi tadi kata Abang ambil aja, ya udah gue ambil aja yang menurut gue menarik" jawab Hana dengan muka polos nya.

"Ya gak tiga juga Maemunah, dikasih hati malah minta jantung"

"Jadi Abang gak ikhlas nih beliin gue novel"

"Ikhlas kok Na" jawab bang Haris dengan senyum dibibir saja, sedangkan matanya menatap Hana dengan tatapan datar.

"Ikhlas kok Na" jawab bang Haris dengan senyum dibibir saja, sedangkan matanya menatap Hana dengan tatapan datar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Makasih bang Haris, makin sayang deh gue sama Lo" ujar Hana sambil memeluk lengan abangnya itu.

"Ada mau nya aja Lo bilang sayang ke gue"

"Ada uang, Abang disayang, hahahaha" tawa Hana seketika pecah, padahal dia sendiri yang mengatakan itu. Hana emang gitu orangnya, receh habis. Kerecehan Hana itu sebelas dua belas sama bang Mahendra. Bahkan tubuh Spongebob yang dapat membelah diri menjadi potongan dadu aja bisa mereka ketawain selama berjam-jam lamanya.

"Apa dah bahasa Lo Na"

Setelah selesai dari tigan, bang Haris dan Hana singgah dulu di McD yang ada didepan lapangan merdeka, tapi mereka memutuskan untuk dibawa pulang aja, karena orang rumah juga pasti belum makan siang. Karena hari ini bang Nana praktikum nya sampai sore, jadi dirumah gak ada yang masak. Walaupun Hana itu anak perempuan satu-satunya, bukan berarti semua pekerjaan rumah tangga dia yang ngelakuin, paling mentok dia kebagian cuci piring doang. Papa sama Mama lagi keluar kota karena ada urusan bisnis. Papa itu seorang CEO, sedangkan Mama itu sekretaris nya papa, dan akhirnya mereka cinlok. Dan berakhir di pelaminan.

Habis dari McD mereka langsung pulang kerumah, karena cuaca juga udah mulai panas. Hana itu gak bisa kena panas matahari lama-lama. Karena kalau enggak, dia nanti bakalan mimisan, dan dia juga alergi sama udara dingin. Imunitas tubuhnya Hana itu memang sedikit rentan. Apalagi sekarang itu lagi musim pancaroba.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear Abang | NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang