Chapter 15. Naga Api

63 6 0
                                    

Dalam sekejap, mereka berpindah ruang ke sebuah lahan kosong yang sangat luas.

"Hah?"

Mempercayai Iblis Kelicikan adalah kesalahan terbesar dalam hidup Angga. Ia tidaklah dipindahkan ke tanah, melainkan di udara. Membuatnya terjun bebas dari ketinggian satu kilometer. Itu adalah ketinggian yang bisa membuat orang tewas seketika. Angga merasakan tubuhnya di tarik oleh gravitasi, tapi itu lebih besar dibandingkan dengan ketika ia terjun bebas sebelumnya. Namun tidak ada waktu untuk itu, Angga harus mencari cara selamat dari ketinggian itu. Jika tidak, seluruh tulangnya akan remuk dan bisa dipastikan kalau Angga akan mati.

Benar juga! Aku bisa menggunakan jurus petir!

"Petir Aliran Kelima Belas : Tarian Petir Di Udara!" Angga memutar tubuhnya seperti roda di udara. Menciptakan petir yang besar untuk dapat menahan tarikan gravitasi planet. Itu membuat Angga bisa mendarat dengan selamat.

Angga bersyukur karena dirinya bisa menggunakan jurus petir. Jika tidak, ia akan menghantam tanah dengan keras dan itu akan menghancurkan tubuhnya. Walau cukup mengejutkan karena dirinya tiba-tiba bisa menggunakan jurus petir, itu menyelamatkam Angga di beberapa hal. Angga juga tidak terlalu memikirkan kenapa dirinya tiba-tiba bisa menggunakan jurus petir. Di pikirannya adalah bagaimana cara menghadapi iblis di depannya itu.

Setelah mendarat, Angga melihat ke arah Anzel dengan ekspresi kesal. Itu karena cara yang digunakan oleh Anzel benar-benar licik hingga membuat Angga kesal. Dari awal, Anzel menggunakan cara kotor. Itu mulai dari memerangkap jiwanya, menebas kepalanya, dan kini ia mencoba menjatuhkannya dari ketinggian satu kilometer. Itu sudah sangat membuat Angga kesal hingga di titik orang akan bisa merasakan aura membunuh dari Angga.

"Hebat! Aku tidak pernah menyangka kalau kau bisa selamat dari ketinggian itu," ujar Anzel dengan senyumannya yang licik dan terlihat menjijikan.

"Bukankah sudah kubilang? Aku tidak tidak perlu pujianmu!"

Angga menghilang seketika. Itu karena dirinya bergerak dengan sangat cepat. Kecepatannya bahkan melebihi kecepatan yang dimiliki cahaya. Itu tiga kali kecepatan cahaya. Bergerak dengan kecepatan sembilan ratus ribu kilometer perdetik. Pada titik ini, mustahil untuk manusia melakukannya. Tapi ini adalah dunia keajaiban, hukum berbeda dari dunia peradaban. Di sini hampir semuanya tidaklah mustahil.

Ting!

Pedang saling beradu dan menciptakan dentuman besar. Ledakan energi juga terjadi dan menghancurkan tanah yang mereka pijak. Itu adalah serangan yang sangat cepat, namun Anzel bisa menahannya. Itu karena kecepatan reaksi dari Anzel lebih cepat dari kecepatan serangan Angga. Membuatnya bisa menangkis serangan Angga dengan sangat mudah.

"Aku tidak menyangka kalau dirimu adalah pengguna petir. Itu cukup mengejutkan untukku," ujar Anzel mempertahankan posisi bertahannya.

Kedua logam itu terus saling menghantam. Itu menciptakan ledakan energi layaknya kembang api di malam tahun baru. Warna biru dan merah menerangi lahan kosong itu. Kecepatan luar biasa membuat tubuh mereka tidak bisa dilihat oleh mata. Tapi pada kenyataannya, mereka saling beradu pedang. Dalam satu detik saja, sudah tidak diketahui berapa kali mereka saling menyerang dan bertahan.  Entah itu satu juta atau bahkan satu miliar kali mereka saling beradu pedang. Hingga detik ini, tidak diketahui siapa pemenangnya.

"Petir Aliran Keempat : Tusukan Petir!"

Dalam keadaan dunia yang sangat lambat hingga di titik di mana Angga lebih cepat tiga kali dari cahaya, Angga mengacungkan katananya ke arah Anzel. Perlahan, energi mulai menyelimuti logam berwarna merah itu. Membuat warnanya mulai berubah menjadi hitam pekat. Lalu, itu berubah kembali menjadi berwarna biru gelap mengikuti warna petir Angga. Energi yang menyelimuti pedang itu kemudian berubah menjadi percikan petir dan membentuk mata tombak dengan petir yang dasyat.

Aku, Isekai, dan Pilar IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang