[ғᴛ. 𝟸𝟶ᴄᴍ - ᴛxᴛ]
Obsidian hazel yang indah itu melirik, bersitatap dengan seorang gadis yang tadinya sedang bercengkrama di lorong lantai dua.
Menarik ujung bibir untuk tersenyum tipis, lengkung lain membalas lembut. Berbicara lewat tatapan, bukan ucapan.
"Ekhem."
Mata yang sebelumnya fokus pada paras tampan tadi goyah, berusaha ikut serta dalam percakapan temannya yang menegur barusan.
"Gaeun, serius deh. Kalian pacaran, kan?" terka salah satu gadis di dekatnya.
Gaeun—begitu mereka memanggil, menggeleng kecil, "Bukan begitu. Kami cuma cukup sering bertemu."
"Astaga, padahal sudah jadi rahasia umum di sini kalau kamu dan Taehyun backstreet."
Gaeun tersedak, mendelik protes, "Nggak ada yang backstreet. Tepatnya, nggak ada apa apa di antara kami."
Nyatanya, memang begitu hubungan sekretaris OSIS dengan siswa olimpiade tampan tadi.
Tidak ada penamaan yang jelas untuk status mereka, padahal sama sama tahu perasaan satu sama lain tanpa mengucap secara gamblang.
Sederhananya, rasa tidak selalu tentang kata.
Gaeun pamit undur diri lebih dulu pada teman temannya, ada tugas yang tidak bisa menunggu meski jam istirahat sudah habis.
Beginilah kehidupan seorang Kim Gaeun. Mendaftar OSIS dengan tujuan utama membolos kelas karena tidak mau berurusan dengan Matematika, gadis itu malah sibuk menjadi sekretaris OSIS.
Berbekal utusan Ketua OSIS-nya yang tegas, Gaeun melangkahkan kaki ke perpustakaan setelah bel selesai istirahat berbunyi.
"Gaeun? Nggak kelas?"
Itu Jimin, penjaga perpustakaan yang seringkali ikut membantu siswa dalam mencari buku, materi, bahkan solusi percintaan.
Istilahnya, dia tempat curhat bagi beberapa siswa yang sering mampir ke perpustakaan sekolah.
"Oh, lagi ada tugas negara, kak, hehe. Mau tanya sekalian, ada berkas daftar sponsor festival sekolah tahun lalu nggak? Kata Soobin disimpan di perpus," tanya Gaeun, melihat lihat meja kerja Jimin.
Pria itu tampak sibuk sejenak, berkutat dengan komputernya setelah mengetik singkat. Kemudian tersenyum puas ketika mendapat hasil yang diinginkannya.
"Rak kayu paling belakang, deret ketiga, baris pertama. Bisa sendiri, kan?"
Gaeun mengangangguk, mengacungkan jempol, "Terima kasih!"
Mengingat ingat, langkah kakinya yang tenang akhirnya berhenti di depan rak buku yang dimaksud.
Matanya meliar mencari arsip untuk keperluan festival sekolah. Selagi di sini, Soobin bahkan merepotinya untuk mencatat beberapa nama dari buku tebal itu.
"Ketemu," Gaeun tersenyum puas, menarik buku besar bertuliskan tahun angkatan sebelum dirinya.
Berbelok untuk mengangkat buku besar itu ke meja terdekat, Gaeun malah dikejutkan dengan sosok lelaki yang sedang menatapnya.
Meneguk ludah, Gaeun menyapa, "Taehyun? Di sini?"
"Hmm, sini aku bantu."
Dasarnya, lelaki memang lebih kuat dari perempuan. Kang Taehyun bisa mengangkat buku besar itu dengan mudah, padahal Gaeun butuh tenaga besar untuk membawanya.
Meletakkan ke meja terdekat—di ujung ruangan, mereka lantas duduk bersebelahan, memunggungi dunia seakan tidak ingin waktu mereka diganggu.
"Kerjaan OSIS?" tanya Taehyun, menyandarkan punggung ke kursi kayu.

KAMU SEDANG MEMBACA
awan - kang taehyun [✔]
Fanfiction[ᴏɴᴇsʜᴏᴏᴛ] awan itu menggantung di langit tanpa pijakan, melambung mengikuti angin, tapi tidak bisa terbang tinggi mungkin kalau digambarkan, seperti itu hubunganku dengan dia. a special story.