{4}

0 0 0
                                    

Kini aku dan Dev sedang berada di sebuah tukang nasi goreng dipinggir jalan.Kami sama-sama memesan nasi goreng yang pedas , jus alpukat dan es jeruk.

"Kamu suka nasi goreng juga?" Tanyanya padaku.

"Siapa sih yang tidak suka makan nasi goreng , semuanya suka lah "

"Ya kan tidak semua nya juga," Aku tertawa , Dev adalah orang yang nyaman sekali diajak bercanda. Kupikir sifatnya sangat dingin , tapi pikiranku saja yang aneh.

Tak lama pesanan kami datang dan kami makan bersama sambil bercerita bersama.

"Kamu dari jurusan arsitektur ya?" Tanya padaku sambil mengunyah nasi goreng.

"Iya , kamu sendiri?" Aku bertanya padanya setelah menyedot es jeruk milikku.

"Iya saya memang sendiri , kenapa?" Aku terdiam dan dia pun tertawa. "hmmm maksud ku, kamu jurusan apa?"

Dev memandangi ku "kau ini lucu sekali," Aku tersenyum kaku.

"Aku jurusan Manajemen , hai anak arsi" Dev mendadahiku. Aku tersenyum "Hai juga anak manajemen,"

Kami melanjutkan kegiatan makan kami.

"Habis makan kamu mau lihat seminar lagi?"  Tanyanya padaku.

"Sepertinya tidak , aku hanya ingin pulang saat ini,"

Dev mengaduk aduk minumannya dengan sedotan "mau kuantar pulang?"

"Ahhh tidak usah! Terima kasih telah mengajak ku makan," ku meletakkan uang lima puluh  rupiah kepada Dev.

"Ehhh ini..." kudengar suaranya yang ingin memanggilku lagi namun belum sempat memanggil ku sepertinya ia mengangkat telpon yang masuk.

Aku terus berjalan cukup jauh dari restaurant. Aku berjalan dipinggir jalan sembari mencari taksi yang lewat menuju ibukota. Aku pun duduk dipinggir trotoar , menunggu taksi yang lewat. Tak peduli seberapa kotornya trotoar ini atau betapa malunya aku duduk ditempat ini.

Aku melihat diseberang jalan , tepat didepan mataku seorang nenek sedang ingin menyebrangi jalanan , namun selalu terhalang karena laju kendaraan bermotor yang terus lewat tanpa hentinya.  Akupun bangun dari duduk ku dan menyebrang dengan mulusnya lalu menggandeng sang nenek. Kami menyebrang bersama.

"Terima kasih nak," ucap sang nenek.

"Iya nek , nenek hati-hati ya dijalan" nenek itupun pergi setelah mengelus punggung tanganku. Melihat nenek itu , tiba-tiba aku seperti rindu akan ibuku.  Aku kembali menunggu taksi namun tak kunjung datang. Lalu sebuah motor ninja berwarna hitam berhenti didepanku."Devano?"

"Kau lumayan cepat juga jalannya," Dev membuka helmnya. Mengambil satu helmnya lagi dan menyodorkannya padaku. "Ayok Kuantar , temannya Andi merengek pada Andi untuk aku mengantarmu pulang,"

Aku tersenyum "Kak Bima?"

"Bukan,"

Tanyaku bingung "Terus?"

"Lucinta Luna , cepatlah Abang tukang ojek gantengnya sibuk!" Aku terkekeh dengan ucapannya. Senyumnya sangat indah dan wajahnya tampan. Aku pun mengangguk. Perempuan mana yang tidak luluh diantar dengan laki-laki tampan ini.

Aku mengambil helm dan memakainya dikepala ku. Lalu naik ke motornya dan duduk di belakang Dev. Kupegang sedikit bagian bawah jaket kulit hitamnya. Lalu kami pergi pulang.

"Ini , iya disini, Okehh sampai" Kami telah sampai didepan gerbang kost-kostan ku.

"Disini? Kamu nge-kost?" Aku mengangguk.

"Kenapa? Mau mampir? Tap..pi ini khusus perempuan," Ucapku terbata-bata.

"Enggak , bukan gitu , ya udah aku duluan ya!" Aku mengangguk. Lalu masuk kedalam kost setelah memastikan Dev pergi jauh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hujan yang tak kusyukuriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang