Kini aku telah sampai didalam kost-kostan ku. Aku sudah mandi dan akan melanjutkan tugasku. Namun aku masih tak mengerti apa arti semua ini. Aneh, sampai aku tak bisa berhenti memikirkan laki-laki itu. Bila kuingat lagi, aku memang langsung meninggalkan laki-laki itu sebelum ia bangun dari tidurnya atau sebelum dia sadar akan apa yang aku katakan kemarin.
Aku jadi tidak tega dengannya.
Handphone ku berbunyi, aku melihat foto sosok yang sudah melahirkanku, mama, sedang meneleponku lalu kuangkat.
"Halo ma!"
"Halo sayang, gimana kuliahnya lancar?"
"Lancar mah.. mama gimana sehatkan?"
"Sehat kok sayangnya mama , sudah makan nak?"
"Sudah ma"
"Jangan lupa obatnya dimakan ya nak!"
Aku tersenyum "Iya mahh , pasti"
"Baiklah mama tutup ya , jangan kemalaman tidurnya nanti sakit lagi loh! Good night!"
"Iya mah.. Bye , good night too"
Aku membuka kotak obat berwarna kuning yang selalu ada didalam tasku. Satu hal yang masih aku belum mengerti , sebenarnya aku sakit karena apa? Mama dan keluarga lainnya tak pernah mengusik bagaimana aku bisa sakit dan berakhir dirumah sakit kala itu.
Semakin ku ingat rasanya kepala ku semakin sakit. Apa ada yang membuatku seperti ini? Ataukah aku yang pernah berbuat salah pada orang itu?
Aku memutuskan untuk merebahkan diri dikasur ku , hingga akhirnya aku terlelap. Gelap.
*****
"Hai Maura!"Aku menoleh dan mendapatkan Dita yang duduk disampingku. Saat ini aku sedang berada di cafe dekat kampus.
"Hai Dit, kenapa? Kok tumben kesini?"
Dita menggeleng pelan, "tidak apa-apa aku hanya ingin beli coklat panas disini, dan gak sengaja aku liat kamu disini." Aku tersenyum.
"Iya nih, aku lagi menunggu jadwal kelas selanjutnya, hanya saja rentang waktunya sekitar dua jam lagi, daripada pulang aku mampir saja kesini," ujarku.
"Terus ini lagi kerjain apa?" tanyanya.
"Ohh ini, ini aku lagi baca baca aja, bagus-bagus banget gak sih miniaturnya?"
Dita mengangguk "Iya menarik ya."
"Kamu pergi aja ikut pameran gitu, kali aja dapet inspirasi," ucap Dita.
"Iya ya, tapi sama siapa ya?"
"Kak Bima katanya mau ikut pameran gitu, kamu gak mau ikutan?"
Aku menggeleng,
"Oh iya tadi aku bertemu dengan Kak Bima di depan fakultas Sastra," ucapnya.
"Dia lagi ngapain?"
Dita mengedikkan bahu-nya, "Tidak tau, mungkin temannya"
Tak lama handphoneku berdering kembali. Kak Bima menelepon ku.
"Halo Maura!"
"Iya Kak Bima , ada apa?"
"Kata Dita kamu mau ikut ke seminar bareng aku?"
Aku tercengang , sejak kapan aku meminta pada Dita untuk ikut seminar dengannya. Dasar Dita.
"Halo.."
"Ehh iya kak , maaf , ehmmm... iya iya kak"
"Oh ya udah besok siang aku tunggu ditukang mi ayam dekat kampus ya"
"Ohhh iya kak , iya!" Aku tersenyum senang. Ku cerita sedikit , Bima adalah senior di kampusku sekaligus orang yang kusuka enam bulan setelah aku masuk kampus ini. Sekarang sudah satu tahun setengah berkuliah , berarti aku sudah menyukainya selama satu tahun. Tapi aku tidak yakin rasanya ada seseorang yang lebih dulu membuatku terpesona setelah kak Bima. Apa benar ingatan ku hilang?
Hari ini cukup membuat otak ku berpikir dua kali lebih keras , aku tak mau lagi membebani tubuhku yang selalu saja berkutat pada masalah. Aku memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhku dikasur empuk sambil memejamkan mataku dan tak lama aku tertidur.
- - -
Dipagi yang cerah aku menggerakkan tubuhku yang kaku-kaku akibat tidur yang terlalu nyaman. Mimpi dalam tidurku tidak terlalu buruk , namun menyisahkan tanda tanya sebab aku tak bisa mengingat sosok sosok yang ada dalam mimpiku itu.
Hari ini aku tidak kelas , dan ini adalah hari dimana aku bisa bersantai ria. Kulihat jam pada benda pipih milikku menunjukkan pukul 8.00 , waktu yang pas untukku melakukan olahraga dipagi yang cerah. Aku bersiap untuk kegiatan yang santai dihari ini.
"HAHHHHH pagi ini adalah pagi sangat sejuk" Aku bermonolog.
Tunggu! Bukan saat ini aku memang sedang berbicara sendiri? Ah yasudahlah tak usah dipikirkan.
Aku langsung membereskan semua tugas-tugas ku , berganti pakaian agar kelihatan lebih rapih disamping Kak Bima. Rambut ku biarkan terikat karena aku tidak suka digerai dan memakai bedak tipis-tipis agar terlihat natural.
Sepuluh menit aku siap dengan rok jeans hitam selutut dan kemeja setengah lengan warna kuning , lalu aku pergi ketempat yang telah dijanjikan. Setelah sampai , aku melihat kak Bima sedang menelepon seseorang sambil duduk dikursi.
"Kak..!!" Aku menghampiri Kak Bima.
"Ehhh... Maura , Ayokkk" aku mengangguk.
Kak Bima mengajak ku naik ke mobilnya dan aku duduk di Dan ini pertama kalinya aku naik mobil berdua dengan Kak Bima.
"Sebentar ya.." kak Bima membuka Handphone nya , tak lama kemudian seorang wanita muda yang cantik mengetuk kaca mobil kak Bima.
Kak Bima melambaikan tangannya. Wanita itu langsung masuk kedalam mobil dibagian belakang.
"Apa kabarnya nihh Dew!" Tanya Kak Bima. Aku mengangguk pelan setelah berhasil mengetahui namanya , Dewi.
"Baik kak , oh iya ini siapa?" Dewi menunjukkan kearah ku dari belakang.
"Ohh kenalin ini Maura junior aku dikampus , Maura kenalin ini Dewi adiknya teman aku"
"Maura" Ucap ku memperkenalkan diri sambil berjabat tangan.
"Dewi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan yang tak kusyukuri
Short StoryRintikan hujan membahasahi gedung yang aku tempati saat ini. Entah apa arti dari hujan ini , apakah setiap rintikan hujan ini menggambarkan suasananya hatiku yang sedang kacau? Atau ada maksud lain dari turunnya hujan ini? Namaku Maura Devina Adelin...