Arella berhenti didepan sebuah kamar milik adiknya, seseorang yang memiliki paras persis dengan dirinya, tetapi berbalik dengan kepribadiannya. Walaupun adiknya benci terhadap dirinya, Arella akan tetap menyayanginya. Sampai saat ini Arella masih tidak tahu dimana letak kesalahannya, apa yang ia lakukan hingga membuat kembarannya itu benci terhadap dirinya selama tertahun-tahun, seberapa besarkah kesalahannya? Arella tidak tahu.
Sepertinya kali ini tidak hanya Aretta yang benci dengan Arella melainkan kadua orang tuanya mungkin sudah menaruh rasa benci pada dirinya. Tadi ia baru saja dituduh memukul Aretta, ia tidak melakukannya sungguh, walau ia seorang psikopat tapi ia tidak akan tega melukai keluarganya apalagi Aretta.
Arella menatap pintu itu lalu membukanya secara perlahan agar tidak menggangu tidur Aretta. Ia langkahkan kakinya menuju ranjang. Disana adiknya tenggah tertidur pulas dengan beberapa luka lebam pada pipi dan juga pelipis Aretta.
Dia Arella hanya menatap sendu sang kembar tanpa berniat membangunkannya. Kilasan kejadian beberapa jam lalu berputar bagai kaset rusak di otaknya. Arella memejamkan mata seraya memalingkan pandangan ke jendela, Arella berfikir ia seperti orang bodoh disalahkan tanpa tau kesalahannya.
Gue benci lo! Gue pengen lo mati!
Perkataan sang kembar kembali berbayang di otaknya, kata-kata sama yang dilontarkan bibir gadis itu setiap kali mencoba memperburuk namanya didepan Ayah dan Sang Bunda. Tangannya seketika mengepal mengingat drama itu.
***
Haiii semuanyaaaaa.
Apa masih ada yang baca?Btw aku awal nulis ini pas masih SMP dehh, dan sekarang? udah lulus SMK anjirrr, dah kerjaa. Iseng-iseng nyari cerita tentang sick male ehh malah muncul ni cerita, aku kira punya siapa, ternyata punyaku hehehh.
Telat 3 tahun ga ngaruh wirrr.