Sabi kali sambil dengerin yang di atas
.
.Zia termenung di balkon kamarnya. Ia masih terpikiran, tentang Cliv.
Zia teringat tentang pertemuan pertama kali ia dan Cliv.
Flashback
Zia kecil sedang duduk di sebuah bangku taman dengan beberapa boneka yang menemaninya. Setiap jam 4 ia selalu pergi ke taman bersama para boneka kesayangannya.
Ia selalu bercerita tentang sekolah dasarnya pada boneka beruang kesayangannya.
"Kamu tau gak? Ikzi tadi kesel loh sama aziz. Masa Ikzi cuman mau minta coki-cokinya, eh di bentak." Kemudian ia terus bercerita pada bonekanya tanpa memperhatikan Cliv kecil yang sudah duduk di bangku sebelahnya Zia.
Setiap hari ia datang kesini cuman mau mendengarkan keluh kesanya Zia. Tanpa sepengatahuan Zia tentunya.
Cliv memberanikan diri untuk menyapa Zia.
"Hai. Ikzi yah?" tanya Cliv kecil
Zia mendongkak kala namanya di sebut, Zia mengangguk. "Iya, kok kamu tau nama Ikzi? Terus kamu siapa? Temennya Ikzi di sekolah? Tapi Ikzi gak perna liat kamu di sekolah" ujar Zia dengan pertanyaan yang bejibun.
Cliv terkekeh. "Aku Cliv. Aku bukan temen sekolahnya Ikzi. Tapi aku orang yang sering dengerin kamu ngeluh disini."
Zia mangut-mangut. "Kamu mau temenan ama Ikzi?"
Cliv tersenyum, ia pergi dari hadapan Zia lalu pergi ke salah satu rumah yang ada di sekitar lalu mengambil setangkai bunga matahari lalu kembali ke hadapan Zia.
Zia terus memperhatikan gerak-gerik Cliv sampai ia kembali di hadapan Zia.
"Ini bunga buat kamu. Dan mulai sekarang kamu jadi pacar aku. Mau?" tanya Cliv sambil menyodorkan setangkai bunga matahari.
"Ikzi mau." ujar Zia bahagia.
Lalu Cliv duduk di samping Zia, ia mengelus surai hitam Zia.
Sampai akhirnya Zia pindah negara, kemudian ia mengganti nama panggilannya menjadi Zia, karena Ikzi hanya boleh di panggil oleh Cliv dan keluarganya.
Flashback end.
Zia tersenyum sambil menangis. "Dulu pertemuan kita indah banget. Kamu jadi milik aku, aku jadi milik kamu. Tapi kenapa sekarang beda? Aku pikir kamu masih Cliv nya aku, tapi ternyata aku salah" ujar Zia kemudian ia menangis dengan boneka beruangnya yang berada di pelukannya.
Ia sunggu sakit. Niatnya pindah Ke Indonesia untuk bersenang-senang namun yang ia dapat malah kesakitan
"Zia pabo, Zia pabo" ujarnya sambil memukul dadanya yang terasa sangat sesak.
Dering telfon membuat tangis Zia meredah. Ia melihat di layar dan tertera nama "milkice🍃"
Ia menggeser icon hijau lalu menempelakan ke telinganya.
"Halo kenapa?" tanya Zia masih dengan sesegukannya
"Kenapa? Kok nangis?" tanya pria di sebrang sana
"Gak apa-apa daddy, hanya masalah kecil."
"Jangan sedih dong. Kan pindah ke sana buat bahagia kok malah jadi sedih" ujar daddy nya Zia di sebrang sana
"Gak papa dad." Ujar Zia tersenyum
"Daddy ama mommy sehat-sehat yah di sana, Zia tutup dulu, dadah daddy titip salam ama mommy" ucapnya lalu ia memberikan kiss kepada daddy nya lalu mematikan telfonnya tanpa menunggu balasan sang daddy.
Yah begini lah Zia. Anak durhaka kayak rafa. Canda
Lalu tak lama kemudian handphonenya kembali berdering, Zia melihat siapa yang menelfon dan tertera "sohib♡"
Ia menggeser icon hijau lalu menempelkan ke telinganya lagi.
"Annyeoung" ucap Windy di sebrang sana
"Wae?"
"GUE BESOK BERANGKAT KE INDONESIA NEMENIN LO SELAMA LO DISANA YUHUU GUE PINDAH SEKOLAH BOSEN MANDANG COWO KOREA MULU"
"Kecelin volume lo bego! Lu mau gue tuli karena lo? Kalo mau bilang dong"
"Astaga kagak. Gue cuman bahagia dan cuman pen nyampein itu. Sampai berjumpa ketika gue udah disana babay" lalu Windy mematikan telfonnya.
"Astaghfirullah kagak ngotak tu anak" ujar Zia lalu kembali masuk ke kamar karena dingin sudah menyerbunya.
🍃🍃🍃🍃
Zia berangkat bersama abangnya, karena jujur ia malas membawa mobil.
Setelah sampai di sekolah, masih sama seperti kemarin, banyak yang memuji dia.
Di parkiran ia bertemu dengan Cliv yang baru saja sampai tentu dengan Vira.
Zia terus memperhatikan Cliv, yang hanya melewati nya begitu saja karena telalu asik menggandeng tangan Vira.
Zia menahan bulir airmata yang akan keluar, setelah beberapa saat, akhirnya ia pergi dari parkiran, tadi Chad telah duluan karena ada kepentingan lain.
Zia berjalan cepat,dan melewati Cliv tentunya.
"Eh Zia." sapa Cliv
Zia meberhentikan jalannya lalu membalikan badan. "Hai." sapa balik Zia
Cliv hanya tersenyum lalu kembali berjalan dan melewati Zia lagi.
Zia tersenyum, lagi dia di perlakukan begini. Akhirnya ia bolos dan memilih untuk ke rooftop. Terserah abangnya mau bilang apa yang penting, ia ingin menenangkan diri terlebih dahulu.
🍃🍃🍃🍃
Zia menatap langit yang sangat cerah, sambil mendengarkan musik favoritnya.
Tak lama kemudian ia, mendengar suara gaduh dari seberang. Rooftoo ini sangat besar. Ternyata rooftop ini adalah markas geng Cliv.
Mereka tidak menyadari bahwa Zia berada di sini. Mereka duduk lalu menghisap se batang rokok.
Samar-samar Zia mendengar percakapan mereka.
"Yang kemarin ikzi kan? Lo masih sayang ama dia?"
Cliv tertawa renyah. "Gak. Sayang ama cinta gue udah fokus ke Vira aja gak ada perempuan lain. Dari awal gue dekat ama dia karena dulu gue kesepian cuman dia anak seumuran gue yang berada di lingkungan gue. Gue tembak dia karena ngasal aja namanya anak-anak."
Zia tertegun. Jadi selama ini? Dia menutup hatinya ternyata tidak ada gunanya. Ia melangkah pergi dari sana hatinya sakit. Awalnya sangat keterlaluan untuk Zia
Gio buka suara. "Gue tantang lo."
Semua tertegun, baru kali ini Gio buka suara untuk alasan tidak penting. Setau mereka, Gio akan buka suara ketiga genting saja.
Alis Cliv terangkat.
"Buat Zia jatuh hati ama lo. Kalo dalam 1 tahun lu berhasil bikin dia bahagia ama lo, lo minta apapun ke gue. Ingat cuman satu tahun. Kalo lo yang malah jatuh cinta ke Zia. Gue akan meminta apapun ke lo. Dan kalo lo gak mau terima tantangan dari gue. Gue akan ambil Vira dari lo"
Semua cengo baru kali ini mereka mendengar Gio mengucapkan lebih dari 3 kata.
Cliv berpikir sejenak lalu ia menatap Gio. "Deal!"
"Maaf Zi. Gue gak mau kehilangan Vira."
Maaf jarang up:(
KAMU SEDANG MEMBACA
XILIKZIA AND CLIVERT
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM MEMBACA.) Ini tentang Zia. Xilikzia Charissa Scarletta Bellvania Xalando yang menaruh hati pada seorang Cliverd Geovani Justin Exerlis. Cowok yang ia temui saat berumur tujuh tahun di taman. Namun sayang, Cliv tidak membalas perasaan...