"Zia?" tanya Cliv pada dirinya sendiri
Lagi dan Lagi Zia memutar bola matanya malas. "Ikzi," ucapnya.
Seketika Cliv langsung paham dari apa yang di ucapkan Zia. Ia berdiri, menarik pelan tangan sang empuh dan langsung memeluk erat tubuh Zia.
Zia yang mendapat perlakuan tersebut sontak langsung membalas pelukan sang sahabat.
"Gue kangen sama lo," ucap Cliv lirih. Sungguh, dia sungguh merindukan sahabatnya ini.
Zia menarik pelan tubuhnya dari Cliv, kemudian ia mendongkak menatap netra coklat yang sangat teduh. "Sama. Gue juga kangen sama lo."
Tentu keduanya sudah menjadi pusat perhatian saat ini.
'Eh, sumpah mereka sahabatan?'
'Kok gue rasa mereka berdua cocok yah,'
'Iya, lebih cocok dari Vira sumpah.'
'Apa iya dengan adanya Zia, Cliv bakal pelan-pelan ngelupain Vira?'
'Entah, liat aja kedepannya nanti.'
Begitulah bisik-bisik para murid yang memperhatikan interaksi keduanya.
Dari arah jauh, Vira, melihat semua itu. Ia tersenyum sangat tipis. Ia bahagia kalau Cliv sudah mendapat pegantinya.
Ia menghampiri mereka yang sedang asik berbicara satu sama lain.
"Hai. Kenalin gue Vira sahabat Cliv," ujar Vira seraya mengulurkan tangannya.
"Eh," Zia menatap ke Cliv kemudian kembali menatap tangan Vira. Zia membalas uluran tangan itu. "Zia, sahabat kecil Cliv."
Vira mangut-mangut. "Boleh duduk di sini?"
Cliv mengangguk cepat. "Duduk di sebelah aku aja," ujarnya seraya menepuk berkali-kali tempat di sebelahnya
Zia tertegun. 'Aku? Aku? Gue? Gue? Kok beda'
"Aku?" ucapnya refleks
Cliv menatap ke arah Zia. "Kamu? Kenapa?"
Dengan cepat Zia menggelengkan kepalanya. "Gak papa,"
Cliv mengangguk mengerti kemudian kembali mengajak Vira yang masih berdiam di tempat.
"Ayuk duduk di samping aku."
Vira merasa jadi tak enak karena Geo, berada di tempat yang sama. Vira, Cliv, Geo, Zico satu sekolah saat smp sampai ke sma.
Dari saat pertemuan pertama kali, Vira memang sudah menaruh hati pada Geo yang orang-orang menyebutnya kulkas berjalan. Sikap dingin dan misterius membuat Vira jatuh hati pada sang empuh.
Namun, barang satu kata pun Geo tidak pernah berbicara pada Vira. Dan siapa sangka kalau awal ketemuan, Cliv sudah menaruh hati pada Vira.
Vira menyadari, namun ia pura-pura tak menyadari karena jujur, Vira tidak menyukai Cliv.
Akhirnya, mau tak mau Vira menuruti ucapan sang sahabat karena Cliv terus memaksa Vira agar duduk di sebelah Cliv.
Kini, Zia merasa terasingkan. Karena Geo dan Zico yang tengah bermain game sedangkan Cliv sudah bertukar cerita dengan Fira.
°_°
Bel sekolah sudah menggema di seantro sekolah. Setelah guru berpamitan, murid-murid membereskan peralatan mereka kemudian melangkah menuju gerbang sekolah.
Ada yang tinggal karena harus menjalankan kewajiban mereka sebagai murid yang menadapat piket.
Zia melangkah menuju ke parkiran karena mobilnya berada di sana.
Namun, saat sudah sampai di parkiran, Zia melihat bahwa Cliv sedang memasangkan helm ke kepala Vira. Nampak Vira pun fine-fine saja malahan ia selalu tersenyum seraya memandang wajah Cliv
Dada Zia begitu sesak. Ia menyadari bahwa ia sangat menyukai Cliv. Sejak perpisahan dengan Cliv, Zia tidak membuka hatinya karena Cliv sudah bertahta di hati Zia.
Ia pikir Cliv sama juga dengan dirinya. Yang menyukai dirinya. Namun apa ini? Bukankah jika Cliv menyukai dirinya berarti Cliv harus menjaga perasaan Zia?
Ah, rasanya sakit. Ternyata dia yang terlalu berharap. Berharap mereka berdua sama-sama saling menyukai. Namun realitanya tidak.
Chad terus memerhatikan Zia karena ia tau bahwa adiknya menaruh hati pada sang empuh.
Ia mendekat ke arah Zia, kemudian memeluk dari belakang tubuh Zia. "Kok belum pulang, hmm?"
Zia menghapus airmatanya yang tak sengaja menetes. "Ini mau pulang,"
Chad melepaskan pelukannya kemudian membalikan tubuh Zia. "Kamu nangis karena cowok itu?" Jujur. Sejak kecil Chad sangat membenci cowok yang bernama Cliv.
Zia menggeleng pelan. "Nggak kok, tadi aku kelilipan," ujarnya
"Heleh! Boong dosa loh," ujar Chad seraya mencolek hidung Zia
Zia mendengus sebal. "Apaan sih! Gak sopan! Colek-colek gak sopan!"
"Terus harus gimana?"
"Gak usah colek-colek! W mau pulang by bang laknat!" ujarnya seraya melenggang pergi
Chad menggelengkan kepalanya merasa aneh dengan sifat Zia yang suka berubah-ubah.
Ia melangkah pergi menuju ke arah motornya. Rupanya Cliv belum pergi namun hanya seorang tidak ada cewek yang bernama Vira di situ.
Chad hanya melirik sinis ke arah Cliv lalu menaiki motornya dan melajukan motornya untuk pulang.
Zia melihat interaksi keduanya. Ia tau bahwa Chad tidak menyukai Cliv. Alasannya, Zia tidak tau, namun yang pasti sejak Cliv pindah negara, Chad langsung membenci Cliv.
Hay:) ai kombek:) jangan Votmen:* lovyuuuu💜
KAMU SEDANG MEMBACA
XILIKZIA AND CLIVERT
Novela Juvenil(FOLLOW SEBELUM MEMBACA.) Ini tentang Zia. Xilikzia Charissa Scarletta Bellvania Xalando yang menaruh hati pada seorang Cliverd Geovani Justin Exerlis. Cowok yang ia temui saat berumur tujuh tahun di taman. Namun sayang, Cliv tidak membalas perasaan...