Paparazi

130 30 6
                                    

Kelas di mulai beberapa menit yang lalu, kini seluruh murid tengah fokus mendengar materi yang diajarkan. Terkecuali Dita yang hanya fokus pada objek yang sedang menjelaskan materi di depan sana.
Selena yang melihat tingkah sahabatnya merasa ngeri, sahabatnya benar-benar menyukai dosen menyebalkan itu. Bahkan sedari tadi tidak memalingkan pandangannya dan juga senyum yang selalu mengembang.

Sedangkan Dita merasakan sakunya bergetar, Dita mengabaikannya saja tanpa melihat siapa yang menghubunginya. Lagi pula ini pelajaran mana mungkin Dita mengangkat telpon, bisa-bisa pak Alan menghukumnya. Tidak boleh.!! Dita harus menjadi mahasiswi teladan didepan pak Atalanta.

Lagi-lagi Selena melirik Dita, anak ini mengabaikan ponselnya yang bergetar padahal Selena sudah risih karena getaran itu mengenai meja dan membuatnya tidak fokus.

"Pstttt dit.. dita... HP lo tuh geter terus" bisik Selena,

"Biarin aja lah.." ucap Dita tanpa mengalihkan pandangannya.

"Nihh anak ya.. kalo penting gimana" gumam Selena.

Kelas telah usai dan Atalanta telah keluar dari ruangan di susul beberapa mahasiswa lainnya. Dita masih saja senyam senyum sendiri di bangku nya.

"Udah gila ni anak kalik ya senyam senyum mulu dari tadi" cibir Selena.

Dita memicing ke arah sahabatnya "Selena, Dita masih denger suara kamu loh.!!"

Selena hanya acuh saja, "Bodoamat, emang kenyataannya gitu"

Dita meniup poninya kesal, sahabatnya itu memang tak pernah naif jika tentangnya apapun yang dilihat darinya selalu diutarakan.

Dita mengambil ponsel disaku kemejanya, dan betapa terkejutnya dia melihat banyaknya notifikasi panggilan tak terjawab dan juga pesan-pesan yang sangat banyak.

"Selena Dita pergi dulu ya.." Ujarnya sambil merapikan buku-bukunya.

"Kenapa lo, mau bolos.? Gue gibeng nih"

Dimasukkannya buku-buku itu ke tas dengan tergesa-gesa, "Penting ini urusan kerjaan, nanti Selena absenin Dita ya. Dita pergi dulu ya." Dita segera beranjak dari kursinya.

"Ehhh hati-hati, jangan lari-larian.!!" Teriak Selena melihat dita terburu-buru.

"Pasti tadi telpon penting kan, ngeyel sih disuruh angkat juga." Gumam Selena dalam hati.

Dita cepat-cepat menuju keparkiran dan mengambil motornya. Tiba-tiba seseorang menabrak bahunya sampai kunci motor yang ada ditangannya terlempar.

"Aduh maaf ya.."
Dita mendongak dan matanya bertemu dengan dosen wanita yang bernama Indira.
Indira mengambilkan kunci motor Dita yang terlempar agak jauh dan memberikannya pada Dita.

"Sekali lagi Bu Indira minta maaf ya.."

Dita menggeleng, "ehh tidak apa-apa bu, saya juga tadi lagi buru-buru"

"Oh begitu, ya sudah saya ke atas dulu" kata Indira pamit pergi.

'Cantik banget ya bu indira' batin Dita.

Dita pun kembali menunju motor dan segera melajukannya ke apartemen Daniel.
Tadi Dita mendapatkan SMS bahwa Daniel butuh sesuatu dan tak bisa keluar. Jadi terpaksa Dita harus membelikannya, kalau tidak Daniel akan mengancam menuntutnya karena membuat Daniel keseleo tadi malam.

Sesampainya di apartemen Daniel, dita memarkirkan motornya dan mengobrak abrik kantong kresek indomerit yang dicantolkan di motor maticnya. Dita mengambil masker putih untuk menutupi wajahnya, tak lupa topi hitam digunakan untuk menyamarkan tampilannya.

"Dita udah kayak teroris kalo begini" kata dita saat melihat penampilannya di spion motor. Hanya mata saja yang terlihat karena jidatnya pun tertutup poninya yang tebal.

Dengan penampilan seperti itu Dita berjalan masuk kedalam gedung.
Dita teringat dirinya tidak tau nomer berapa apartemen Daniel, Dita berniat merogoh saku jaketnya untuk mengambil ponsel untuk menelpon Daniel. Mata Dita menangkap seorang lelaki yang tengah duduk di sofa lobi sambil membawa koran menutupi wajahnya.

Dita terkikik geli, dia tahu persis siapa orang itu. Dita mendekati lelaki itu dan menarik koran yang tengah ia pegang.

"Dunia belum terbalik mas, baca koran kok jungkir balik gini" ejek Dita memperlihatkan koran yang terbalik itu.

"Oh iya mba, mata saya bisa salto makannya bisa baca 360°" timpal Daniel.

Dita hanya geleng-geleng saja menanggapi Daniel yang tak mau kalah ketika berbicara.
Dita mendaratkan bokongnya duduk disamping Daniel.
"Katanya sakit, ngapain Daniel disini.?"
Daniel menoleh ke arah Dita, tatapan mereka pun bertemu.

'Nih anak kenapa gue denger dia ngomong aja gemes banget..!! Kan jadi pengen denger dia ngomong terus, apalagi ngomongnya pakek nama lagi. Dita Daniel gemes banget ya tuhan.'

Dita mengibas-ngibaskan tangannya kewajah Daniel.
"Daniel..!!! Daniell kok malah bengong sih.!!"

Bukannya menjawab tangan daniel malah terulur dan menarik kedua pipi cubby Dita dibalik masker.

"Awww... Sakit daniell.!!!"
Daniel tersenyum melihat pemandangan di depannya.

Daniel menarik lepas masker diwajah Dita,"gue pengen liat muka jelek lo yang ditutup masker" ucap daniel asal.

"Sembarangan, gini-gini Dita masih tergolong cantik tauk"

"Palingan yang bilang gitu cuma emak lu" cibir Daniel.

"Enggak.!! Mama Dita aja jarang dirumah sibuk kerja, mana mungkin sempet merhatiin Dita cantik atau enggak."
Daniel terkejut mendengar jawaban Dita, yang lugu. Dita mengucapkannya dengan sangat mudah, bagaikan itu bukan hal yang penting.

"Yang bilang Dita cantik itu sahabat Dita namanya Selena. Cuma Selena yang baik sama Dita." Cerocosnya.

"Udah-udah, kenapa lo jadi curhat sih. Lo tuh gue suruh kesini buat nganter gue cari makan."

"Ihhhh Daniel kan kaya, kenapa makan aja nyari.? Beli dong Daniel, udah kaya pelit amat." Celetuk Dita.

Daniel berdecak sebal "Ini antara elu lawak apa lagi mode bego gue ga bisa bedain sumpah. Terserah lo dah gue udah laper"

Dita dan Daniel keluar untuk menuju ke parkiran. Dengan dipapah Dita, Daniel berjalan dengan tertatih dan melupakan sesuatu.

Saat hendak melepaskan rangkulan Daniel dari pundaknya, Daniel menatap pada kaca spion Dita.
Sebuah lensa kamera menonjol dari sela-sela kaca mobil disana.

"Paparazi..!!" Gumam Daniel.

"Apa daniel.? Dita nggak denger."
Ucap Dita menatap Daniel.

"Pakek masker lo.. dan jangan menghadap ke arah jam 10.!!"

Dita yang mendengar itu tanpa banyak tanya langsung melakukan perintah Daniel.

"Balik ke apartemen sekarang juga.!!" Bisik Daniel berusaha tenang.

"Tapi daniel.."

"Jangan bantah gue.!!"
Dita mengangguk dan memutar balik langkahnya menuju apartemen Daniel.

Setelah sampai apartemen Daniel, dita mendudukkan daniel ke sofa.

"Kok kita malah ke sini.?" Tanya Dita.

"Kaki gue tambah sakit kalo dipakek jalan, lo masakin gue aja di dapur." Perintah Daniel.

"Dita nggak mau.!! Lagian Dita nggak bisa masak selain mi sama telur.! Daniel pasti nggak suka"

"Yaudah masak itu aja"

Dita melotot mendengarnya, "Daniel kok mau.??"

"Ya kenapa emang.? Mi instan kan juga makanan"

"Tapi kan Daniel artis, masa seleranya kayak anak kos gitu, gagal deh Dita males masaknya." Dita melangkah gontai menuju pantry.

Daniel merebahkan dirinya di sofa "Sekarang tinggal mikirin cara ngadepin media, dan lindungin identitas lo dari fans gue" gumam Daniel mengingat paparazi diparkiran tadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 31, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Take Your Heart (Just 15 Eps)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang