▪︎la la kos | dua▪︎revised

502 97 19
                                    

▪︎la la kos | dua▪︎revised








ROSA menghapal naskahnya sambil menyemili keripik kentang di kamarnya. Rosa kebagian jadi pemeran utama yang ditunjuk oleh teman satu kelompoknya untuk projek teater sebelum UTS. Sebelumnya, Rosa tak pernah jadi pemeran utama. Apalagi untuk projek yang cukup besar ini. Makanya, Rosa semangat banget.

Kegiatan Rosa terinterupsi sejenak kala beberapa ketukan di pintu kamarnya terdengar, dan sebuah kepala muncul di balik pintu tersebut.

"Masuk, Je."

Julian, pemuda yang mengetuk pintu Rosa barusan, masuk menuruti titah Rosa. Berbaring di sebelah Rosa yang duduk masih menyemili keripik kentang dengan kertas naskah di satu tangannya.

"Ngapalin naskah?"

Rosa mengangguk sebagai jawaban pertanyaan Julian. "Lo gak ada kelas?"

"Ada. Nanti siangan."

Rosa mengangguk paham. Kemudian kembali menghapal naskahnya. Julian yang melihat hal tersebut menatap Rosa lekat. Memandangi gadis itu yang fokus menghapal naskah.

Rosa yang berusaha untuk mengacuhkan Julian, menoleh jengah. Risih juga ditatap lama-lama sama Julian. Apalagi dengan wajah memelas bak kucing yang minta perhatian.

"Kenapa, Je?"

Seketika bibir Julian melengkung. "Bete, Ca. Ngapalinnya nanti aja. Ajak gue ngobrol kek."

"Lo kalau bete tuh main game kek, baca buku kek, ngerjain tugas kuliah sama ngurusin organisasi lo kek. Ini malah ngerecokin gue."

"Hehe." Julian menampilkan deretan giginya ke arah Rosa. "Males kalau ngelakuin hal lain. Mending ngobrol sama lo aja."

Rosa menghela nafas. Menyerah, Rosa menyimpan naskahnya ke nakas samping tempat tidurnya dan memfokuskan perhatiannya pada Julian.

"Mau ngobrol apa?"

"Entah. Apa aja, Ca."

"Lo aja yang cerita, gue dengerin."

Julian terdiam sejenak memikirkan cerita apa yang harus ia bagi pada Rosa. Sebelum kembali mengeluarkan suara. "Gue ada yang deketin, Ca."

Raut wajah malas Rosa kini berubah antusias. "Siapa?"

"Clara. Anak teater angkatan kita juga."

"Gimana-gimana? Kok bisa?"

Tidak seperti Rosa, wajah Julian berubah keruh. "Ya gitu. Dia ngajak jalan gue. Tapi, gue tolak."

"Lah? Kenapa?"

"Gak tertarik, Ca. Lagian kan, ada lo. Kalo gue sama cewek lain, lo sama siapa?"

Rosa terdiam. Kemudian ikut membaringkan dirinya dan menatap langit-langit kamarnya.

"..Sori, Je."

Julian menoleh pada Rosa. "Kenapa lo minta maaf?"

"Gara-gara kelalaian gue, lo harus terus jagain gue. Padahal gue udah gak papa kok. Kejadian itu juga udah lama."

Posisi tubuh Julian kini berbaring miring menghadap Rosa. "Gue gak keberatan, Ca. Karena itu bukan kelalaian lo. Itu kelalaian gue yang gak bisa jaga lo dengan baik. Gue yang harusnya minta maaf, Ca, sama lo. Maafin gue.."

Rosa ikut memiringkan tubuhnya, sehingga mereka menjadi saling berhadapan. "Lo boleh kok, Je, deket sama cewek lain."

"Gue gak mau. Lo aja cukup buat gue. Kalau bisa, gue sama lo aja sampe tua. Biar gak ada yang bisa nyakitin lo lagi."

Dada Rosa menghangat. Senyumnya mengembang sempurna. Lalu dengan kilat mencubit kedua pipi Julian gemas.

"Kenapa lo gemesin banget, Je!"

♡♤

HUJAN turun deras sore ini. Hanya ada Rosa, Kendra dan Mina di La la kos. Sedang yang lainnya masih berada di kampus. Rosa masih menghapal naskah di kamarnya. Kendra dan Mina duduk di tengah rumah memainkan game di televisi.

"Na, masih belom move on dari Emil?"

Mina yang tengah fokus menatap layar televisi menoleh sekilas pada Kendra yang tiba-tiba menanyakan hal tersebut.

"Kenapa emang?"

"Mau gue kenalin ke temen gue soalnya. Siapa tau kan, cocok."

Mina seketika menggeleng. "Gak usah. Suka sama Emil aja udah ngerepotin banget. Nanti-nanti aja deh."

"Kabarin kalo mau." Jeda sejenak, Kendra melanjutkan, "Mau move on maksudnya."

"ISH!" Mina mendelik pada Kendra. "Ya mau lah move on. Tapi kan, suka sama orang itu gak mudah. Masa mau cepet-cepet move on?"

"Ya kalau orangnya balas suka. Ini orangnya malah curhat cewek lain, emangnya sesi konseling? Apa kabar tuh hati?"

"Yang penting ikhlas."

Kendra mencibir. "Ikhlas sih ikhlas. Tapi kok tiap malem dengerin lagu galau?"

Wajah Mina menekuk. Tak membalas ucapan Kendra yang memang 100% tepat sekali. Bagaimana tidak, Kendra kan teman curhatnya Mina. Apa-apa Mina itu ngandelinnya Kendra. Meski jahil, Kendra gak pernah bocor sana-sini.

"Anjir lah! Kalah lagi."

Kendra berdecak kesal melihat layar televisi. Sedangkan Mina tersenyum bangga telah mengalahkan Kendra.

"Makanya, jangan iseng. Kalah kan lo, Bang."

"Hoki aja itu mah."

Kendra bangkit dari duduknya, melihat keluar jendela. Hujan masih turun deras. Pikirannya melayang pada hal lain. Memikirkan akan nasib seseorang di tengah hujan deras begini.

Gisella udah pulang belom ya? Mana hujan gede.

Kendra mengeluarkan ponselnya dari saku celana.

Gigi

Udah beres kelas?
Pulang sama siapa?

Dua deret pertanyaan ia kirim pada Gisella. Centang dua dari 3 menit yang lalu. Tapi, tidak ada tanda-tanda Gisella akan membacanya. Dengan begitu, Kendra bergegas membawa kunci motornya di atas meja.

"Mau kemana, Bang?" tanya Mina dengan wajah bingung.

"Kampus dulu bentar."

Setelah membawa helmnya, Kendra membuka pintu depan dan langkahnya terhenti kala melihat sebuah mobil baru saja parkir di depan kosan. Seketika, niat Kendra untuk menjemput Gisella hilang kala melihat gadis itu keluar dari mobil dipayungi cowok lain.

♡♤

YUHUU HUJAN DERAS, HATI KENDRA IKUT TERGUYUR :)

berikan banyak cinta untuk kendra;

berikan banyak cinta untuk kendra;

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
la la kosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang