Namtarn duduk di tepi ranjang sambil memeluk kedua lengannya. Pikirannya melalang buana. Beberapa kali wanita berambut lurus itu menghela napas.
Tok! Tok!
Ketukan kecil di pintu membuat Namtarn menoleh. Sebuah kepala mungil mengintip malu. Mata bulat Chimon menatap wajah Mamiinya. Namtarn tersenyum kecil dan melambai meminta Chimon mendekat.
“Mamii kenapa duduk sendiri di sini?” tanya Chimon lugu. Ia berusaha naik ke atas ranjang yang tinggi. Namtarn dengan tertawa membantu Chimon.
“Gak apa, Sayang.” Namtarn mencubit gemas kedua pipi gembil putranya. “Daddy mana?” tanya Namtarn.
“Daddy udah pulang, adek Love nangis minta susu. Tau gak, Mii? Daddy beliin Chimon mainan baru, loh,” ucap Chimon dengan riang. Namtarn mengelus sayang rambut putranya. Pintu kamar terbuka pelan, di sana Gun berdiri.
“Namtarn.”
“Sayang, bisakan main sendiri? Mamii mau ngomong sama Papa, oke?” Chimon mengangguk lalu melompat dari ranjang kemudian berlari keluar dari kamar.
Namtarn diam menunggu Gun bicara. Perlahan pria mungil itu berjalan mendekat hingga duduk di sisi Namtarn.
“Namtarn,” panggil Gun. Namtarn menoleh, ia melihat sinar memohon di mata Gun.
“Aku tidak bisa, Gun. Aku tidak bisa menghianati Off untuk yang kedua kalinya,” ucap Namtarn hampir memekik.
“Aku hanya tidak bisa berpisah dengan Chimon!” seru Gun.
Napas keduanya sama-sama memburu. Namtarn berdiri dan membuka pintu balkon. Angin malam menyeruak masuk mendinginkan kepala keduanya.
“Tolong aku, Namtarn. Aku benar-benar menyayangi Chimon.”
Suara Gun berhasil mengusik hati Namtarn yang kesepian. Jujur wanita itu sangat membutuhkan perhatian dari seseorang. Namtarn rindu seseorang membelai dan memanggilnya dengan sayang dan penuh kelembutan. Bertahun-tahun sendiri membuat Namtarn membutuhkan sosok pendamping hidup. Hati Namtarn kembali dilema. Pikirannya menjadi kalut.
“Namtarn, tolong pikirkan Chimon. Ia membutuhkan sosok ibu. Anggap saja hal ini sebagai bayaranmu atas waktu yang hilang bersama Chimon.”
“Tapi ... Off?”
“Ini tentang Chimon! Bukan Off!” Suara Gun menggelegar memenuhi kamar. Namtarn terkejut bukan main refleks tangannya menutup kedua telinga. Namtarn sangat takut dibentak, hal itu mengingatkannya atas perlakuan Off dulu. Tubuh Namtarn mulai bergetar tak terkendali.
“Maaf. Maaf aku membentakmu,” ucap Gun lembut. Perlahan pria mungil itu membawa Namtarn ke dalam pelukannya.
Namtarn merasa tenang. Hatinya mulai egois. Ia mulai menginginkan kehangatan ini untuknya seorang.
“Aku siap, Gun. Aku siap berstatus Nyonya Phunsawat.” Namtarn menatap dalam mata Gun yang tampak berbinar. Pria itu memeluk Namtarn dengan erat bahkan mengecup dahi Namtarn.
“Aku harus egois, Off. Maaf,” batin Namtarn.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Lie | OffGun Story
Fanfiction"Gun! Jangan berusaha membela anak yang bukan darah daging kita! Chimon itu anak Namtarn dan Arm! Dia bukan anakku!" "Antar Gun pulang kembali ke rumah orang tua Gun. Kumohon Papii," pinta Gun. "Aku tidak bisa, Gun. Aku tidak bisa menghianati Off un...