Off duduk pada posisi yang sama selama satu hari. Ia hanya diam di kursi meja makan sambil menatap kosong pada sebuah kertas di tangannya. Sorot terluka tampak di matanya.
Jane datang membawa semangkuk sup jamur dengan aroma kaldu yang menyegarkan. Segelas air juga Jane letakkan di samping mangkuk.
"Makanlah dulu, Phi," ucap Jane. Gadis cantik itu duduk di kursi samping Off.
"Terima kasih, Jane," ucap Off. Ia menyentuh pipi gadis itu dan menggenggam tangannya.
Air mata jatuh membasahi meja. Off menangis. Sup jamur itu mengingatkannya akan Gun. Pria mungil itu selalu memasakkan sup jamur jika Off terlalu lelah bekerja.
"Phi, kau baik-baik saja?" Jane menyentuh tangan Off yang berada di atas tangannya.
Off menggeleng. Ia memeluk Jane dan menyembunyikan wajahnya di bahu Jane. Pria itu menangis dengan isakan lirih.
"Phi, merindukan Gun, bukan?" tanya Jane. Off tidak menjawab.
"Kenapa Phi tak berusaha mengambil kembali Gun?" lanjut Jane.
"Jane baik-baik saja, Phi. Jika kalau pun, Jane tetap bersama dan menikah dengan P'Off. Setiap hari P'Off akan terus menangis seperti ini karena mengingat Gun," ucap Jane.
"Jane benar-benar tidak apa, Phi. Gun lebih berarti daripada Jane. Bahkan, Jane yakin Gun juga merindukan Phi seperti Phi merindukannya," tambah Jane.
"Aku tidak apa-apa, Jane. Aku hanya membutuhkanmu." Off melepaskan pelukannya dan menyendokkan sup ke mulutnya.
Jane hanya diam dan menatap sedih pria di sisinya itu. Walau bibir pria itu terus mengatakan baik-baik saja, Jane tahu benar ia sangat membutuhkan Gun. Mata tak dapat berbohong.
***
Chimon bermain bersama boneka pokemonnya sambil menonton televisi. Layar lebar televisi menampilkan tokoh pokemon bernama Pikachu tengah mengunjuk bakatnya.
Gun dan Namtarn duduk di sofa di belakang Chimon. Keduanya terdiam. Walau mata mereka menatap televisi, pikiran keduanya melalang buana.
"Yeay! Pikachu hebat! Kartunnya udah habis, deh." Chimon bangkit dari duduknya dan mematikan televisi.
Chimon menoleh ke belakang dan melihat kedua orangtuanya masih memandang televisi. Chimon kecil kebingungan dan berjalan ke arah Mamii dan Papanya.
"Pa! Mii!" panggil Chimon.
"Iya, Sayang. Kenapa gak nonton kartunnya? Seru, loh," jawab Namtarn tanpa menoleh.
"Tapi, kartunnya udah habis, Mii. TV-nya udah Chimom matiin," jawab Chimon.
"Oh, ya?" Namtarn mengerjap lalu memperhatikan layar gelap televisi. Ia melihat putra mungilnya menggembungkan pipi kesal.
"Maaf, ya, Sayang. Mamii ngelamun," ucap Namtarn.
"Mamii gak boleh ngelamun lagi, ya? Kata Papii, kalo orang ngelamun berarti ada sesuatu yang penting yang sedang dipikirkannya. Biasanya sesuatu itu jahat dan bisa bikin kita sakit," jelas Chimon.
"Wah, Papii ngajarin itu ke Chimon?" tanya Namtarn.
Putra mungilnya itu mengangguk dan tersenyum bangga. Namtarn mengusap sayang rambut Chimon.
"Pintarnya anak Mamii," puji Namtarn.
"Siapa dulu dong anaknya Mamii sama Papa." Chimon memberikan jempolnya ke arah Namtarn lalu Gun.
Saat jempol Chimon terarah ke Gun. Pria mungil itu masih melamun, bahkan air mata menggenang di pelupuk matanya.
"Pa," panggil Chimon.
Namtarn khawatir. Ia menyentuh bahu Gun. Chimon pun menyentuh lutut pria mungil itu.
"Pa," panggil Chimon lagi.
"Gun," panggil Namtarn sambil mengguncang pelan bahu Gun. Namun, pria itu tidak merespon.
"Gun!" Kali ini Namtarn mengguncang kuat.
Gun mengerjapkan matanya. Lalu, menatap wajah Chimon dan Namtarn bergantian. Senyum kecil terukir di bibirnya.
"Ada apa, Gun? Jangan membuatku takut." Namtarn menyentuh tangan Gun yang berada di atas paha.
"Tidak ada. Aku baik-baik saja." Gun menggenggam tangan Namtarn.
"Kenapa Papa nangis?" tanya Chimon. Putranya itu terlihat khawatir. Gun mengusap sayang pipi Chimon.
"Papa terlalu lama gak kedip makanya ada air mata. Papa gak nangis. Bukannya Chimon sudah belajar itu, ya?"
"Iya, Pa." Chimon mengangguk.
"Aku baik-baik aja, Namtarn." Gun kembali menenangkan wanita di sampingnya.
"Ayo tidur, Chimon. Besok sekolah, bukan?"
"Iya, Pa," jawab Chimon.
"Chimon mau diantar siapa besok? Papa atau Mamii?"
"Mamii besok harus bertemu Daddy," sahut Namtarn.
"Sama Papa kalo gitu, oke?" Chimon mengangguk menyetujui.
"Ayo ke kamar, kita sikat gigi, minum susu, baru tidur." Gun membawa Chimon menuju kamarnya.
Namtarn memandang arah perginya Gun. Punggung itu terlihat rapuh sekali.
***
Selamat Hari Raya Idul Fitri🙏🙏
Maafkan aku yang terlalu lama nge-up cerita ini💚💚💚

KAMU SEDANG MEMBACA
Lie | OffGun Story
Fanfic"Gun! Jangan berusaha membela anak yang bukan darah daging kita! Chimon itu anak Namtarn dan Arm! Dia bukan anakku!" "Antar Gun pulang kembali ke rumah orang tua Gun. Kumohon Papii," pinta Gun. "Aku tidak bisa, Gun. Aku tidak bisa menghianati Off un...