Chapter 2

20 2 0
                                    

"X MIPA 1" betapa terkejutnya melihat sebuah tulisan yang digadang-gadangkan kelas dengan murid pintar. Aku memikirkan bagaimana bisa aku masuk ke dalam kelas ini, otak ku saja kadang punya delay untuk merespon atau menghitung angka.

"Gurunya ga beres, mungkin gurunya ngantuk jadi salah masukin gue ke kelas ini." Omonganku terdengar dikuping miliknya yang membuatku hanya tersenyum.

"Hey! Dimas kamu ketinggalan satu murid nih." Dengan wajah yang malu, aku hanya senyum-senyum menghilangkan rasa dosa.

"Ya sudah, masuk cepetan dan duduk." Dalam hati gue hanya mengucapkan syukur karena dia ga marah saat aku telat masuk.

"Eits, sebelum duduk kerjakan soal yang kakak berikan."

Kesal sih, jengkel juga pasti ada dalam hati ini. Tadi di suruh cepetan masuk dan duduk, sekarang malah disuruh kerjain soal, orang mana yang ga kesal kalau diginiin. Dia mulai menulis menggunakan spidol dan memberikan sebuah soal pelajaran Matematika.

"Cih, untung gue ikut les bimbel. Mudah sekali ini mah" Aku membalikkan tubuh dan mengambil spidol ditangan kakak kelas yang bernama Dimas tersebut.

"Sudah kak?" tanya aku padanya.

"Hm ... benar." Dia mengucapkan hasil dari jawabanku sembari membuka bukunya.

"Padahal ini soal yang susah dan juga ini soal kelas sebelas loh, Dim." Terdengar suara dengan nada lemah dari salah satu teman satu pengawas kelas, dilihat dari bet namanya, Cecillia.

"Ya sudah kamu duduk disana." Sambil menunjuk ke salah satu bangku yang sebelahnya pas sekali murid perempuan.

Awalnya ga sadar saat jalan tapi pas udah duduk dan menengok ke arah kanan, alangkah terkejutnya. Langsung ku buang wajah ku ke sebelah kiri.

"Eh bentar deh, ini hoki gue apa gimana. Bisa sekelas dan semeja dengan cewek yang ada di lapangan tadi." Bagaimana pun aku terkejut, jari-jari ditangan bergerak sendirinya.

"Nama aku, Veronika Vira. Panggil saja Vira, salam kenal" Dia menjulurkan tangan ke arah ku.

"Eh, lelaki macam apa gue. Cewe yang memulai percakapan."

Membalikkan arah pandang ke Vira dengan wajah tenang tapi dibuat keringat dingin olehnya, "Nathan Azelya Azka" aku menjabat tangannya.

"Halus banget ga kaya kakak gue, telapak tangan kaya serutan es, kasar." Lalu dia alias Vira kembi mengucapkan sesuatu.

"Kamu cowok tapi dikasih nama Azelya, haha." Karena aku orangnya ga pandai berbicara jadi hanya senyum sekilas saja.

"Jangan marah, Nat. Aku tadi bercanda"

"Bukan marah tapi gue ga bisa ngomong, udah semeja, sekelas, satu sekolah. Vir, jadi cewek gue aja sini," ucap aku dalam hati.

Aku hanya mengangguk kepala, suasana menjadi hening diantara kami berdua, tidak ada yang berani membuka percakapan. Aku dan dia sedang memerhatikan kakak kelas dari pengurus Osis menyampaikan tentang sekolah ini.

"Semuanya, jam istirahat sudah dimulai, bagi kalian kami beri waktu 15 menit untuk memakan bekal kalian dari rumah."

Bagaikan langit, eh. Bagaikan pembagian sembako gratis dari pemerintah, mereka langsung berjalan keluar dari kelas dan pergi menuju salah satu kantin disekolah ini tapi ada juga yang bawa bekal dari rumah dan makan di kelas. Sebenarnya aku ingin jajan ke kantin, ya beli lah sebotol air mineral dan cemilan yang sehat, tapi mager ku ini ga mau di ajak kerja sama.

Lantas aku membuka smartphone, memasang headshet dikuping lalu memainkan musik kesukaanku dismartphone. Kepala lalu di tempelin ke tas yang ada di atas meja sebagai bantalan disaat aku tiduran dengan posisi duduk.

"Dim, dikelas ini ada yang namanya Nathan ga." Seharusnya headshet ini mampu menahan segala suara dari luar tapi kenapa bisa ada suara yang bisa masuk.

"Perasaan gue kurang enak." Aku cabut headshet sebelah kiri kupingku dan mengintip ada apa yang terjadi dikelas.

Ternyata setelah mengintip sejenak, aku melihat si kecebong alias kakak gue Nathalia dan Kak Dimas menunjukkan tangannya ke arahku, sontak aku kembali menenggelamkan kepala di atas tasku.

Suara langkah sepatu terdengar, pasti ku duga ini si kecebong itu dan benar saja, dia meniup kupingku. Kelemahan aku itu nampak saat kuping atau leher ditiup.

"Ikut kakak bentar, ikut ke kelas kakak," ucap kak Nathalia.

Mau nolak pun ga akan bisa, orangnya suka maksa. Walau ga kasar tapi kalau adu jahil, dia ga mau kalah. Tuhan mengapa engkau ciptakan manusia seperti dia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

That's My BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang