CERPI

5 2 0
                                    

Kelompok koala (14) genre comedy
Judika, Zifsya, Seikha

SEMUA KARENA DASI

Pagi hari yang mendung iniku awali dengan mandi air dingin karna tak sempat memanaskan air.

"Sial, padahal ini hari pertama aku kambali sekolah. Kenapa harus telat?" Teriak kata hatiku.

Dengan mengigil serta hanya berbalut handuk putih tipis aku memakai asal pakaian sekolah lamaku, maklum aku masih anak baru.

Di saat itu pula tanpa perduli teriakan-teriakan memaki dari tanteku terus menyelingi setiap pergerakan ku, hahh... Dia selalu begitu. Aku curiga dia pemarah seperti itu karna tak kunjung mendapat jodoh.

Sudahlah, aku pun tak terlalu memperdulikan nya.

Dengan tergepoh-gepoh dan tanpa izin yg sopan, ku sambar sepotong roti panggang milik tante dan langsung berlari keluar dengan menenteng tas serta sepatu yang belum kupakai sama sekali. Samar-samar ku dengan tanteku mengumpat dengan bahasa yang menyejukkan hati.

Dan, ini aku. Cathalena Kerrin Elizabeth, akrab dan sering disapa Kerrin. Aku pintar tapi tak terlalu mempunyai akhlak.

Aku turun dari bus kota yang meninggalkan asal mengepul di udara, tanganku masih aktif merapikan pakaian yang tak sempat ku pakai dengan benar saat di rumah tadi.

Aku jugak baru sadar jika aku lupa membawa Dasi,  sudahlah, aku begitu kenal sekolah ini. Mereka tak pernah memberikan hukuman ringan pada murid yg datang dengan kondisi kurang.

Lagipula tidak ada lagi kesempatan ku untuk masuk. Lihat, gerbangnya bahkan sudah tertutup saat aku tiba tadi. Takdir seperti berkata aku tak layak bersekolah, takdir kita tak berteman lagi mulai sekarang

Di saat genting itu, datang seorang siswi yang juga terlambat.

"Ter-lam-bat... Hah, hah, huhhh.. Ya mbak" Tanya siswi itu sambil terus menarik nafas nya yg tersengal karna berlari tadi.

"Iya nih, hehe" Jawabku dengan senyum yg terkesan canggung.

"Yok ikutan gue, kita masuk lewat belakang" Ajaknya sambil menarik tanganku dengan paksa.

Heiii... Aku bahkan belum menjawab iya.

Di sela lari kami, kulihat dasi yang tersangkut diantara tanaman liar yang tumbuh di sekeliling pagar pembatas sekolah.
Dengan cepat ku ambil dasi itu dan kuselipkan di kantongku, hehe selamat ...

Tarikan tangan dari siswi berambut ikal itu membawa kami ke sebuah tempat yang tak tertutupi pagar tinggi yang membatasi sekolah. Dia ternyata tak membual ketika mengatakan akan mebawaku masuk tanpa di ketahui siapapun.

Karna sudah lebih pro, dia memanjat terlebih dahulu dan aku menyusul di belakangnya. Saat sudah masuk di kawasan sekolah, dia lebih dulu lari tanpa menarik ku lagi. Dia sempat mengedipkan matanya ke arahku, dan menghilang diantara dinding bangunan sekolah. 

Aku menghela kemudian mulai memakai dasi yang aku temukan di semak. Setelah itu aku berlari menuju kelas baru.

Sesampainya di pintu kelas dengan nafas yang memburu, tiba- tiba semua orang menatapku. Dan aku mulai mencari bangku kosong untukku duduki.

Aku duduk di kursi paling belakang barisan ketiga. Semua orang menatapku, aku jadi gugup sendiri sesaat aku berdeham untuk mengilangkan kegugupan ku.

Namun tiba-tiba seorang siswa yang kulihat bername tag Immanuel Rendy. A, mendekatiku lalu memojokkanku lalu mendekatkan wajahnya. Jantungku berdegup kencang, entah apa yang ingin lelaki ini lakukan.

'Mamaaa anak mu yang paling cantik ini mau di apa-apain huee- batinku'

"Sekarang cewek udah belajar jadi pencuri juga ya," ucap Rendy. Sontak aku menganga apa-apa. Lelaki ini.

"Enak aja lo ngatain gue pencuri!" Ketusku pada lelaki di hadapanku. Ia kemudian menarik dasiku ... Ah ... tidak lebih tepatnya dasi yang kutemukan di semak tadi.

"Terus apa kalo bukan pencuri?, ni dasi punya gue kenapa bisa ada di Lo?" ucapnya tak kalah ketus, sementara aku semakin gugup. Pertama masuk kelas ini tak ada kesan baik.

"E-enak aja ni dasi punya gue! Ngaku-ngaku Lo kalo gapunya duit buat beli dasi jangan ngaku-ngaku punya orang dong!" ucapku kesal.

_Author POV

Seisi kelas yang hanya beranggotakan 12 orang itu menahan tawanya. Baru kali ini ada gadis terlihat judes dengan Rendy sampai-sampai mengatainya tidak mampu. Padahal Ayahnya adalah seorang chef dan mempunyai banyak cabang restoran. Rendy mengelus dadanya mencoba untuk sabar, ia mencoba mengeluarkan senyum andalannya.

"Cantik ... ini dasi punya aa nih ada bekas tipe-xnya. Coba sekarang aa tanya kamu Nemu dasi nya dimana coba?" Ujar Rendy dengan nada halus.

'Aduh mamaee jantung mau loncat ini' batin kerrin-

"N-nemu di semak!" ujar Kerrin terbata.

"TUHKAN!" Ucap Rendy dengan nada keras, membuat Kerrin dan seisi kelas terlonjak keget, lalu mengelus dadanya.

"Liat nih gue gapake dasi ... Itu punya gue ... Balikin ...." rengek Rendy sambil menghentak-hentakan kakinya seperti anak kecil.

"Dih! Gamauu ini punya gue, orang gue nemu kok!" ujar Kerrin kekeuh dengan pendiriannya. Lagi pula dasi itu tidak ada namanya.

"Itu punya gueee ... Nanti perwalian kalo dihukum gimana?" Ujar Rendy yang kini mulai berkaca-kaca. Selain bandel dan bobrok Rendy juga memiliki sifat manja.

Kerrin yang melihat mata Rendy yang mulai berkaca-kaca, dirinya malah ikut memanyunkan bibirnya, lalu mengeluarkan air matanya.

"Yaudah hiks ... ni, hiks aku kasih." ujar Kerrin sambil melepas dasinya lalu memberikan ke Rendy. Rendy justru menolak dasi yang di berikan Kerrin. Seisi kelas bergeleng-geleng heran hampir tertawa, melihat kejadian ini.

"Ini di pake lo aja, demi alek kaga ngapa-ngapa." ujar Rendy yang tidak jadi menangis, karena menahan tawa melihat ekspresi Kerrin dengan mata sembab hidung kemerahan.

Sesaat kemudian, guru BK pun masuk ke dalam Kelas sambil membawa penggaris panjang, seperti biasanya setiap hari akan ada razia yang tidak memakai seragama.

Sontak Rendy pun terkaget "Busettt, coba gue ambil tadi Dasinya."
Kerrin pun sontak langsung mengarah ke arah Rendy yang wajahnya kelihatan agak kaget.

"Selamat pagi anak-anak, seperti biasanya bapak akan memeriksa peralatan kalian ya, yang merasa dirinya tidak mengenakan seragam lengkap silakan berdiri!" Ujar Guru BK.

Rendypun langsung berdiri dan acungkan tangan.
"Rendy, kenapa kamu tidak bawa dasi ha?" Ujar Guru BK.

"Anu pak, anuu .... " Ujar Rendy.
"Kenapa ha? Mau cari ide lagi buat bohong?, kesini kamu maju!" Ujar Guru BK.

Rendypun maju ke depan (tepat disamping Guru BK).
"Jadi khusus hari ini, yang melanggar akan kita hukum. Dan hukumannnya akan berbeda dari hari lainnya, terkhusus Rendy untuk hari ini" Ujar Guru BK.

"Wih bapak, ngga bisa gitu dong pak, kok khusus saya sih?" Ujar Rendy

Anak kelaspun tertawa terbahak-bahak dan Kerrin yang tadi cemas sekarang ikut tertawa.

"Rendy ayo sekarang hukuman kamu, PBB diluar kelas, sambil minta maaf. Karena kamu sendiri hari ini yang melanggar." Ujar Guru BK sambil tertawa

Sontak para siswapun keluar melihat pemandangan Rendy dihukum diluar kelas. Sambil tertawa terbahak-bahak.

"Ayo Rendy, Maju Jalan!" Ujar Guru BK (sambil tertawa)

"Gue Rendy, gue ngga pake dasi," Ujar Rendy (sambil memaparkan wajah lucunya kepada semua siswa)

Siswa lain tertawa terbahak-bahak akibat wajah lucunya si Rendy. Diarah lain wajah kerrin terlihat cemas karna rasa bersalahnya, walaupun sebenarnya dasi yang ia kenakan sudah dipinjamkan oleh Rendy.
Sontak ada teman dekat Kerrin yang mendekati Kerrin.

"Hey ker, uweh kasihan banget sama Rendy dihukum, tapi ngakak sih wajahnya digituin," Ujar Vio
 
"Itulah gue merasa bersalah banget gara-gara gua pakai dasinya si Rendy" Ujar Kerrin (smbil cemberut cemas dan bibir yang hampir jatuh akibat kelucuan ekspresi nya).
" Ngajak, biasa kalik bibir lo hampir mau jatuh tuh. Lagian dia juga kan kasih dasinya." Ujar Limau

Saat hukuman Rendy sudah selesai, Rendypun masuk ke kelas dan duduk di bangku dan terdiam.

...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang