Ia berjalan dengan langkah yang besar dan segera masuk ke dalam ruangannya . Diikuti oleh perempuan dengan wajah yang terlihat kesal dan sesekali menghela nafas dan berulang kali mengusap mukanya .
" ayolah , clark . Izinkan aku mengambil cuti ." Asya menghempas badan mungilnya ke sofa coklat yang berada dalam ruangannya. Menyilangkan kaki dan memasang wajah memohon pada sarah clark- asistennya.
Dan clark hanya menatap kesal dan mengunci bibirnya rapat rapat, aku tau tentu saja ia marah . Saat ini jadwal kami sedang padat dan aku malah memohon cuti padanya.dia pasti sangat kesal denganku,kalau saja bukan ibu yang mendesakku untuk segera pulang aku tak akan mau mengambil cuti untuk pulang ke indonesia . Mengingat jarak yang tak dekat dan memerlukan biaya yang tak sedikit .
" clark, ayolah . Ini sangat mendesak . Kau tahu kan aku tak pernah meminta cuti kalau keadaanya tidak mendesak " aku menatapnya kembali, berharap kali ini dia akan luluh dengan usahaku
Dia – clark, hanya bisa kembali menghela nafas menahan emosinya , di saat keadaan sedang sibuk bisa bisanya asyana dengan polosnya memohon cuti padanya. Namun mengingat sudah lama perempuan di hadapannya ini tak pulang ke kampung halamannya itu, setidaknya dia akan memberikan izin meski dia harus kembali menjadwal pemotretan dan itu akan sangat merepotkannya.
" oke, asya. Jadi berapa lama cuti yang kau inginkan. Aku harap tidak lama lama karena pekerjaan kita sangat bergantung padamu . Aku harus menjadwal kegiatanmu lagi"
Asya langsung tersenyum sumringah dan mengatakan dengan suara yang lantang dan jelas bahkan rasanya bisa di dengar oleh orang dari luar ruangan ini, " satu bulan ".
clark seketika mengalihkan pandangan dari berkas berkasnya dan melotot kearah asya dengan pandangan ' yang benar saja '. Di menghela nafas dan terlihat sangat pasrah
" oke , aku tau itu sangat lama. Aku bahkan tak mengambil cutiku tahun lalu. Jadi bolehkan ?" Senyum licik tergambar dari bibirku
***
Pesawat yang membawanya baru saja landing, asya kembali menginjakkan kakinya di tanah kelahirannya sejak kepindahannya 2 tahun lalu ke Amerika .awalnya indah – ibunya, sempat menolak kepindahan yang di rasa sangat tiba-tiba . Asya yang notabene adalah anak tunggal sanggup bertahan di Amerika seorang diri dan bagi indah itu bukan hal yang mudah . Asya bekerja sebagai photografer di sebuah majalah dengan gaji yang lumayan.
Kepalanya pusing dan telinganya berdenging , ia sangat benci saat pesawat baru saja landing. Dia benar benar tak nyaman dengan kondisi tersebut. Menelan salivanya berkali kali berusaha menghilangkan rasa sakit di telinganya seperti yang dulu di ajarkan ibunya dan berhasil mengurangi rasa sakit itu . Dilihat dari jendela pesawat yang berada pada sisi kanan tubuhnya bangunan bandara berdiri kokoh di luar jendela . Sudah 2 tahun tidak ada di negara ini, bagaimana negara ini setelah dia tinggal 2 tahun ?.
Ia merogoh tasnya dan mencari handphone , dia ingin segera menghubungi mia – kakak sepupunya yang tinggal bersama dengan ibunya . Namun dia tak berhasil menemukan handphonenya di bagian manapun tas coklat tua yang sedari tadi dia peluk dalam perjalanannya, baru ketika di rogoh saku roknya , disanalah handphonenya berada tapi niat asya gagal karena pramugari memerintahkan bahwa telefon genggam baru bisa di gunakan saat penumpang sudah berada di dalam gedung bandara
Seketika saat pesawat sudah terparkir sempurna, ia lalu bergegas turun dari pesawat dan menghidupkan handphonenya
" mia.... ",
Belum sempat aku mendengar jawaban dari mia , seseorang menabrak tubuh mungil asya dan membuat dia terdorong ke depan " saya tahu mungkin anda sedang terburu buru , tapi mohon jangan merugikan seseorang dengan alasan tersebut " dia menatap sinis kearah asya dan melontarkan kalimat ketus dari bibirnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Asyana
RomanceIs it possible for you to love me again ? *** Dia hanya bisa menatap pria itu dengan tatapan yang tak bisa di gambarkan atau jelaskan lagi , belum ada 36 jam kepulangannya ke Indonesia , kenangan akan pria itu datang dan membawa kembali memori yang...