2. Sesuatu

35 1 0
                                    



Tok....Tok...

Grrrrr!!!!! Ia menggeram pelan di balik selimutnya sambil menggaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal. Dia melirik jam di atas dinding, baru jam 7 pagi. Kenapa orang-orang sangat senang bangun pagi. Ada yang menganggu tidur nyenyaknya. Dia masih merasa pusing dan jetlag setelah penerbangan panjang dari Amerika kemarin. Ia menarik selimutnya kembali dan mencoba kembali ke alam mimpi. tamu tak diundang tak henti hentinya mengentuk pintu kamarnya berulang kali. Dan usahanya membuahkan hasil, Asya menendang selimutnya asal dan duduk sambil mengucek matanya. Asya menyeret kakinya malas-malasan menuju pintu

" Woi!" sang tamu tak diundang langsung menerobos tanpa permisi sesaat setelah dia baru saja membuka pintu .

Asya mendapati wajah usil tamunya yang tak sopan sedang berbaring di atas kasurnya yang nyaman itu dan langsung menguasai kasurnya itu, cih dasar penjajah . ia meraih botol minum yang berada di meja samping tempat tidurnya dan meminumnya, sepertinya ibu yang meletakkannya tadi malam.

" ku dengar sang perantau sedang liburan ." tamunya berkata tanpa memalingkan muka dari handphone Asya yang kini juga di jajahnya . Dan Asya kini hanya bisa menghela nafas kesal. Menarik ikat rambutnya yang sudah berada di ujung rambutnya dan mengikat kembali rambutnya meski dengan kondisi yang asal-asalan.

"Dari mana kau dengar gosip murahan itu?." ia menatap tamunya jengkel dan duduk di tepi tempat tidurnya. Kemudian berdiri dan membuka gorden kamarnya. Cahaya matahari langsung masuk menerangi seisi kamarnya yang tadi gelap karena lampu kamarnya ia matikan.

" Dari kakak tercintamu " jawab dari pertanyaan Asya.

Asya yakin betul tak lama lagi , teman-temannya yang lain akan datang. Dia menyeret badannya dan membawa handuk ikut serta dengan dirinya ke dalam kamar mandi . Dia akan membersihkan badannya yang terasa lengket.

Tak lama Dia keluar dari kamar mandi dengan suasana yang lega, badanku sudah bersih dan wangi . Suara gaduh terdengar dari arah luar kamarnya, tak lama ketiga temannya sudah berdiri di depan pintu dengan muka kesal .

" Asya, kau adalah teman yang tak tahu diri. Pulang ke Indonesia tidak memberitahu pada kami " sungut seseorang di antara mereka , si drama queen. Siapa lagi yang akan berdrama sambil bertolak pinggang menatapnya dengan tatapan dramatis kalau bukan Keket, sebenarnya nama sahabatnya ini bagus yaitu Kathrine namun karena susah untuk di panggil jadi mereka semua sepakat memanggil si tukang drama ini dengan panggilan Keket.

" hei, kukira kau sudah jadi bule di Amerika sana hingga lupa pulang." Si cuek Agi masuk ke kamarnya dengan sindiran yang lumayan pedas dan langsung bergabung dengan Kanya yang sedang berguling-guling di atas tempat tidurnya.

Dirinya hanya diam dan tak menjawab pertanyaan mereka , dia segera menarik baju dari dalam lemarinya ."heeeeiii, letakkan baju itu " Acha berteriak histeris.

Dirinya menatap baju di tangannya dan temannya bergantian, apa salah ia mengenakan baju ini. Yang ia tarik dari lemari adalah baju baby doll nya buka baju yang aneh-aneh.

Kanya segera berdiri , dan segera menarik sebuah dress pastel dari dalam lemarinya dan menyodorkan pada Asya. Dirinya awalnya menolak dan menggeleng menanggapi perintah Kanya, ia ingin istirahat saja hari ini. Badannya masih terasa sakit dan pegal .

" sudah pakai baju ini " Kanya kembali menyodorkan baju itu padanya

" kita akan kemana ?."

Dirinya bukan mengikuti perintah Kanya malah balik bertanya. Tak ada yang menjawabnya semua tidak mengacuhkannya dan bergelimpangan di atas kasurnya. Dia menatap kesal pada mereka, dan terpaksa menuju kamar mandi membawa serta dress yang di sodorkan oleh Kanya tadi .

Setelah perdebatan yang panjang dan penuh akan drama yang pastinya berasa dari Keket, mereka akhirnya memutuskan untuk mampir ke salah satu Kafe yang sering mereka kunjungi zaman SMA.

Kafe ini tak berubah sejak terakhir kali dirinya datang kesini . dan menatap dinding Kafe yang mengingatkan akan masa lalu , saat dia dan teman temannya masih duduk di jenjang sekolah menengah atas yang hobinya nongkrong sampai sore disini .

"Asya,ayo cepetan duduk " Teriak Dyan

Dia segera mengangguk dan menyusul mereka yang sudah duduk dari tadi .

" Mbak Nila , biasa yaa. Tapi hari ini plus pesanan Asya "

" wahhh, mbak Asya lagi liburan yaaa?."

Asya mengiyakan pertanyaan mbak Nila dan menanyakan kabar mbak Nila empat tahun ini, mbak Nila yang humoris membuat perutnya sakit karena kebanyakan ketawa, dia pun akhirnya pamit dan kembali ke teman temannya yang sedari tadi sudah menunggu dia

" lama gak disini ?" tanya Kanya, sambil menatap seorang pria yang duduk tepat di samping mereka. Ahh, kebiasaan gak pernah berubah.

" satu bulan " ia menarik minuman Dyan dan meminumnya tanpa permisi.

" bentar itu untuk golongan bang toyib yang baru pulang setelah dua tahun " Agi mencicit pelan.

Agi lalu mendapat hadiah jitakan dari Septi yang kesel dengan omongannya, dan Asya hanya bisa tertawa mengamati teman temannya yang tak henti saling menyakiti satu sama lain

Hari itu mereka habiskan untuk keliling kota padahal tidak punya uang , hanya sekadar keliling dan bercerita menghabiskan waktu . karena tak bisa sering sering seperti ini lagi setelah mereka tamat SMA

Baru setelah pukul 7 malam, Asya turun dari mobil Keket dan melambai pada temannya. Namun Septi keluar dan mengatakan pada Keket bahwa ia akan menginap di rumah Asya karena besok ia cuti bekerja.

Asya hanya mengangguk, dan kembali melambai pada temannya yang lain.

" kamu, telah melewatkan beberapa hal penting selama 4 tahun ini " Septi meluncurkan kata kata yang terdengar ganjil di telingga Asya.

Asya hanya tertawa, " selain kucing Keket yang sekarang kayak jablay emang apa lagi yang penting ?"

" banyak, banyak yang berubah. dan waktu satu bulan ku rasa tidak akan cukup untukmu berada disini. Kuharap kau segera hubungi asistenmu dan minta diperpanjang lagi. "

Septi melenggang masuk ke dalam rumah Asya dan meninggalkan Asya bertanya-tanya sendiri apa yang terjadi saat dia menetap di Amerika. Rasa-rasanya saat mereka mengobrol di sosial media tidak ada hal yang ganjil yang mereka bicarakan.

Ia mengejar Septi, meminta penjelasan. Septi selalu seperti itu, memberi rasa penasaran tanpa ada jawaban. Memaksa mereka untuk mencari dan menemukan apa yang sebenarnya terjadi.

AsyanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang