3. Eruno Mahardika

25 1 0
                                    



Flashback.

"Sya ?" Septi berbisik padaku

" Ya " jawabku singkat

" kamu tidak apa-apakan ?" tanyanya khawatir

" gak papa, setidaknya aku tau sekarang ia udah bahagia" jawabku sembari tersenyum

" aku tau kamu gak senang "

"Sep, i'm oke. Ini emang menyakitkan tapi aku harus biarin dia bahagia " ia menelan ludah dengan susah payah.

Berbulan bulan terasa sangat menyesakkan . aku memang membiarkannya bahagia . tapi bagaimana kalau otakku selalu saja memmikirkannya.Tersenyum saat melihatnya berlari di koridor atau melihat lesung pipitnya saat dia tersenyum ringan . akh ini sangat membuatku tak bisa berpaling darinya . ya cinta memang sesederhana itu ketika kau jatuh didalamnya 

***

     Asya menatap selembar poto yang menampilkan dua orang yang sedang tersenyum manis di dalamnya. Mereka mengenakan seragam SMA, dirinya dan Eru saat mereka masih pacaran dulu. siang tadi ia menemukan foto itu dalam selipan buku-buku dalam kardus yang berada di atas lemari baju di dalam kamarnya. Dan foto itu membuat ia tak bisa berhenti menatap poto itu sejak tadi siang.


" Apa dia masih laki-laki yang sama ?", tanyanya kepada Keket yang sedari tadi diam menatap layar laptopnya. Yang di ajak bicara hanya manggut-manggut saja.

Acha datang dengan sebuah bungkusan di tangannya, dan berjalan mendekati Asya yang tetap tak pindah dari posisinya sejak satu jam yang lalu. Ia lalu menyodorkan kantongan yang di bawanya ke hadapan Asya dan mengerak-gerakkan mencoba menarik perhatiaannya.

" kau perlu makanan manis agar tak lemas, aku kadang heran denganmu. Bagaimana seseorang bisa kekurangan gula dalam dirinya sepertimu " Acha mengangkat bahunya, meletakkan kantongan itu di samping Asya dan bergerak menuju tempat tidurnya yang terletak di sudut ruangan itu.

"kamu mikirin apaasih?"

" apa kau tidak lihat, apa yang di pegangnya itu. Potonya dan mantan pacarnya yang tidak bisa dia lupakan itu, kakak kelas kita." Keket buka suara sambil membuat mimik muka yang menjijikkan menurut Acha. Berpaling dari Keket kini perhatian Acha kembali pada Asya.

" move on, kali Sya " Agi menatap sinis ke arah Keket

"sudahlah lupakan saja sudah 4 tahun, kamu juga gak tau kan kabar dia ", keket menyindir meski tidak mengalihkan pandangannya dari laptopnya

" mengapa tidak kau temui saja dia, toh kau juga penasaran kan ?"

" jangannya mau ketemuaan, si dia aja gak tau sekarang dimana " Keket langsung membalas pertanyaan Acha tanpa memberi kesempatan pada Asya untuk menjawabnya.

Asya dengan spontan langsung melepas bantalan sofa yang berada di sampingnya, dengan keras ke arah muka Keket dan rasanya ia ingin mencekik leher acha, dengan mudahnya ia bilang langsung mendatangi Eru. Ia saja tidak tau dimana Eru sekarang bagaimana dia bisa menemui pria itu.

Asya meraih kantongan yang tadi tergeletak di sampingnya dan membuka dan mengambil donut warna hijau yang mengugah iman, dan mengunyahnya dengan pelan.

" kenapa gak cari aja kontaknya dari sahabatnya?"

Asya yang fokusnya berada pada donut pemberian Acha kini menatap Keket dengan binar, benar juga. Kenapa gak langsung hubungin sahabat-sahabat Eru yang eksis di Medsos.

" kenapa gak dari tadi ?" Asya langsung meraih handphonenya dan membuka salah satu Medsosnya, namun ia kembali menatap ke arah Keket.

" kenapa gak sekalian cari Medsosnya Eru aja sih ?" tanyanya pada dirinya sendiri, namun kedua sahabatnya kini memandang ia dengan tatapan bingung.

" lah, bukannya Eru gak main begituan. Setauku sih dia anti begituan. Kan Elu yang bilang dulu woy"

Asya menepok jidatnya dengan keras, bagaimana ia bisa lupa. Eru kan anti begituan, tapi gak menutup kemungkinan juga kan dia udah main Medsos sekarang.



AsyanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang