2. Aduh! dia salah paham.

17 2 0
                                    

Rani merebahkan tubuhnya di atas kasur. Malam ini, kepalanya pusing sekali karena tugas kuliahnya yang tak kunjung selesai. Bukannya semakin ringan, tetapi justru semakin bertambah setiap harinya. Mahasiswa kedokteran memang sesibuk itu. Ia bahkan sampai melupakan makan malamnya.


Rani melirik jam dinding yang menunjukkan pukul setengah tujuh. Ia pun bangkit dari posisinya, bertepatan dengan itu, ponsel di atas meja pun berdering. Mau tak mau Rani segera meraihnya.



//Abhi is calling you//

Rani mengernyit. Ada perlu apa Abhi menelfonnya? Karena rasa penasaran, Rani mengangkat telfon dari Abhi.

“Halo, Ran,” sapa Abhi disebrang sana.

“Halo, Bhi?”

“Lagi sibuk gak?” Tanya Abhi.

Dengan bodohnya Rani menggeleng. Namun, dengan cepat ia tersadar dan menjawab,

“A...enggak nih, kenapa?”

“Gapapa, ayo kita makan malam bareng!”

Rani terdiam. Ia menjauhkan handphonenya dari kepalanya sambil menatap bingung. Ia tak menyangka Abhi benar benar semakin menunjukkannya. Ia tak bodoh untuk tak menyadari gelagat Abhi selama ini, dimana cowok itu selalu memberikan perhatian lebih padanya. Ia peka bahwa Abhigan Scarlett menyukainya.

Tapi, jujur saja.. Abhi bukan tipe Rani. Abhi adalah seorang teman bagi rani. Dan juga mana mungkin Rani menerimanya?, Jika disini posisinya Jiyo, sahabatnya sendiri juga menyukai Abhi. Ia tak mungkin sekejam itu untuk balik membalas perasaan Abhi. Lagipun, hati Rani masih milik Arva.

“ehmmm , gak dulu deh Bhi. Gue gak bisa keluar malem sama cowok,” tolak Rani. Ia mencari alasan yang tepat untuk menolak Abhi malam ini.
Abhi menghela napas.

“Yah gitu ya, beneran gak bisa? Sekali ini aja?”

Rani kembali berfikir, jujur dia merasa tak enak, kemarin ia menolak ajakan makan siang Abhi, sekarang ia pun harus menolaknya lagi.

“Kalau sama Jiyo gue mau kok Bhi, kita bertiga gitu” putus rani pada akhirnya. Ia tak mungkin hanya pergi berdua dengan Abhi, itu bisa saja menimbulkan kesalahpahaman antara Jiyo dan dirinya.

Abhi tak langsung menjawab, kemudian mengecuh. Suara hembusan nafas kesalnya pun terdengar. Dia sebenarnya tak rela jika ada seseorang yang mengganggu makan malamnya dengan Rani. Sekali saja, ia hanya ingin berdua dengan gadis yang ia sukai.

“Gimana, Bhi? kalau ada Jiyo gue oke nih. Tapi, lo yang ajak Jiyo, ya?” 

Abhi diam sejenak, lalu mengambil napas untuk berbicara. “Oke, tapi lo berangkat sama gue.”

Rani menggigit bibir bawahnya. “lah ngga gitu Bhi, gue berangkat sendiri aja.”

“Nope, gua yang jemput.”

Rani memejamkan matanya sejenak, jika begini caranya sama saja, ia tak enak dengan Jiyo.

“Gue bisa sendiri, lo jemput Jiyo aj-“

“Gue pengennya jemput lo, Ran. Bisa?
Lagipun Jiyo punya supir pribadi buat antar jemput dia. Sedangkan lo?”

Rani menghela napas. Baiklah, Abhi memang tak tahu menahu tentang dirinya.
“Okey, kita ketemu di tempat kursus bahasa,” putus Rani.

“Gak, gua bakal datang ke rumah lo.”

“Gak, atau dinner kita batal!” tegas Rani.

"Oke oke di tempat kursus"









UNPREDICTABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang