AUTHOR POV
Nissya dan Arsya berada dalam mobil Arsya kini. Keheningan tetap dan selalu tercipta di antara mereka berdua namun tatapan mereka mengarahkan akan emosi yang ingin meledak.
"Kenapa kaka bisa tau aku disana?" Akhirnya Nissya membuka suara, nampak sebal dengan perlakuan kasar Arsya barusan padanya. Dan ia begitu malu karena Juan melihat Arsya melakukan hal kasar itu padanya.
"Aku cuma ga suka aja. Udah tau kamu bakal berangkat sama aku. Kenapa malah sama cowo lain." Jawab Arsya ketus. Nissya menaikkan sebelah alisnya dan menatap Arsya bingung.
"Siapa yang bilang aku bakal ke sekolah sama kaka?"
"Aku."
"Terserah kaka deh. Aku cape debat dan berantem terus sama kaka!"
Dasar Arsya ribet! Ngeselin! Ketus!
"Mulai besok sampe seterusnya, aku bakal anter jemput kamu." Perintah Arsya.
"Tak ada penolakan." Arsya kembali melanjutkan kata katanya dan menatap Nissya dingin. Nissya membulatkan matanya. Perintah atau paksaan?
"Kaka gabisa ngatur aku! Aku gamau dianter jemput sama kaka. Apa kata temen-temen aku nanti? Mereka bisa mikir yang ngga ngga." Tolak Nissya lalu memalingkan wajahnya kearah jendela.
"Terserah kamu. Aku udah minta izin sama Mama kamu dan dia menyetujuinya." Arsya tersenyum penuh kemenangan.
"Sekali NGGA tetep NGGA!" Nissya menekankan kata kata 'ngga' pada ucapannya barusan dan Arsya hanya menanggapi seolah ia tak mendengarkan penolakan keras dari Nissya.
**
Sesampainya di depan sekolah, Nissya langsung turun dari mobil Arsya dengan emosi yang meledak ledak. Ia merasa perjalanannya menuju sekolah sangatlah jauh. Padahal jika naik bus hanya sampai 15 menit. Tapi saat naik mobil dengan Arsya justru seperti berjam-jam.
Nissya langsung berjalan setengah berlari menuju gerbang sekolahnya. Namun lengannya ditahan langsung oleh Arsya yang mengejarnya.
"Jadi begini sopan santun calon istriku dengan calon suaminya yang rela mengantarkan dia pagi-pagi ke sekolah padahal dia orang yang sibuk?" Ucap Arsya ketus. Nissya mendecih dan menatap Arsya sinis.
"Lantas aku harus apa? Mengusirmu jauh-jauh dan menyuruhmu agar tak mengatur hidupku lagi?" Nissya setengah berteriak hingga manik matanya menatap intens Arsya dengan sorot mata kemarahan. Arsya hanya menanggapi dengan datar.
"Tolong jaga sopan santunmu Danissya!" Bentak Arsya. Nyali Nissya langsung ciut seketika. Untung saja keadaan sekitar masih sepi dan mereka yang berlalu lalang nampak tak memperhatikan Nissya dan Arsya.
"Pokoknya tak ada bantahan dari setiap perintahku! Kamu calon istriku dan aku berhak mengaturmu untuk lebih baik." Arsya langsung melepas tangannya yang tadinya mencengkram kuat lengan Nissya.
Mata Nissya sudah berair. Nissya sangat takut dibentak oleh siapapun. Manusiawi, semua orang tak akan suka jika dibentak. Apalagi Arsya belum lama mengenal Nissya dan bahkan mereka belum kenal betul.
"Maaf kalo saya kelewatan. Saya cuma mau kamu jadi lebih baik dan tak kekanakkan." Nissya tak lagi berani menatap Arsya.
Arsya yang merasa bersalah karna telah membentak Nissya langsung menghapus air mata yang sudah jatuh ke pipi Nissya dengan kedua jarinya dan menangkup wajah Nissya.
"Gausah pegang pegang." Nissya langsung menepis tangan Arsya yang menangkup pipinya.
Arsya tertawa kecil.
"Kamu bener bener childish." Arsya langsung mendekatkan tubuhnya ke Nissya dan mengecup kening Nissya lama.
"Jangan ulangi perbuatan kamu lagi Danissya. Semoga sukses ujiannya." Arsya berbalik dan menuju mobilnya. Tak berapa lama mobilnya sudah melaju pergi meninggalkan Nissya yang masih terpaku atas perlakuannya barusan.
**
DANISSYA POV
Dasar bipolar! Cowo aneh! Berkepribadian ganda! Ngeselin!
Bagaimana mungkin laki-laki seperti Arsya bisa jadi calon suamiku! Lihatlah perlakuannya barusan. Ia baru saja membentakku dengan suara yang cukup kencang, selang berapa detik kemudian ia malah bersikap manis padaku.
Dan oh wajahku benar-benar tak mampu menyembunyikan blushing yang tercipta di pipiku atas perlakuan Arsya barusan.
Hei, tak ada wanita yang tak grogi dan sedikit terbang jika diperlakukan manis oleh pria. Tapi bukan berarti aku menyukainya. Tidak! Tidak akan!
**
Ujian telah usai. Dan tinggal menunggu hasilnya saja 2 minggu ke depan. Kini aku, Pita dan Farah tengah berada di sebuah kafe langganan kami jika suntuk seusai pulang sekolah. Tepatnya berada di komplek sekitar sekolah kami.
"Aduh gila. Pokoknya gue harus dapet snmptn! Kalo ngga, bisa diceburin ke sumur sama emak gue." Seru Farah frustasi lalu menyeruput cepat fruit punch miliknya.
"Yaelah selow geh selow napa Far. Kita mah pasti dapet wkwkwk...." Sahut Pita membanggakan diri sambil menepuk nepuk dadanya.
"Ehem...btw lo gimana Nis? Niat mah lanjut kemana?" Aku terhenyak dengan pertanyaan Farah barusan. Farah dan Pita menatapku seakan meminta jawaban segera.
"Eum...belum tau."
Bukannya belum tau tapi kayaknya ga ada harapan buat kuliah. Apalagi ngeliat kelakuan Arsya yang setiap hari nyiksa terus.
"Lah kok belum?" Pita menatapku bingung.
"Sebenernya ada yang mau gue ceritain sama kalian. Tapi janji jangan ngeluarin toa kalian disini ya." Pintaku. Mungkin sebaiknya aku harus memberi tahu mereka berdua.
"Yaelah lebay lu. Apaan si apaan?" Pita menarik narik ujung bajuku dan memperlihatkan muka super keponya.
"Setelah kelulusan, gue mungkin bakal nikah sama orang yang nyokap gue jodohin buat gue." Jelasku menatap mereka bergantian. Ekspresi kepo mereka kini berubah menjadi diam dan datar.
"Ah jangan bercanda lu Nis. Ga lucu sumpah." Farah langsung menyenderkan tubuhnya ke kursi.
"Yaampun gue serius, sherina, sumpeh!" Aku membentuk jariku menjadi V dan menatap mereka yang membulatkan mata.
"Gilaaa!!! Kok bisa?" Seru mereka berdua.
Akhirnya aku menjelaskan semua yang terjadi. Bahkan Pita dan Farah sampai keceplosan mengeluarkan toa mereka yang dihadiahi tatapan aneh para pengunjung kafe. Dan aku hanya mampu membungkuk minta maaf.
------------------------------------------
THANKS YG UDAH VOTE SAMA COMMENT😘😘 Maaf part ini masih kependekan yg penting di update ya wkwk ditunggu vote dan commentnya yg banyak yaa💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Marriage
Romance[COMPLETE] Danissya harus menelan kenyataan pahit, menerima perjodohan kedua orang tuanya dan menikah dengan seorang pria seperti Arsya. Arsya yang selalu bersikap dingin serta selalu mengucapkan kalimat tajam dan seakan acuh padanya. Arsya yang se...