Follow ig saya Aqiladyna.
Ikuti cerita saya di kbm app.
Sebagian cerita saya sudah tamat bisa di beli berbentuk ebook di playstore buku ketik Aqiladyna. Atau berbentuk pdf original bisa membelinya di wa +62 822-1377-8824. atau +62 895‑2600‑4971Anak pelacur sudah ada di kbm app dan KARYAKARSA silakan baca di sana.
Duduk menyendiri menatap nanar keluar jendela, hanya itu yang bisa di lakukan setiap waktu saat kesepian begitu erat menggengam jiwanya. Enam bulan telah berlalu sejak kejadiaan naas itu merenggut satu-satunya sosok yang ia sayangi di dunia---Ibu yang harus tewas di tangan lelaki simpanannya--- Om Ali. Ibunya telah di kebumikan saat proses pemakamanpun Faira tak mampu hadir karena guncangan jiwa menyerangnya. Frustasi dan hampir depresi ingin mengakhiri hidup. Bersyukurlah masih ada sosok yang peduli padanya. Pak Rt bersedia menampung Faira, menyembuhkan depresi Faira sampai ia berada di titik ini berusah menerima takdirnya harus kehilangan sosok Ibu yang pergi sangat begitu tragis.
Pintu di ketuk dan terbuka, Faira menoleh pada sosok perempuan bewajah lembut, beliau adalah istri Pak Rt yang sering Faira panggil Bibi Afiyah.
"Faira saatnya bersekolah." kata beliau lembut di balas anggukan Faira yang berdiri meraih tasnya lalu melangkah mengampiri perempuan itu menyalaminya. Faira juga berpamitan pada Pak Rt yang duduk di ruang tamu, melangkahkan kakinya keluar dari rumah susun yang letaknya di lantai tiga. Ya- seluruh penghuni gang telah di pindahkan sebulan lalu ke rumah susun di sedikan pemerintah. Lokalisasi telah di tutup tepat kejadian tewasnya ibunya. Pemerintah bertindak tegas dengan melakukan pendekatan extra. Sebagian mereka menerima berhenti menjual diri mendapatkan binaan untuk memulai usaha halal menyambung hidup, sebagiannya lagi memilih menolak enggan tinggal di rumah susun ini.
Faira menuruni tangga melangkah mengambil sepeda ontelnya bertengger di parkiran. Menunggangi sepedanya mengayuhnya menuju sekolahan. Faira masih tinggal di kelas lima, saat ujian kenaikan ia tak bisa mengikuti, meski ia harus bertahan di kelas yang sama Faira kali ini tidak bersedih, ia akan tetap berjuang meraih pendidikannya.
Setelah enam bulan Faira baru kembali bersekolah. Bersyukurlah tak begitu banyak membullynya bahkan Reno yang sering gencar menindasnya tak lagi menunjukan diri usai bapaknya di tahan. Faira dengar Reno telah pindah sekolah.
Faira mengikuti pelajaran dengan baik hingga lonceng kepulangan berbunyi. Faira mengambil sepedanya kali ini tujuannya tidak untuk pulang melainkan ke makam ibunya. Sesampai di sana Faira menaruh sepeda di pinggir pagar makam. Ia melangkah menuju tempat peristirahatkan ibunya. Berjongkok hanya menatap papan nisan bertulisan nama ibunya.
Sampai detik ini Faira masih tidak terima ibunya tewas terbunuh. Tentu kebencian Faira sangat dalam pada Om Ali yang telah di jatuhi hukuman yang sangat berat. Namun Faira tahu kejadian ini tidak semata gelapnya jiwa Om Ali---Ibunya turun adil menciptakan kemurkaan itu.