PART 7

265 31 2
                                    

PART 7

Selamat membaca

***

Malam sedang malas untuk berkemas, berpisah dengan mimpi indah biasanya adalah derita bagi Seohyun. Sepanjang waktu ia terbuai di sanjungan rembulan, seakan malam adalah ratu dalam gelap dan keabadian.

Pagi telah mengetuk pintu kamar Seohyun berulang kali, menggandeng sang mentari sebagai pemutus mimpi, membangunkan jiwanya yang terkulai bagai onggokan raga yang kosong tak bernyawa.

Geliat dari lelap Seohyun mulai ikut menyambut sinar matahari yang mencuri-curi untuk mencium permukaan kulitnya melalui gorden yang tersisihkan. Gadis itu mulai mengecup udara dengan aroma kopi yang hangat melekat pada pinggir-pinggir bibir.

Sesuatu beraroma doa merasuk masuk hingga ke paru-paru Seohyun dan perlahan menjadi perintah kepada sang kelopak mata untuk mulai terbuka. 

Bola mata indah itu mulai memandang pagi yang kegirangan menyambut lukisan senyum di ranum tipis Seohyun.

Setiap sudut yang ia pandang saat ini menghipnotis Seohyun atas pemiliknya. Menghindarinya dari segala bentuk drama pagi yang biasa begitu sesal untuk dimulainya.

Bahagianya sangat sederhana. Membuka mata di pagi hari, menyadari dimana ia terbangun, dan melihat pakaian apa yang memeluknya, aroma kopi siapa yang diciumnya, telah lebih dari cukup bagi Seohyun.

Lagi, Seohyun tersenyum.

"Aku sampai lupa kapan terakhir kali aku mencium aroma rumah" ujar Seohyun sambil merenggangkan otot-ototnya.

Gadis itu turun dari ranjang, berjalan keluar untuk mencari tahu sumber aroma kopi menggiurkan yang diciumnya. Kopi rumahan yang diseduh sendiri oleh pemilik tempat tinggal itu.

Ya, itulah alasan mengapa Seohyun mengatakan mencium aroma rumah. Karena di sana ada kehidupan, ada orang lain yang bisa diajaknya bicara, dan ada rutinitas yang membuat tempat itu hidup.

Aroma kopi itu membawa langkah Seohyun hingga ke mulut pintu dapur. Ia berhenti di sana dan menyaksikan keindahan ciptaan Tuhan yang sedang sibuk plating hasil masakannya di atas piring.

Alunan lagu harder to breathe dari Maroon V menemani sang sosok yang dipuja Seohyun.  Lagi, tersenyum. Gadis itu selalu tersenyum jika sudah melihat Kyuhyun dengan banyak hal yang dilakukannya.

"Morning"

Sebuah sapaan yang menghentikan keterpesonaan Seohyun dalam segala waktu. Suara Adam Levine yang sejak tadi menggema, hilang sudah ditelan oleh tekanan Kyuhyun pada tombol remotenya.

Salah tingkah membuat Seohyun menyibak-nyibak rambut, lalu yang mempesonanya tersenyum dan memerkan gelas kecil di atas meja yang berhadapan dengan miliknya.

"Coffee?"

Kyuhyun menawarkan sambil menarik salah satu kursi untuk diduduki Seohyun. Lalu gadis itu menatap pada gelas mereka yang berpasangan, angannya terbang andai saja mereka selalu bisa seperti ini.

"Terimakasih"

Seohyun meneguk isi gelas sambil mengikuti gerak Kyuhyun yang kembali ke arahnya dengan tatapan. Pria itu meletakkan kenzo paperbag di atas meja yang sempat membuat Seohyun kebingungan.

"Aku tak yakin dengan ukurannya" ujar Kyuhyun yang menggandai kebingungan Seohyun, "tapi setidaknya kau bisa menggunakan pakaian yang tidak merusak mataku" lanjut Kyuhyun yang kemudian berhasil membuat Seohyun paham apa yang menjadi maksud Kyuhyun.

To The Moon And Never BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang