E N J A N A

121 10 0
                                    

Tubuh lelaki mungil yang bernama Enjana itu bergerak begitu lincahnya mengikuti ketukan irama lagu dengan panduan sang guru.  Irama musik tiba-tiba terhenti, Enjana juga ikut menghentikan tariannya, kemudian menatap gurunya.

"Apa ada yang salah, kak Johhny?" tanyanya. Johnny--lelaki yang berstatus sebagai guru tari Enjana menggeleng.

"Tidak. Tidak ada yang salah. Tetapi latihan hari ini saya selesaikan sampai disini dulu karena saya ada janji 30 menit lagi dengan keluarga saya." Johnny menunjukan jam tangannya pada Enjana.

Jawaban yang sangat biasa, tetapi dapat membuat Enjana terdiam. Johnny yang menyadari sikap Enjana yang tiba-tiba terdiam itu segera meralat kalimatnya.

"Ah—maaf maaf, saya lupa. Mau saya antarkan pulang sebagai permintaan maaf?" Tawar Johnny seraya mengambil kunci mobil.

Enjana menggeleng lalu mengambil tas gendongnya yang berwarna Hijau muda dengan hiasan Mike Wazowski dari film Monter Inc yang menggantung di sleting tasnya, "Tidak usah. Saya bisa pulang pakai bis. Ini masih jam 4 sore. Selamat bersenang-senang dengan keluarga kakak ya! Terimakasih untuk hari ini." Enjana menggendong tasnya dan segera keluar dari tempat latihan.

Enjana Agraha Chandra namanya, lelaki mungil yang memiliki hobi menari dan memiliki impian menjadi penari berkelas internasional. Seringkali ia mendapat cacian dan menjadi bahan bully di sekolahnya dengan alasan bahwa seorang lelaki tidak gentle jika bercita-cita menjadi penari.

Begitu pun  di lingkungan keluarganya. Ia tidak mendapat dukungan dari orangtuanya, dan juga kedua orangtuanya jarang ada di rumah karena bekerja.

Iya, orangtua Enjana adalah orang yang gila kerja. 

Mereka menikah bukan dengan dasar cinta, mereka menikah karena perjodohan. Kau tahu kisah cinta perjodohan agar perusahaan orangtua mereka akan menjadi lebih berkembang? Yap, seperti itu kisah cinta orangtua Enjana.

Enjana sedang menunggu bus di halte sembari memainkan ponselnya. Membalas beberapa chat dari teman-temannya. Ia hanya mempunyai sedikit teman, ia hanya mempunyai 10 teman dan 5 teman dekat. Terbilang sedikit, karena sekarang ia duduk di bangku kelas 11. Biasanya, anak yang telah mencapai akhir sekolah mempunyai banyak teman.

Saka— salahsatu teman dekat sekaligus adik kelas Enjana tiba-tiba menelepon. Enjana langsung mengangkat telepon itu. 

"Halo?"

"Bang Enja!" Saka memanggil Enjana di seberang telepon dengan sedikit berteriak. "Bang, lo di halte Sukajadi, kan? Gue mau jemput abang sekalian mau ke rumah temen." 

"Kok bisa tau gue di sini?" 

"Tau dong! Saka gitu loh!" awabnya dengan tawa. "Yaudah tunggu gue ya, bang!"

"Iya, hati-hati jangan ngebut-ngebut."

Enjana menutup sambungan telepon tersebut. Lalu menyimpan ponselnya di saku celananya. Lalu ia memakai masker berwarna hitam, dan memegang tali tas gendongnya.

Suara motor dan mobil terus menemani Enjana yang sedang menunggu Saka menjemputnya. Diikuti oleh matahari yang sedikit lagi akan terbenam, memberi giliran pada bulan untuk melakukan tugasnya menyinari bumi di malam hari. 

"Enjaaa!!" Seorang gadis memanggilnya dari arah kanan Enjana. Enjana menoleh, memicing, kemudian tersenyum dan melambaikan tangannya.

Gadis itu terengah-engah saat sampai di halte karena tadi ia berlari. Enjana mengusap-usap punggung gadis itu dengan lembut.

EnjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang