SENIOR || 08

3 0 0
                                    

Semua sudah berkumpul dilapangan, sama seperti perjanjian yang dilakukan oleh Arga dan Cecil minggu lalu, tepat di tempat mereka berdiri.

Cecil menatap Arga remeh, sedangkan Arga hanya diam. ia tidak peduli dengan jabatan nya yang akan diturunkan, ia juga tak peduli jika diancam akan dikeluarkan dari sekolah karna sudah menghukum cucu dari pemilik sekolah.

namun sebaik nya, jika sekolah ini bukan milik Cecil, maka gadis itu harus siap-siap menyandang status sebagai istri dari Arga Marcelios, putra dari Ardian dan Hana. memikirkan itu Arga tertawa geli sendiri.

"Okey, bye the way hari ini udah seminggu setelah perjanjian itu. masi ingetkan apa isi perjanjian nya?" tanya Cecil pada murid lain di sekeliling nya.

semua murid bersorak heboh. ada yang protes jika sampai Arga diturunkan dari jabatan nya, juga ada yang sangat setuju jika perjanjian itu terjadi.

"Cepet. gue ada kerjaan lain," ucap Arga yang hanya bisa didengar oleh Cecil dan dirinya saja.

Cecil merotasikan mata nya. lalu berdehem pelan menatap sekeliling.

"OKE GUE CECILIA AYRA BAKALAN NGEBUKTIIN KALAU SEKOLAH INI PUNYA KELUARGA GUE DAN ARGA AKAN BAKALAN LEPAS DARI JABATAN NYA!" cecil merasa bangga, sangat.

"mana?" agra menaikan satu alis nya, kedua tangan ia letakkan di saku celana nya. ia tidak peduli, bahkan bersikap santai disaat yang lain tegang akan kebenaran yang akan diungkapkan Cecil.

"Kakek ayoo!" panggil Cecil pada arah ruang kepala sekolah.

senyum gadis itu mengembang saat dua orang laki-laki paruhbaya kesayangan nya melangkahkan kaki menuju lapangan. tapi tidak dengan Arga.

tangan serta kaki yang disilangkan santai kini dilepas nya. tatapan tak bingung sekaligus tak percaya menuju pada dua orang laki-laki paruh baya yang di kenal nya itu.

"Kakek . . ."

"Loh, Arga? kakek kira kamu bakal di dalem kelas, ternyata kamu kepoan juga ya anak nya," ucap dani pada Arga.

mendengar itu Cecil terkesiap, "kakek kenal Arga?"

Dani mengangguk, "ngga ada alasan bagi kakek buat ga kenal sama anak satu ini," terang dani, laki-laki yang sudah berusia lanjut itu merangkul ramah bahu Arga. membuat si empu tersenyum simpul.

Arga meraih tangan Dani sopan, lalu mencium nya sebagai rasa hormat.

"Kakek yang punya sekolah ini?" tanya Arga.

Dani mengejutkan dahi nya lalu menggeleng pelan, "bukan, tapi Baskara,"

Arga memoroskan badan nya pada Baskara juga Cecil. "jadi . . ."

remaja laki-laki itu mengangkat satu alis nya, menyilangkan tangan nya di depan dada lalu melangkahkan kaki nya tepat di samping Cecil

"kakek kita sama, hm?" bisik Arga. membuat seluruh tubuh Cecil meremang seketika

"m - maksud lo? - "

"Kek!" sapa Arga pada Baskara, memotong ucapan Cecil. dengan santainya Arga memeluk Baskara di depan Cecil yang tengah shock akan apa yang dilihat nya saat ini.

Jadi cucu kakek Baskara? ... Cecil mengumpat dalam diam.

"Cecil, ini cucu kakek yang kakek maksud kemaren. jadi dimana ketua osis nya?" tanya Baskara

Cecil menunduk, ia lebih memilih bungkam daripada harus memalukan diri nya sendiri di depan banyak siswa. ia melirik sekitar, tidak ada Mila ataupun Kinara disini, karna mereka memang sibuk mengikuti ulangan susulan dikelas

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SENIORITASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang