02 ❀ Siapa Dia?

19 2 1
                                    

Saling dekat dan sekarang kembali menjadi asing bahkan sudah lama tak jumpa, apakah kita harus memulainya dari awal lagi?

Kata orang cinta itu dari mata turun ke hati, tapi bagiku bukan begitu. Cinta yang benar-benar cinta adalah dari hati, karena aku tak dapat melihatmu tapi hatiku mengahdirkanmu.

❀⊱┄┄┄┄┄┄┄┄┄┄┄⊰❀

Abian berlari. "Ayu, kau tahu apa yang aku bawa saat ini?" Nafasnya masih terengah-engah tapi memaksa untuk bicara.

"Memangnya apa itu?" Tanya gadis itu , mencoba mengikuti arah asal suara.

"Hei! Aku ada di sebelah kananmu, kenapa kepalamu mengarah ke kiri?" Tanya Abian, sebal. Alis khasnya yang tebal hampir menyatu jika ia mengerutkan keningnya

"Oh, maaf, suaramu seperti ada dimana, aku masih belum terbiasa." Ucap Ayu, asal-asalan.

"Ah! Sudahlah. Ini kubawa kan roti kesukaanmu, roti melon."

"Terima kasih banyak, Abi."

Abian mendekatkan wajahnya ke telinga Ayu. "Terima kasih kembali, Ayu." Satu senyum terbentuk di bibirnya. Sedangkan gadis berambut cokelat itu sedikit tersentak, terkejut karena perlakuan sahabatnya.

❀⊱┄┄┄┄┄┄┄┄┄┄┄⊰❀

"Waaah! Ayuu, saya ikut seneng akhirnya kamu dapat orang baik yang mau jadi pendonor matamu." Ucap Rani, penuh syukur. Rani adalah ketua yayasan di tempat Ayu bekerja. Ia bekerja di salah satu yayasan kecil dimana terdapat anak-anak yang banyak putus sekolah karena berbagai alasan, salah satunya ekonomi.

"Iya mbak, Alhamdulillah, masih ada orang yang mau berbuat baik di luar sana."

Rani merangkul bahu Ayu. "Anak-anak pasti senang kamu bisa melihat mereka."

Ayu mengulas senyum manisnya. "Semoga ya, mbak."

"Ayo! Masuk." Ajak Rani. "Selamat pagi, anak-anak."

Mereka kegirangan akan kedatangan Ayu setelah cuti sebulan dan menyerbunya. Melayangkan beribu pertanyaan, kebanyakan dari mereka histeris menanyakan keberadaannya selama sebulan ini dan banyak yang bilang merindukannya, bahkan ada yang menangis karena sebegitu rindunya dengan sosok Ayu. Ayu memang terkenal ramah dengan anak murid di yayasan milik Rani, Yayasan Rumah Belajar. Semua menyukai Ayu.

"Mohon tenang, anak-anak. Jadi selama Kak Ayu cuti, ia dirawat di rumah sakit dan sekarang Kak Ayu bisa melihat karena sidah mendapatkan pendonor." Terang Rani, semangat.

"Wah! Jadi Kak Ayu bisa lihat Syifa?" Tanya salah satu anak dan dijawab dengan anggukan singkat oleh Ayu.

"Kak Ayu, apakah aku cantik?" Tanya anak lain.

"Cantik banget."

"Kalo Aga ganteng kan ya, Kak?" Tanya Aga sambil berdiri dan mengusap-usap dagunya. Rasa percayanya begitu besar bahkan di umurnya yang masih belia. Belum sempat Ayu menjawab tiba-tiba Syifa menyahut. "Iya, ganteng dilihat dari sedotan kopi." Ayu terkekeh mendengar jawaban Syifa, sedangkan Aga dan Syifa memulai perdebatan mereka seperti biasa. Mungkin nanti mereka berjodoh.

"Sekarang kembali ke tempat duduk masing-masing. Ayu, selamat mengajar kembali." Setelah mengucapkan itu, Rani keluar dari kelas untuk kembali ke ruangannya. Masih ada banyak dokumen yang menumpuk di ruangannya.

"Baik anak-anak, sebelum kita mulai pelajarannya, mari berdoa terlebih dahulu."

❀⊱┄┄┄┄┄┄┄┄┄┄┄⊰❀

"Apa kabar Suster Dian?" Sapa Ayu, ramah. Ia sengaja menyempatkan waktu untuk ke rumah sakit karena masih menjalani kontrol dengan Dokter Rian.

"Eh, Mbak Ayu, baik, Mbak. Mau ketemu Dokter Rian, ya?" Tebak Dian, kesemsem.

"Iya nih, Sus. Orangnya dimana ya? Dari tadi saya nggak ketemu." Tanya Ayu sambil celingukan.

"Ituuu, lagi minum kopi di rest area." Jawab Dian sambil menunjuk ke arah Dokter Rian.

"Oh, disitu ternyata, dicariin dari tadi malah ngelamun. Oke, makasih Suster Dian yang cantik." Goda Ayu.

Dian seketika merasa terbang karena pujian Ayu "Hmm, iya-iya, emang saya cantik. Kamunya aja yang baru nyadar."

Ayu menghampiri Dokter Rian dan berbicara santai sebentar. Tak berselang lama kemudian

"Selamat sore, suster."

"Iya, pak. Selamat sore, ada yang bisa saya bantu?"

"Sekitar tiga hari yang lalu istri saya meninggal di rumah sakit ini, saya dengar istri saya mendonorkan matanya. Apa saya boleh melihat siapa penerima donor istri saya, Sus?"

Ayu yang samar-samar mendengar percakapan itu bermaksud ingin menoleh ke arah dimana suara itu berasal. Tapi, niatnya ia urungkan karena Rian menarik tangannya untuk segera pergi ke ruangannya dengan alasan agar ia cepat pulang.

Dalam tarikan Rian, Ayu masih berusaha melihat siapa yang membicarakan tentang donor matanya tiga hari lalu. Nihil, ia tak bisa mengetahui siapa itu karena lagi-lagi Rian menghalanginya dengan memegang pundak Ayu dengan kedua tangannya dan kemudian mendorong tubuh mungilnya.

"Baik, pak. Istri bapak atas nama siapa, ya, pak?"

"Nandini Putri, Sus."

"Baik, mohon ditunggu sebentar."

❀⊱┄┄┄┄┄┄┄┄┄┄┄⊰❀

Haii, ketemu lagii. Gak nyangka bisa update hari ini
Hayoo ada yang tau siapa yang ngobrol sama Dian?
Hehe, kalo penasaran sabar-sabar, besok-besok aku buat penasaran lagi yah, jangan bosen oke
Byee, see u in next chapter
J

angan lupa tinggalin jejak

10 Maret 2021

Kisah KasihkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang