Suara asing yang bising membangunkan Lobelia dari pingsannya. Dia membuka mata dengan lebar untuk melihat apa yang ada dalam pandangannya adalah hutan. Benar! Hutan.
Dengan cepat, dia memposisikan untuk duduk. Karena terlalu cepat, justru membuat kepalanya semakin pusing. Dia menoleh ke kanan dan kiri untuk memastikan bahwa ini benar. Sejauh dia memandang, hanya ada pohon, pohon, dan pohon.
"Kenapa aku bisa ada di hutan? Bukankah aku ada di rumah?" tanya Lobelia pada dirinya sendiri.
Dia masih ingat betul kalau sebelum pingsan dia masih ada dirumah. Bahkan dia masih mengenakan sweeter serta celana panjang kainnya. Dia kemudian mengingat sesuatu, terakhir kalungnya membuat seluruh tubuhnya terasa panas seperti terbakar.
Lobelia meraba lehernya, kalung itu masih melingkar di sana. Takut terjadi sesuatu lagi, dia segera melepaskannya dan membuangnya ke tanah. Dia jadi menatap ke arah kalung di bawahnya dengan tatapan horor.
"Apa kalung itu yang membuatku ke sini? Sebenarnya apa itu? Semacam alat teleportasi? Ibu memiliki alat teleportasi?" tanya Lobelia beruntun.
"Tidak! Ibu tidak mungkin memiliki alat seperti itu. Lagipula mana ada manusia yang bisa membuat alat gila yang tidak masuk akal itu!" ujarnya.
"Lalu kenapa aku ada di sini?! Kenapa?!" erang Lobelia. "Hei ... siapapun, apa ada manusia selain aku di sini? Tidak mungkin hanya aku kan makhluk hidup di sini?" teriaknya.
Suara Lobelia hanya menjadi suara gema yang tidak ada gunanya. Ini terlihat seperti tengah hutan. Matahari sudah mulai kembali ke peraduannya, padahal saat dia pingsan matahari masih bersinar cerah.
"Astaga! Antarkan aku pulang, siapapun!" teriak Lobelia lagi. "Aku pasti sudah gila! Aku yakin, aku pasti sudah gila! Kenapa Ibu memiliki kalung menyeramkan seperti itu!?"
Saat ia benar-benar merasa frustasi, dia mendengar suara bising berdatangan ke arahnya. Bunyinya seperti suara kuda yang tengah berlari, namun bukan hanya satu, melainkan rombongan. Apa di tengah hutan seperti ini ada karnaval?
Bunyi tapak kuda semakin dekat, Lobelia sekarang bisa melihat rombongan lelaki mengenakan pakaian seperti prajurit di atas kuda itu. Lobelia bisa memastikan mungkin sedikitnya ada sepuluh kuda dan prajurit yang mendekat ke arahnya.
"Apa ini? Apa ini?! Apa di hutan seperti ini benar-benar ada karnaval?! Siapa yang mengadakan karnaval di tengah hutan seperti ini?! Dia pasti lebih gila dariku!" ujar Lobelia.
"Penyihir! Tangkap dia!" ujar salah satu dari mereka yang mengenakan penutup kepala dari besi.
"Tunggu! Penyihir? Jadi ini benar-benar karnaval?!" teriak Lobelia.
"Jangan bunuh dia! Yang mulia Raja menginginkannya hidup-hidup!" ujarnya lagi.
"Apa—"
Belum sempat selesai berbicara, Lobelia mendapatkan pukulan di punggungnya sangat keras. Dia berusaha untuk bangun dengan menahan tangannya di tanah. Namun yang didapatkannya justru sebuah cambukan di punggung dengan suara sangat keras.
Lobelia berteriak kesakitan, dia menatap lelaki dengan penutup kepala itu kembali memecutkan cambuknya membuat tubuhnya ambruk. Lobelia masih sadar walau rasa sakit memonopoli tubuhnya sehingga tidak bisa melakukan apapun. Dia merasakan tubuhnya melayang lalu diletakan ke atas kuda dengan posisi tengkurap, membuat kepalanya berada di bawah
Matanya kemudian tertuju pada kalung ruby miliknya yang tadi sempat dia buang. Seharusnya dia tidak membuangnya, sekarang dia tidak tahu apakah kalung itu masih akan ada di sana saat dia kembali nanti.
***
Tidak.
Seharusnya bukan seperti ini. Seharusnya dia tidak ada di sini dan malah mendapatkan kekerasan seperti ini. Lobelia kembali memutarkan darah saat perutnya ditendang salah satu penjaga tahanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The World of Novel
Fantasy[18+] Lobelia Dawne adalah seorang penulis yang cukup terkenal. Dia sudah memiliki lebih dari 5 karya yang diterbitkan, dan semuanya sukses di pasaran. Biasanya dia menulis cerita yang bertemakan dunia fantasi menarik dan membuat pembaca ikut masuk...