Bab 04

3.1K 395 28
                                    

"Eh Pi, loe dicari si Mutia tuh. Katanya dari jurusan MI harus ada yang kasih spesial perform buat acara amal kampus"

Safa yang baru saja sampe kampus dan duduk di sebelah Ucul, menoleh bingung.

"Gw? Perform apaan? Lomba makan gitu? Mau dah gw kalo itu!"

Pluk.

Dondon melemparkan beberapa sukro yang tengah dia nikmati ke arah Safa.

"Makan aje lu karung beras! Badan dah bohay gitu. Kata si Mutia, ketua panitianya Si Tahta cowok idola lu. Sono gih!"

Bola mata Safa kontan mengerling penuh suka cita.

"Oh my God! Ngomong dong dari tadi. Masa hal penting gitu loe abai sih Cul. Sah lah gw cari Mutia dulu. Bhaayyy"

Safa kontan bergerak menuju ruangan sekretaris kampus. Biasanya anak-anak pengurus suka pada duduk-duduk disana. Asik aja gitu sekalian nengokin Mas Tahta, bisik Safa riang.

Betul saja, terlihat Mutia dan beberapa teman lainnya tengah duduk berbincang dengan para senior jurusan mereka. Eh eh, itu kan mas Tahta yang pake jaket orange gelap kampus dan tengah asyik dengan tabletnya.

Jantung Safa langsung disko dibuatnya. Duh ini orang, udah cakep, senyumnya itu koq manis banget. Ramah sih jangan ditanya,  beeughhh gak sombong pokoknya mah. Jauh sama si dosen galak yang ono!

"Mutt.. eh tadi cari gw?" Sapa gadis berjilbab maroon itu seraya mencolek lengan Mutia.

Gadis yang dicolek kontan menoleh dan menatap Safa kaget.

"Eh bujug, iya Fa. Eh loe mau perform gak di acara malam amal? Akhir bulan sih rencananya. Loe bisa apa? Puisi? Nyanyi ? Atau apa?"

Safa tertegun mendengar pertanyaan Mutia. Iya ya, dia bisanya apa ?

"Bisa silat gw Mut. Kan diajarin babeh tua sedari kecil. Hehe.. tapi masa iya itu?"

Mutia tertawa kecil mendengarnya.

"Tanyain Mas Tahta aja deh. Bentar gw tanya.."

Safa langsung berdehem kecil ketika mendengar kalimat Mutia.

"Mas, ini Safa bisanya silat katanya. Gimana? Bisa gak?"

Wajah laki-laki yang tengah fokus mengamati tablet terangkat perlahan. Pandangannya langsung terarah pada Safa yang terlihat senyum malu-malu meong dibuatnya.

"Kamu mau silat diiringi musik apa gimana?" Tanyanya lembut. Oh my, Safa merasa meleleh mendengarnya. Lembut dan mesra banget jadinya kan.. uhuks!

"Hehe, gak ngerti juga Mas. Gimana dong ya.. menurut Mas gimana?"

"Hhmm.. boleh juga. Kayaknya mayan menarik sih gak cuma nyanyi drama dan musik. Ok boleh. Siapa namanya? Safa ya?"

Safa menyunggingkan senyum terbaiknya dan mengangguk cerah.

"Bada dzuhur kita kumpul di aula jurusan ya. Biar kita mulai susun agendanya. Bisa?"

"Siap Mas. Nanti kesana. Izin balik dulu mau ada kelas."

Sosok ganteng itu tersenyum kecil lalu mengangguk.

Tak menunggu lama, Safa kembali berjalan menuju kelas yang tadi. Hatinya bersorak gembira bisa kenal lebih dekat lagi dengan cowok favoritnya itu.

Safa janji, dia akan menampilkan perfomance terbaiknya agar dia bisa menarik hati seniornya itu.

Sambil jalan Safa berpikir. Kenapa coba yang dijodohkan itu si dosen galak mampus itu? Kenapa enggak mas Tahta Verdiawan bin Rupawan itu?

Dosen Galak itu SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang