Session 2 : Hati yang terluka

4.4K 306 52
                                    

"Gak usah dilayanin non, anggap aja patung lewat.."

Bibir Safa mengerucut tak terima.

"Tapi Mi, non kesel dia jadi cari kesempetan terus mepet-mepet abang. Sekarang juga sok-sokan dirumah terus gitu caper banget. Mentang-mentang ya dia itu mantan terindahnya. Ketauan ada hubungan darah jadi bikin dia kelewatan Mi.."

Lia mengusap puncak kepala Safa lembut.

"Itulah ujian pernikahan non. Kadang datangnya dari istri, suami, anak, keluarga, tetangga, mertua, dan lain lain. Tinggal kitanya harus menyiapkan hati seluas samudera menghadapinya. Sabar"

"Pokoknya non mau tinggal disini aja titik!"

"Non.. gak boleh. Makin jadi dia nanti. Kasian dong abang. Dosa lho biarin suami dalam cengkraman nenek lampir itu.."

"Bodo! Abang dah dibilangin juga ngeyel! Sebel non!!!"

Lia berdecak pelan. Dia memaklumi kegelisahan anaknya itu tapi juga meyakini bahwa Samy tidak akan berbuat macam-macam dengan adik tirinya itu.

Ponsel Safa berbunyi dan menampakkan nomor Samy dengan foto pernikahan mereka berkostum biru putih.

"Apaa??" seru Safa kesal ketika telfon itu akhirnya terhubung.

[Abang tunggu dirumah. Kamu naik taksi ya dek. Kepala abang pusing ini jadi gak bisa jemput..]

Safa menghela nafas panjang.

"Kan ada adek abang noh dirumah, berasa ratu aja dirumah kita. Minta urus dia sono"

Terdengar Samy mendengus lelah.

[Dia adek abang dek. Sudahlah, diabaikan saja dia. Pulang ya. Abang pengen dipijitin nih kepalanya sama kamu. Abang tunggu yaa..]

Klik

Emosi Safa kembali membara. Aaggrh, kesel banget sih suaminya gak pengertian gitu? Hiksss.

"Mami anter deh, yuk.. pulang non.. "

Ini lagi Mami, koq gak pengertian juga?

"Gak usah Mi, non naik taksi online aja. Kasian Mami bolbal. Kalau ada Papi gak pa-pa.."

Lia mengusap rambut Safa lembut.

"Ya udah, tapi janji pulang gak boleh marah-marah atau cemberut. Hadapi dengan senyum. Kalau macem-macem, kentutin aja tuh cewek. Beres!"

Safa terkekeh geli dengan saran Maminya.

"Siap Mamiku sayang. Non beres-beres dulu ya.."

"Iya, hati-hati nanti dijalan ya. Jangan tidur. Kabari kalau kamu dah sampe ya.."

Safa mengiyakan dengan mencium pipi Maminya pelan.

Ruwet. Pikiran Safa belakangan ini terasa tak nyaman. Kehadiran adik iparnya yang lebih sering menginap dirumah Samy, membuat Safa tak nyaman.

Ragitha sering membuatnya sebal karena selalu nempelin suaminya setiap dirumah. Persis seperti ulet keket minta di pites.

Safa takut, walau mereka terikat darah yang sama, suatu saat suaminya akan tergoda juga dengan tubuh seksi adik iparnya itu.

Ish kesel, pengen santet online aja tuh orang. Bisa gak sih?

🍄🍄🍄

Safa sudah mengabari suaminya kalau dia jalan habis maghrib dari rumahnya. Tapi sampai dia sudah di taksi online, suaminya itu belum juga merespon.

Bahkan ketika dia sudah memasuki komplek perumahan rumah suaminya, ponselnya senyap dari balasan suaminya. Tumben. Sudah tidur apa?

Hati Safa gelisah. Mau ditelfon koq tanggung sudah dekat juga.

Dosen Galak itu SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang