HAPPY READING 🔮🎐
Gavril menyeka keringat di dahinya, kedua matanya menatap nyalang pada samsak yang tergantung di hadapannya. Tangannya terus memukul tanpa ampun. Peluh keringat menetes tanpa perintah di tubuhnya.
"Anjing!" Gavril berseru kembali melayangkan pukulan pada samsak dengan tangannya yang terbalut hand wrap yang tipis.
Menyalurkan emosi di dalam ruangan yang sedikit redup. Kenapa dirinya selalu saja emosi tanpa sebab? Gavril tidak mengerti, yang dia lakukan hanya meredakan emosi dengan cara apapun. Suara pukulan beradu yang terdengar dengan jelas.
Wajah Gavril memerah, tubuhnya tak berhenti bergerak pun tangannya. Samsak yang ia pukul sedikit bergerak akibat hantaman tangan Gavril tanpa ampun.
Tink
Gavril menoleh seketika saat merasa ponselnya berbunyi, langkahnya mendekat pada ponselnya yang tergeletak di lantai. Dengan cepat di raihnya ponsel dan melihat nama kontak yang tertera di layar kunci.
Mine
Ga! Aku punya surprise buat kamu!Mine
Ga? Sibuk ya?Gavril masih memperhatikan layar ponselnya dengan lekat lalu mengambil sebotol air di lantai, meneguknya sampai tandas. Merasa tak ada niat menjawab, dirinya memasukkan ponselnya ke dalam celana selutut yang ia kenakan. Melangkah keluar ruangan dengan tenang namun semakin lama semakin tergesa.
▸ ᠂ ⚘☠⚘ ᠂ ◂
Ayara, gadis itu menghela napas, matanya menatap ponsel yang memperlihatkan room chatnya dengan Gavril. Meletakkan ponsel pada meja makan, lalu menopang dagu, memperhatikan kue yang selesai ia buat beberapa menit lalu.
Menghela napas panjang, Ayara meraih kue itu untuk lebih dekat ke arahnya. "Kayak biasa, pasti Gavril gak peduli sama pesan yang aku kirim."
"Emang sesusah itu ya, balas pesan pacar sendiri?
Tanya Ayara yang tentunya tak mendapat balasan.
Merasa bosan Ayara mengambil kue di atas meja lalu meletakkannya ke dalam kulkas. Setelah selesai dirinya berjalan, menaiki anak tangga dengan wajah sedikit kesal.
Rumahnya sepi, semuanya sibuk dengan urusan masing-masing kecuali dirinya, gadis itu masih tetap menunggu balasan dari Gavril. Ayara membuka pintu kamarnya kemudian berbaring di atas kasur. Dirinya berbaring, menatap langit kamarnya yang putih tak berhias.
Lagi dan lagi, jika sendiri seperti ini pasti ada saja hal yang ia pikirkan, semua hal seolah mendesak dalam otaknya. Gadis itu menghela napas dalam lalu menggeleng pelan menepis setiap pikiran negatif dalam pikirannya
KAMU SEDANG MEMBACA
GÄVRÌL
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA. JANGAN JADI SIDER] (ON GOING) Orang lain bilang menjadi kekasih dari Gavril Raden Wijaya itu pasti menyenangkan, tapi nyatanya yang Ayara rasakan malah sebaliknya. Mencintai Gavril sama saja menabur luka, memberi rasa rindu...