28. WAIT FOR ME

3.6K 247 8
                                    

Maaf baru up
Susah banget ngumpulin mood
Takutnya malah ngasal terus ngaruh ke alur

HAPPY READING 🔮🎐

▸ ᠂ ⚘☠⚘ ᠂ ◂
"Ma, di dunia selanjutnya, Mama harus tetep jadi Mamanya Gavril, ya?

Gavril.

Sudah tiga puluh menit lebih, sejak Era di bawa ke dalam ruang ICU namun dokter yang menangani sama sekali belum menandakan akan keluar dari ruangan. Hal itu benar-benar membuat Gavril dan Prastowo makin gelisah di tempat. Sedari tadi Gavril terus saja berjalan bolak-balik di depan pintu ruangan, sedangkan Prastowo, pria itu hanya duduk dengan pandangan tulus kedepan.

Sorot mata ketakutan keduanya tidak bisa di sembunyikan. Takut-takut tentang keadaan Era yang ada di dalam. Terlebih lagi dokter yang menangani belum menampakkan batang hidung.

"Semua ini karna Anda," geram Gavril menoleh pada Prastowo yang hanya duduk di tempat.

"Kalau sampai terjadi sesuatu pada Ibu saya, jangan harap Anda dapat maaf dari saya," ujar Gavril membuat Prastowo mendongak ke arahnya.

"Kita bisa bicarakan ini secara baik-baik Gavril." Prastowo menatap putranya yang memandang dengan kilat marah.

Gavril berdecak, padahal ia sudah berbicara sepelan mungkin, jadi harus secara baik-baik apa lagi? Emosi dalam dirinya pun sudah ia tahan setengah mati. Lelaki itu membuang pandangan, enggan menatap sang Ayah, pikirannya kalut. Entah mengapa saat ia hanya diam dengan pandangan lurus pikirannya langsung di penuhi hal-hal yang tidak-tidak tentang Mamanya di dalam sana. Bagaimana dengan nyawa wanita itu?

Wanita yang sudah membesarkan dirinya dengan kasih sayang. Seorang yang berperan sebagai Ibu dalam hidupnya.

Gavril mengalihkan pandangannya pada pintu ruangan, kedua matanya menatap nanar pada seseorang yang ada di atas brankar, walau tidak terlalu jelas, namun ia merasakan tubuh itu yang berbaring dengan lemah.

Potongan-potongan memori saat ia bersama Mamanya kembali berputar pada pikirannya yang kalut. Bagai kaset yang rusak, berputar tanpa perintah membuat air mata menetes di pelupuk mata Gavril.

Cukup lama diam, hingga akhirnya seorang wanita paruh baya lengkap dengan jas keluar dari ruangan, membuat Gavril dan Prastowo terkesiap seketika. Prastowo bangkit, berdiri di hadapan dokter yang sudah berdiri tegak.

"Dok, gimana keadaan Mama saya?" tanya Gavril dengan deru napas tak karuan.

"Akibat goresan yang sangat dalam di lengan pasien, menyebabkan pendarahan yang sangat parah. Saya dan yang lainnya su--"

"Saya tidak butuh penjelasan bodoh!" pekik Prastowo dengan wajah memerah. Rasa takut-takut benar-benar menghantui pikirannya. Ia tak butuh penjelasan saat ini, ia hanya ingin tau ke adaan istrinya di dalam sana.

Dokter yang ada di hadapan mereka hanya menarik napas sedalam mungkin. "Baiklah. Maaf, istri Bapak tidak dapat di selamatkan."

Deg

Dalam hitungan detik, semuanya hening, rasa pusing menyerang Gavril dalam hitungan detik. Kedua matanya menatap kosong, jantungnya bertalu-talu. Dan Prastowo, pria itu hanya membeku di tempatnya, mengatur napas mencoba meyakinkan diri bahwa apa yang ia dengar salah.

 GÄVRÌLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang