Happy reading
Arka. Tatap sosok om Jean yang tidur pules karna suntikan obat yang doker Faris kasih. Guratan lelah pada wajah senjanya keliatan menyediakan.
" Bang Arka ko tau ada geger-geger di sini?"
Arka yang ngelamun agak kaget waktu suara Bintang ngintruksi.
" Ohhh itu, tadi Surya nyuruh abang ke sini cepet-cepet, suaranya juga geter Abang panik banget, posisi lagi di panti sama anak-anak sianida yang lain langsung cabut, untung bang Ajun bawa mobil"
" Terus dokter Faris?"
Bintang ajuin pertanyaan lagi.
" Oh tadi saya di telfon nak Adelio di suruh langsung ke sini katanya papanya kumat, kebetulan juga saya lagi ada urusan di sekitar sini bin"
Dokter faris yang emang udah akrab sama Bintan jawab kasual. Milih beresin peralatan medis yang beliau bawa dan taruh di tas dokter andalannya. Setelah beres beliau bergegas pamit karna kesibukan yang melanda.
" Yaudah kalok gitu, saya mau undur diri dulu ya bintang, Arka saya ada panggilan ke rumah salah satu pasien saya yang lain, Masalah obat dan lain-lain juga sudah di basah, pastiin pak Jean selalu minum obatnya ya"
Dan setelahnya perbincangan di tutup dengan ucapan terimakasih bintang dan Arka.
Ruang tamu senyap. Itu yang bintang rasa waktu dia selesai bersihin kamar om Jean dan milih buat gabung sama abang-abang nya.
" Pada kemana yang Lain bang?"
" Gak tau bin, Abang keluar, ehh yang ada cuma jaket Theo sama sepatu yang Lain mungkin pada di
atas, Abang Coba cek ke atas dulu ya Bin "Bintang cuma manggut-manggut sebagai jawaban, sedangkan Arka jalan pelan ke arah tangga buat nyamperin tamen-temanya yang ada di lantai dua.
Bintang Duduk pelan di kursi ruang tamu sambil senderin kepalanya ke sandaran kursi. Niatnya pengen tidur sebentar tapi suara alus seseorang alihin atensi dia.
" Bintang?"
Kenal betul dengan suara itu. Bintang agak kaget waktu nemuin atensi Aquila lagi tatap dia dalem.
" Kamu ko bisa di sini?"
Suara bintang jelas bangt kalok lagi kaget. Sedangkan sosok QIla cuma Hela nafas sambil jalan pelan ke arah bintang.
" Kata kak Arka tangan mu luka, coba sini aku liat takut infeksi mana tang~"
" Aku tanya kamu loo La?, Gak mau kamu jawab dulu ? "
Aquila yang udah duduk di samping bintang hela nafas lagi. Ambil tangan kanan bintang yang kelihatan terkelupas juga beberapa goresan yang lumayan dalem bikin QIla desis sepontan.
" Liat lukamu? Kamu lagi gini masih bisa santai mikir aku kenapa bisa disini? Kamu gak ngerasa sakit? Ini dalem tau biru juga pasti sakit kan? Jangan sok kuat kamu bin!!"
Ambil kotak kecil yang dia bawa dari atas. Qilla tuang alkoloh sedikit ke arah kapas. Terus bersihin darah yang udah ngering di tangan bintang.
" Qil? Jawab ya, kamu ko bisa di sini? nanti kalok ayah sama bunda kamu tau, kamu bisa kena marah"
Bintang berucap pelan.
" Aku ke sini sama kak Sila, sama anak-anak Sianida juga, aku tau Ucup lagi ulang tahun makanya aku ke panti, tapi di panti gak ada kamu kata Bu sum kamu di rumah kak Dio"
" Terus, Kenapa kamu ikut kesini? Kamu gak ada jadual les nanti? Kamu bolos La? Bundamu marah Lo nanti, jangan bandel La "
" Ya aku khawatir sama kamu goblok, tiba-tiba Surya telfon gak jelas dan semua orang panik, kita cepet-cepet kesini dan nemuin bang Dio yang kepalanya berdarah siapa yang gak takut coba"
Suara Qila agak tinggi waktu jawab bintang. Persetan soal amarah Bundanya. Qila cuma takut. Takut bintangnya kenapa-napa untuk kesekian kalinya.
Sedangkan bintang cuma Hela nafas pelan. Arahin wajahnya ke depan. Bukan marah, Bintang cuma berusaha gak tatap wajah Qila yang basah sama air mata.
" Jangan nangis Qil, aku yang luka Kenapa kamu yang netesin air mata?"
Qila gak tau Kenapa. Sebegini sukanya ia pada sosok Bintan. Sampai rasanya dada dan paru-paru terhimpit sakit waktu sosok pujaan terluka.
" Kalok udah, kita pulang ya la, nanti aku anter. Kamu jangan bikin orang tuamu marah "
Happy reading
Theo, Jonas, Sila, sama Adelio cuma diem nikmati kesunyian. Surya sama mas Ajun pergi kek klinik buat beli obat, sedangkan Arka milih jagain om Jean di kamarnya. Berahir mereka cuma diem-diem canggung karena kejadian yang baru mereka Alamin.
Bintang masih di bawah. Theo yang tadi mau manggil urung waktu liat sosok QIla yang ikut mereka lagi nangis di samping Bintang. Juga pandangan Bintang yang kelihatan lelah buat niat Theo tambah diurungkan.
" Theo kalok mau pulang gak papa, kasian Sila lagi ngandung pasti capek, kamu juga Joon kamu ada shif kan sebentar lagi jangan telat nanti atasanmu marah"
Adelio ucap pelan sambil senyum. Sedangkan di balas gelengan serempak dari mereka. Buat senyum kecil terbit dari bilah bibirnya yang agak pucat.
Doi tatap satu persatu temenya. Sampai matanya Mandang Sila yang perutnya udah lumayan gede.
" Dia udah berapa bula sil?, Udah di USG ?"
Gak tau kenapa. Liat sosok Sila ngingetin dia sama mamanya. Apa dulu mamanya kayak gini? Apa dulu dia juga begini?. Mengandung tanpa tau keberadaan ayah dari si jabang bayi?.
" Ahh baru mau masuk 5 bulan bang, hehhe USG ya? Kayaknya gak usah di USG deh bang soalnya uncle nya ganteng pasti dedek bayi juga ganteng iya kan Tae?"
" Heem kak, dia nanti ganteng kayak aku, kalok gak ya cantik kayak kakak"
Theo cuma bisa senyum seadanya. Tau betul penyebab sosok ibu muda itu tak mau USG. Apa lagi kalok bukan soal dana. Keluarga yang berantakan, ayah yang cuma bisa jadi benalu bagi kehidupan, mabuk-mabukan dan berjudi. Theo kadang berharap sosok ayah kandungnya segera lenyap dari muka bumi.
Sedangkan Jonas cuma nyimak. Benaknya agak gusar karna masalah pekerjaan. Tapi ia tidak bisa meninggal kan teman-teman nya di sini. Mencoba merilekskan diri. Mengambil ponsel jadulnya dari saku. Lalu mengetik pesan singkat pada teman kerjanya. Memberi tahu bahwa dia ijin tidak masuk sekarang.
Mengabaikan beberapa panggilan dari sang ibu, yang Jonas tau sedang kalang kabut mencari uang untuk tunggakan rumah sakit milik sang Ayah. Biar lah nanti dia yang mengemis recehan, Untuk sekarang kebersamaan ini biar ia nikmati sejenak.
Mereka dan lukanya. Entah siapa yang lebih parah. Kadang semesta penuh misteri. Ujung dari pengharapan pada sang pencipta selalu di utarakan. Tapi takdir dan ketetapan selalu jadi acuan. Walaupun sering di jungkir balikan keadaan syukur tetap jadi yang nomor 1. Seberapa berantakan dirimu Cobalah bersyukur, walaupun sekecil lara yang tuhan beri tanpa tau imbalan apa esok hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION - Jeon Jungkook
Teen Fiction✓✓ Agaknya hidup itu perjuangan. Tapi bagi Bintang hidup itu pemantasan. Kadang semesta menggempur nya dengan luka lalu menyembuhkan dengan waktu. Ada kalanya dia di beri bahagia tapi sekejap mata di renggut dan membekas lara. "Dandelion sering di j...