drunk

135 14 5
                                    




HAPPY READING









"Besok Les kamu Mama tambah ya Surya, nilai kamu turun banyak, mama gak suka"

"...."

Pukul 09.45. Surya masih ingat Mamanya baru saja menjemput ia dari tempat Les Bahasa Germany's. Dia belum sempat untuk mendudukkan diri, badannya lengket bahkan ia telat untuk makan malam.

"Kamu dengarkan mama ngomong Apa Wijaya?"

WIJAYA?. Hahahahah Surya ingin tertawa jika sang ibu sudah memanggilnya dengan marga. Seolah semakin gencar memojokkan Surya si harapan keluarga.

"Surya denger mama"

"Bagus.., Besok les kamu ada 3, Ilmu manajemen, Bisnis sama Ekonomi Mama harap kamu gak mengecewakan kaya sebelumya"

"Baik ma, Surya bakal berusaha, Surya ijin masuk kamar dulu mau istirahat"

Lelah sekali rasanya. Badannya remuk tak terkecuali perasaanya. Surya mengumpat dalam hati.

"Ahhh satu lagi Wijaya"

Surya berhenti. Badannya terasa kaku entah kenapa, rongga dadanya menyempit sesak hebat mendera, tida bisa bernafas rasanya. Ternyata ia terluka lagi ?.

"Jangan lupa minum obat kamu, mama gak suka punya anak penyakitan"

Rasanya jika bisa mati. Surya ingin mati segera setelah ucapan mamanya mengudara.

Hahahaha miris sekali.

"kalua bias memilih Surya juga tidak ingin sakit mama" 

Ucapnya dalam hati, lagi-lagi ia tidak sanggup bersua matanya tatap punggung malaikatnya lama. Bertanya kapan keluh kesahnya dapat tersampaikan kepada sang Mama.

Surya sekarang tengah berada di kamar mandi besar miliknya. Kamarnya begitu luas, Sangat nyaman rumahnya bagus dan ia hidup lebih dari berkecukupan. Kadang Surya bingung mengapa ruang kosong di hatinya selalu menganga selebar ini. Padahal harta bergelimpangan untuknya ada?. Bukankah uang alat pemuas manusia? ia punya tapi mengapa masih tak Bahagia?. Retorik sekali pikirnya

"Apa beli Narkoba ya?, coba-coba Narkoba atau Ganja aja ya?'

Tubuhnya terbenam di bathtub. Dingin menyelimuti hampir 30 menit pada tubuh, mungkin kulitnya sudah keriput karna berendam terlalu lama.

"Mama? Kalok aku mati mama bakal pungut anak lain buat jadi penerus ku gak ya?'

Dialog main-main memang tapi entah kenapa ia merasa percaya jika hal itu terjadi.

"Aku ini alat ya ma? Kok gampang banget di mainin, kalok rusak tinggal di benerin, kalok udah gak bisa di gunain bakal di buang? lucunya kok aku terima-terima aja ya ma, aku kan manusia"

Surya memejamkan matanya. Menghirup banyak Udara agar sesaknya hilang. Perasaan berat ini benar-benar menyiksa. Sialan sok sekali menasehati Arka padahal sendirinya ingin Lenyap jua.

"Ma aku konsumsi obat-obatan boleh gak ma? Biar cepet sembuh kan? Biar gak penyakitan? anak kok penyakitan nyusahin orang tua gitu kan ma?"

? Surya tersenyum. Memilih menenggelamkan diri di dinginnya malam. Merasa damai dikala suara-suara bisik di kepalanya lenyap. Ia hanya merasa dengung pada telinga akibat tekanan air. Juga dingin pada sekujur tubuh. Nyaman sekali Rasanya. Damai. Tenang. Sejuk. ingin Mati.

Hahahaha Manusia yang putus asa memang se menyedihkan ini ya?. Hidup memeng penuh liku kan? dunia memang melelahkan juga kejam jadi tidak masalahkan kan jika rehat sejenak?jeda dulu nanti coba di lanjut kok tuhan heheh.

Kalok masih di beri masa. Benar kak Surya sayang?

HAPPY READING





" Sayur gak ndok...?"

"Ehhhh, hari ini libur dulu ya Kang hehehe bahan masakan masih ada soalnya"

"Oalah yaudah ndok kang dadang lanjut keliling ya, sehat-sehat ndok ayu pamit dulu Monggo"

Sila tersenyum. Mengangguk pelan dengan lesung pipi yang terlihat. Mengantar tukang sayur langganan nya yang kembali berkeliling.

" Bahan masakan masih banyak? Hahaha ngawur banget kamu sil, mau kamu kasih makan apa Adek mu ha?"

Sila bergumam. Miris rasanya, bahan masakan habis, kontrakan kumuhnya juga belum bayar sewa, Tunggakan kuliah adiknya belum juga terlunasi dari semester kemarin. Belum lagi kaparat yang jadi benalu dalam hidupnya, yang dulu sampai sekarang tidak Sudi Adiknya Panggi sebagai Ayah.

" Klok bunda masih ada, pasti semua gak seberat ini" Berjalan pelan menuju meja tamu. Melihat potret cantik yang ia sengaja di pajang pada dinding lusuh kontrakan nya.

" Bunda apa kabar? Sila sama Theo kangen nih, udah hampir 9 tahun Bunda pergi,  kalok Bunda liat kami tolong bilang ke tuhan ya?, Sila capek apa lagi Theo kita minta Dispensasi hahahhaha"

Bohong sekali Wanita ini, sendiri nya sudah pupus harapan pada sang maha kuasa, menyindir sang bunda yang dulu berkata Tuhan akan membantu. Nyatanya tuhan melenyapkannya tuhan mencuri sebagian Kehidupan nya lalu merenggut nyawanya.

Mimik wajahnya sendu. Sesak sekali dadanya. Mengusap figur sang Bunda pelan Sila putuskan untuk beristirahat sejenak di kamar. Kepalanya ingin pecah. Tubuhnya letih. Raga dan Jiwanya melara tanpa tau kapan Bahagia tiba.

Tenggelam kan separuh wajahnya dalam bantal. Hirup banyak Wangi sang adik yang entah di mana raganya yang  terpontang-panting mencari uang.

" Theo.... Maafin kakak ya, kakak cuma bisa ngasih kamu beban, gak bisa bantu apa-apa, kakak cuma bisa berdoa setidaknya kalau bukan sekarang kakak harap besok, lusa atau kapan kamu bisa jadi manusia paling bahagia di mata dunia hehhehe biar bunda iri, karna ninggalin kita terlebih dahulu"

Setelah lirih berhenti. Hanya dengkuran kecil dan nafas teratur yang Sila berikan.

Padahal sila?. Kamu juga butuh bahagia mu. Lihat lukamu bernanah. Pecahan harapan mu tidak mampu di satukan. Kamu kesakitan sayangku. Jiwamu, ragamu dan si kecil meminta mu untuk rehat ,jua percaya mu pada sang pencipta lenyap di telan senja lagi. Doamu formalitas. Hamba yang buruk semesta akan semakin semena-mena jika begini.

DANDELION - Jeon Jungkook Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang