P R O L O G

38 9 3
                                    

| hy, ten!

Ten mengerutkan dahi saat menatap notif yang ditampilkan dari layar handphone miliknya. Beralih dari layar laptop, tangannya membuka aplikasi chat membalas pesan tersebut.

Shéa 🐻

| hy, ten!

hy, ada apa? |

|lagi ngapain? sibuk nggak? besok pulang kelas mau nggak nyari senja?

Termenung sebentar, Ten memikirkan jawaban. Sebenarnya besok ia memiliki jadwal kelas yang sama seperti Shéa, awal-awal semester mereka memang sering pulang bersama karena memang satu arah jalan pulang, berjalan-jalan mengelilingi kota menggunakan vespa matic milik Ten sembari bercerita tentang jahatnya duniawi.

Tapi akhir-akhir ini kedua sohib itu tak lagi melakukan tradisi mencari senja, mereka di sibukkan dengan tugas maupun circle baru masing-masing. Ah, bukan masing-masing, Shéa termasuk anak yang introvert dengan kesialan banyak pembully yang bermain-main dengannya, hanya Ten yang memiliki geng laki-laki pada circle barunya. Hampir dua bulan belakangan Ten jarang memiliki waktu bersama dengan Shéa, setiap pulang pun Shéa kini lebih memilih membawa kendaraan sendiri.

Sebenarnya Ten ingin mengiyakan ajakan Shéa untuk berjalan-jalan besok, tapi sepertinya besok adalah hari yang panjang karena padatnya jadwal kuliah, ia ingin istirahat besok. Mungkin lusa yang ketepatan weekend jika Shéa mengajaknya lagi, Ten akan berminat.

Jadwal padet, Shé. Sorry. |

| banget ya, Ten?

banget, bun. |

| Okay :) jaga kesehatan ya.

Ten tidak membaca maupun membalasnya, saat motifnya muncul di layar Ten membacanya dengan membalas dalam hati. Ia lebih memilih fokus kembali dalam menyusun ppt yang akan di tampilkan besok. Katakanlah Ten jahat, ia sering sekali membiarkan chat Shéa tanpa berniat membaca atau membalasnya saat dikira topiknya tak terlalu penting baginya. Tapi jujur Ten merasa Shéa selonggar itu hingga bisa mengirim pesan unfaedah tepat waktu, sedangkan Ten harus setiap hari berhadapan dengan laporan dan laporan.

Pukul sembilan malam, menatap gelas cangkir kopinya yang telah kosong Ten beranjak bangkit dari singgasana pribadinya untuk mengisi ulang kopi. Tapi sebelum beranjak, Shéa mengirim pesan lagi yang membuat Ten tertarik.

| Ten, whats your favorite number?

read my name, shéa |

Lalu Ten beranjak ke dapur untuk mengisi kopi sembari mengambil potongan kue yang beberapa hari lalu Shea berikan kepadanya dan masih dia hemat secara irit agar dapat menyantapnya setiap hari. Sebenarnya harganya tak seberapa, tapi setiap makan kue ini Ten selalu ingat betapa perhatiannya Shéa kepadanya. Bahkan Tern—adiknya hampir saja ia ajak duel di lapangan karena hampir membuang satu kotak kue yang menurutnya sudah nangkring lama di kulkas.

Sedangkan mami yang sudah hafal dengan pribadi dari Ten, Tern maupun Shéa hanya tersenyum tipis melihatnya. Bagi keluarga blasteran Thailand ini, Shéa sudah dianggap sebagai putri mami sendiri. Tak ayal dari dua bulan yang lalu Ten selalu di berondongi pertanyaan perkara Shéa yang tak pernah berkunjung. Maklum, sahabat dari sekolah dasar hingga kuliah, hingga beberapa hari yang lalu Shéa mampir ke rumah dan langsung ditahan oleh mami.

Kembali lagi balik ke kamar, Ten menatap lampu layarnya yang berkedip lagi menandakan notifikasi baru yang Ten yakin seratus persen bahwa itu balasan dari Shéa. Sembari memasukan sesendok teh kue ke dalam mulut, dahi Ten mengernyit bingung membacanya.

| okay.
| gue mau bilang sesuatu.
| ten, makasih udah jadi sahabat gue.

urwell babe. |
but, ada apa? |

Saat pesan Ten terkirim, pesan itu hanya menunjukkan bahwa pesan itu terkirim namun milik Shéa tidak aktif. Padahal jarak pesan Shéa dan Ten hanya lima menit, apakah gadis itu sudah tertidur? Membaca ulang chat Shéa yang bagi Ten sedikit ganjal, Ten semakin dibuat khawatir.

are u okay, Shéanolla? |

Status masih sama, Ten mencoba mengabaikan dan berfokus kembali menyelesaikan tugasnya. Hingga pada pukul jam dua dini hari, Ten selesai menyelesaikan segala tugas, pesannya pun masih belum terjawab. Tak berfikir panjang, Ten mematikan laptopnya lalu beranjak untuk tidur dengan nyenyak. Ia butuh tenaga ekstra untuk menghadapi hari berat besok, hari presentasi.


publish: 20032021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

publish: 20032021

10.10Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang