03.

560 130 9
                                    

Aku menertawakan diri. Satu tahun dirundung rasa cemburu hanya untuk mengetahui jika Taeyong dan Johnny adalah saudara sepupu. Mulanya aku tidak tahu, namun ketika teman sebangkuku berkisah jika Taeyong mencium idola anak tingkat pertama di lapangan sekolah, hatiku pun tergelitik mencari tahu.

Kutanya pada Kun siapa si anak tingkat pertama, dan apakah Johnny tidak cemburu jika tahu Taeyong berpaling hati dari kasihnya? Kun terpingkal dan tertawa. Aku masih ingat cecar dan derai tawanya ketika mengataiku bodoh. Aku tidak marah, karena aku sendiri sadar cintaku telah menahan isi kepalaku untuk berpikir jernih.

Lantas, Kun kembali merangkai kata, mengisahkan padaku jika Taeyong adalah adik sepupu kesayangan Johnny dan idola tingkat pertama yang dicium Taeyong adalah kekasih pertamanya, Jung Jaehyun.

Kini aku yang tertawa, kebodohanku telah membuatku langsung mengambil kesimpulan yang menyengsarakan hati dan diri selama setahun berjalan.

Napas panjang pun ku hela. Aku menyandarkan daguku ke telapak tangan dengan pikiran yang melayang.

Tiga tahun telah berlalu dan tidak sekalipun hasrat hati mereda. Apakah sudah saatnya aku mengungkap apa yang selama ini menjadi rasa? Aku kembali menghela napas, kurasa tidak ada salahnya. Lagi pula, kupikir aku akan lebih menyesal jika aku terus memendam sebelum aku tidak lagi melihatnya.

Dua hari lagi dia akan lulus.

Olehnya telah kupersiapkan bunga dan secarik buku yang telah kugenggam selama aku menjadi pecinta dalam diam, buku berisi sketsa yang selalu menemaniku duduk di bawah pohon rindang. Buku yang menjadi saksi betapa besar cintaku dalam diam.

Aku gugup, terlebih ketika kerumunan manusia memenuhi halaman sekolah dan mengelilingi Johnny. Dia berkawan banyak, akan tidak mudah bagiku untuk mencuri sedikit waktu hanya untuk menyampaikan hasrat hati. Namun, pada akhirnya tetap kucoba langkahkan kaki.

Beruntung bagiku ketika kulihat dia sedang memisahkan diri. Kepalanya menoleh bingung mencari, dan dengan hati-hati aku menepuk punggungnya dan membuatnya terkejut.

Sedikit gemetar aku ketika menyerahkan dua hal yang diterimanya dengan hati-hati, aku memberikannya senyum. Dan kuyakin itu adalah senyum terlebar yang pernah aku berikan kepada seseorang. Aku tidak berani menjabat tangannya, olehnya aku hanya mengepalkan kedua tanganku, mengucapkan semoga beruntung di dunia perkuliahan dan dia membalas dengan terima kasih.

Bibirku sudah membulat, hampir mengucap jika aku sudah tiga tahun mencinta. Sayangnya teman-temannya memanggil dan kataku tertahan di ujung bibir. Akhirnya aku mengalah lagi, dan hanya senyum lagi yang dapat kuberi.

Aku pun pamit, namun ketika aku undur diri. Johnny sempat menggenggam tangan dan menyebut namaku. Kulihat dia juga seperti ingin mengucapkan sesuatu, sayangnya dia sudah ditarik oleh teman sekelasnya dan meninggalkan aku yang mematung penuh tanya.

Pertama, sejak kapan dia tahu namaku?

Kedua, apa yang ingin diucapkan oleh dua bibir yang terhalang oleh waktu?

Buku harianku kini memiliki tanda tanya, apakah hatiku akan tetap terisi olehnya, atau perasaanku meredam dengan sendirinya.

Kisah ini masih bersambung.

from me to you | johntenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang