02

1.6K 381 75
                                    




Jeno bergeming, menatap punggung teman di depannya yang seperti tengah sibuk mencatat. Park Jihoon!

Hm... Jika di telaah, sikapnya sangat aneh hari ini. Mulai dari mengatakan jikalau dirinya yang telah menabrak ibu Jeno, lalu tiba-tiba tertawa seperti orang tengah bercanda, namun dengan perkataan "Kok gue ngakak ya mama Lo mati. Soalnya emang gue yang nabrak semalem..." Dan dilanjuti dengan gurat juga suara tawanya.

Jadi maksud Jeno tuh...

Jihoon bercanda atau tidak?








"LEE JENO!!"

Sang empu nama terlonjak kala namanya tiba-tiba disebutkan dengan kencang oleh gurunya.

"APA KAU TIDAK MENCATAT TUGAS YANG SAYA BERIKAN, HAH?!"

"U-udah selesai pak..." Jawab Jeno gugup. Pasalnya, semua penghuni kelas menatapnya sekarang, termasuk Jihoon!

"Coba sini saya liat!!" Titah sang guru sembari mengkode dengan tangan agar Jeno mendekat.

Dengan langkah meragu, Jeno maju ke depan, membawa buku tugasnya untuk di koreksi oleh guru mapelnya.

"APA-APAAN INI??!! KENAPA BUKU TUGASNYA DI CORET-CORET, LEE JENO??!!"

Lagi dan lagi, Jeno terlonjak kaget kala gurunya membentak dengan tetonik suara tak terkontrol. Huft... Bisa punya riwayat jantung Jeno lama-lama...

"S-siapa yang coret-coret pak? Orang saya dari tadi nyatet kok." Jawab Jeno jujur.

"Nih, liat!!" Hentak sang guru sembari menunjukkan buku tugasnya yang hanya berisikan kata-kata "semua orang gila harus mati!!"

Dan seperti itu sampai berulang-ulang. Kata-kata yang sama!

"Sana!!" Titah sang guru membuat Jeno menatapnya bingung.

"Sana? Maksudnya?"

"Kamu mati!"

"L-lah kok jadi saya yang disuruh mati, pak?"

"Soalnya kamu gila! Sesuai sama apa yang kamu tulis di buku tugasmu ini. Semua orang gila harus mati!!"

Jeno menghela nafasnya berat, sungguh!! Ia jadi bingung dengan semua tingkah orang-orang disekitarnya sekarang. Kenapa, semua mendadak gila?








































































































































































































































"Hai Jen!!" Yang disapa hampir terhuyung ke depan kala tiba-tiba seseorang merangkulnya dengan tidak santai dari belakang.

"Blegug sia!! Kaget gue su!!" Sarkas Jeno kesal. Haechan, si oknum perangkul hanya menunjukkan cengiran bodohnya.

"Jen, tau nggak?" Celetuk Haechan bertanya.

"Nggak!"

"Mau gue kasih tau nggak?"

"Nggak!"

"Ish!! Tapi Lo harus tau Jen!"

"Serah Lo marpu'ah!!"

"Hehe... Jadi gini, gue abis mutusin si Bomin!"

Jeno yang awalnya tak niat mendengarkan seketika membelalak sembari menatap Haechan tak percaya.

"H-hah?! Gimana-gimana?! Maksudnya?"

"Ish!! Gue abis mutusin Bomin tadi. Masa gitu aja nggak mudeng sih?" Tanya Haechan yang membuat Jeno semakin tidak mengerti.

"N-nggak!! B-bukan itu yang gue maksud. Tapi maksudnya gue tuh, dalam rangka apa Lo mutusin si Bomin. Emangnya Lo berdua pacaran apa gimana?" Tanya Jeno semakin dilanda rasa penasaran.

"Iya, udah hampir 4 bulan malah... Lo baru tau ya?? Oh iya ya, kan emang cuma Lo doang yang nggak gue kasih tau." Jelas Haechan dengan tampang watados.

"W-WHAT??!! CHAN, L-LO----- GAY?!!"

Yang ditanya sempat terdiam, sampai akhirnya...

"Hehe... Setelah liat Bomin, gue jadi belok."





BBOOMMMM!!!





Jeno benar-benar tak habis pikir dengan jaman sekarang. Haechan... Gay? Yang benar saja? Bukankah itu artinya, Bomin juga sama?







































































































































































































"Orang jaman sekarang kok banyak banget yang gila ya?"



****


Iya saya tau ini gaje ˘⌣˘

Mortal :: A Long Night | 00L ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang