Bermula || Start

5 2 0
                                    

Happy Reading~

•••

Rintikan hujan mulai menderu keras. Kini keadaan hanya dipenuhi hujan. Dan malam pun siap menjemput sisa hari.

"Sehan," panggil gadis yang terduduk lesu dengan pakaian yang dilekatkan seadanya. Kedua matanya memanas tapi ia tak bisa menitihkan air matanya. Suaranya bergetar, ia ingin menangis.

Lelaki bernama Sehan itu menundukkan kepalanya. Ia tak kuat menatap balik kesedihan berupa penyesalan di balik mata kekasihnya.

"Kita terpaksa harus nurutin maunya nenek lampir itu." Dengan keberanian perlahan ia menatap Anna yang masih menatapnya lekat, "Anna ... a-aku minta—"

"Udah Sehan, aku nggak mau bahas itu lagi. Kamu gimana setelah ini?" tanya Anna menatap manik kecoklatan Sehan. Ia berusaha memberikan senyuman tipis. Ia benar-benar hancur sekarang.

Sedangkan sang empu hanya menatap Anna dengan tatapan yang sulit diartikan. Hening. Gadisnya tidak mengatakan apapun. Akhirnya Anna memakai kembali pakaian sekolahnya dan berlalu jalan kearah pintu meninggalkan Sehan yang masih bungkam.

Anna menghentikan langkahnya di ambang pintu tanpa membalikan tubuhnya. "Saran aku aja, sebaiknya kamu pakai baju, terus pulang. Udah mau malam." Lalu ia berlalu pergi ke luar kelas.

Sepeninggal Anna, Sehan mengamuk dan membenturkan kepalanya ke dinding dengan brutal. "Tuhan, maafkan kami," batinnya.

Flashback MoveOn

Sore itu ....

Kring!

Anna, gadis berambut hitam legam sebahu itu merasa capek menunggu pacarnya yang masih melakukan rapat OSIS.

Ia sudah menunggu hampir satu jam.  Pantatnya terasa terbakar karena terlalu lama duduk di bangku depan ruang OSIS.

Ia menghela napas lelah untuk kesekian kalinya. Ia benar-benar bosan. Baterai ponselnya, ia berdecak pelan. Ia lupa men-charge siang tadi.

Terdengar langkah kaki bergemuruh berasal dari dalam ruang OSIS. Raut lega terpancar di wajah Anna. Tentu saja, rapat OSIS telah selesai.

Lelaki yang ia tunggu pun datang. "Ayo!" ajak Sehan tersenyum tipis. Lalu ia menarik lembut tangan kanan Anna.

"Kita langsung pulang 'kan?" tanya Anna menyamakan langkahnya dengan Sehan.

"Kita ke kelas dulu. Ada barang aku yang ketinggalan," jawab Sehan fokus dengan langkahnya.

Anna hanya diam menurut saja. Ia dapat melihat jelas guratan lelah di wajah lelaki di sampingnya.

Mereka berdua berjalan menuju kelas Sehan, XI MIPA 3. Beruntungnya kelas tersebut berada di lantai bawah. Jadi, tak perlu repot naik anak tangga. Lagi pun pintu menuju anak tangga sudah ditutup oleh guru TU.

Sehan telah meminjam kunci kelasnya jadi ia pun segera membuka pintu kelasnya. Ia menatap sebentar ke arah Anna. "Kamu mau nunggu di sini atau ikut masuk?" tanyanya dengan satu alis terangkat.

Anna menatap sekitarnya yang sudah sepi. Ia lumayan takut dengan suasana seperti itu. "Aku ikut masuk aja deh," putusnya.

Sehan mengangguk samar. Lalu ia terlebih dahulu masuk ke dalam disusul dengan Anna.

Sehan pun berjalan menunggu bangkunya yang berada di pojok kiri. Sedangkan Anna membuntuti lelaki itu. Ia sungguh merasakan ketakutan di punggungnya.

"Masih kaya bocah kamu ternyata," ledek Sehan seraya duduk di bangkunya.

Anna berdesis seraya mendelik tak suka. "Udah ayo buruan!" desaknya.

Sehan menghela napas sebentar. Lalu kedua tangannya terulur masuk ke dalam laci mejanya. Ia mencari kunci rumahnya yang tertinggal.

"Aaaa!" jerit Anna ketakutan.

Ia langsung duduk di kursi samping Sehan dan memeluk lelaki itu. Tadi ia mendengar sesuatu yang jatuh, pecah.

Sehan yang mendapat perlakuan tiba-tiba seperti itu diam membeku. Napas gadis itu memburu tepat di tengkuknya. Ia meremang.

Beberapa saat Anna hanya diam tanpa melepaskan pelukannya. Sehan tahu gadisnya sedang ketakutan. Perlahan tangan kanannya terangkat—mengelus pelan lengan bawah kanan gadisnya.

"Sehan, buruan. Aku mau pulang," ucap Anna.

Sehan meneguk salivanya lalu menghela napas pelan seraya menarik tangan kanannya kembali masuk ke dalam laci meja. "Ya-ya kamu lepasin aku dulu," balas Sehan gugup.

Perlahan Anna menarik dirinya menjauh dari tubuh Sehan. Ia merasa begitu malu. Ia menatap takut lelaki di sampingnya yang terlihat begitu gugup. Keduanya saling diam dan seketika suasana menjadi canggung.

Sehan berdeham pelan lalu kembali melanjutkan pencariannya. Akhirnya ketemu juga.

Ia pun menarik kedua tangannya. Kemudian ia memasukan kunci rumahnya ke dalam saku celananya. Kedua matanya menatap lekat Anna yang diam menunduk.

Ia begitu larut menatap kecantikan Anna. Entah kenapa, pandangannya menjadi mengabur dengan nafsu.

Anna yang menyadari Sehan sedang menatapnya sedari tadi. "Hum ... udah 'kan?" tanyanya perlahan menatap balik manik mata kecoklatan milik Sehan.

Sehan tersentak. Ia mengedipkan kedua matanya cepat seraya menganggukkan kepala dan mengalihkan pandangannya.

"Kita makan dulu gapapa 'kan? Aku laper soalnya," ucap Sehan bertanya. Ia kembali menatap balik Anna yang sudah berani menatapnya.

Gadis itu menganggukkan kepalanya setuju. Anna berdiri dari duduknya tapi dengan cepat dicekal oleh Sehan. "Eh bentar, kamu mau makan di mana?" tanyanya lagi.

Anna menolehkan wajahnya menatap Sehan. "Kek biasanya aja," jawabnya.

Mereka saling diam untuk beberapa saat. Anna mengerutkan keningnya, bingung dengan tatapan kekasihnya. "Han," panggilnya mencoba menyadarkan Sehan.

Lelaki itu mulai berdiri dari duduknya. Ia masih memegang pergelangan tangan kiri Anna.

"Jadi pulang 'kan?" tanya Anna mulai ketakutan dengan tatapan Sehan.

Senyuman tipis menyelimuti wajah tampan Sehan. "Aku mau makan dulu," jawabnya seraya menarik cepat tubuh Anna ke arahnya.

Flashback MoveOff

Sehan menghapus bekas air matanya. Sudah cukup ia mengingat hal buruk itu. Kepalanya benar-benar ingin meledak. Ia pun segera memakai bajunya dan pergi meninggalkan kelas. Mungkin dia akan mengembalikan kunci kelas besok.

Kondisinya benar-benar berantakan terutama rambutnya yang acak-acakan. Ia berharap tak ada yang bertanya kepadanya.

Pikirannya bergentayangan. Sungguh tak membuatnya tenang. Biasanya ia hanya dipusingkan dengan tugas sekolah dan organisasi. Namun, kini berkaitan dengan kekasihnya.

Hujan masih berjatuhan, ia memilih menerjang saja. Tapi ia teringat akan Anna, ia sempat khawatir. Namun, sudah hengkang dari benaknya. Karena Anna telah dijemput, pasti sekarang sudah sampai rumah.

Ia kembali menghela napas lelah bercampur kesal. Pikirannya benar-benar kalut. Ia tak siap menyambut hari esok. Ia merasa tak yakin dengan ucapan gadis licik penuh keirian itu.

"G-gue ... gue nggak nyangka. Kalian ... astaga!" seru Nazla begitu terkejut melihat pemandangan di hadapannya.

Sehan menutup kedua matanya sebentar lalu membukanya kembali. Entahlah, ia berharap kejadian tadi hanyalah bunga tidur baginya. Ia ingin segera kembali tidur dan bangun tanpa teringat mimpi buruk itu. Ia sungguh ingin melupakan itu semua.

•••

Mistakes of The DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang