Ancaman dan Senjata || Threats and Weapons

3 2 0
                                    

Happy Reading~

•••

Tepat pukul sembilan, siswa berhamburan keluar dari kelas—tanda istirahat. Perut-perut kelaparan menyerbu kantin, ada beberapa yang menuju perpustakaan, dan ada yang memilih untuk menetap di kelas.

Di ruang OSIS

"Baiklah, pukul sebelas nanti kita mulai razia kuku, baju, rambut, perhiasan, sama make up. Kemarin, gue dengar banyak anak cewek yang bawa make up," papar Bian selaku ketua OSIS. Ia memberikan pembagian siapa yang bertugas serta pembagian kelas.

Tidak sengaja Sehan melihat kuku Nazla yang panjang dan diberi polesan cat kuku berwarna merah. Ia menatap tajam gadis yang duduk di bangku sebelah kanannya.

"Kenapa liat gue kayak gitu?" ujar Nazla mengerutkan kedua alisnya. Ia sudah tahu jika Sehan mengawasinya dari tadi dan itu membuatnya benar-benar tidak nyaman.

"Kalau OSIS aja kayak gini, gimana sekolah mau maju?" sindir Sehan. Lalu ia mengalihkan pandangannya ke depan.

"Kenapa? Lo mau ngaduin gue? Aduin sana!" tantang Nazla. "Tapi jangan salahin gue kalau semuanya kesebar," lanjut Nazla dengan suara yang lebih kecil dari sebelumnya.

Kedua mata Sehan kembali menatap Nazla yang tersenyum remeh. Hatinya benar-benar terbakar amarah. Tapi ia harus mengalah. Tidak boleh ada yang tahu tentang kejadian itu. Tidak ada satupun.

Tiap kali Sehan memergokinya melanggar aturan, Nazla langsung mengeluarkan senjatanya. Dan sialnya, Sehan tidak bisa melakukan apapun. Selama ini ia harus sabar menghadapi sikap Nazla yang tantrum, tapi tidak untuk kali ini. Sehan tidak akan membiarkan siapapun mengacaukan hidupnya.

"Gue harus cari cara buat menghapus video itu," batin Sehan.

***

Anna menatap ke luar jendela. Ia tidak berniat untuk mengisi perutnya walaupun sebenarnya ia kelaparan.

Netra hitamnya tidak sengaja menangkap gerombolan kakak kelas dengan baju yang ketat serta rok dengan potongan rendah. Dulu Anna selalu memandang remeh kakak kelasnya—mereka terlihat seperti wanita murahan yang mengumbar badan tanpa rasa malu. Tapi sekarang Anna merasa sangat malu hanya untuk menatap mereka.

Bayangan kejadian itu selalu saja menghantuinya seolah mengatakan jika dia tidak seharusnya mengejek wanita lain karena sekarang posisinya jauh lebih rendah.

Rasanya Anna ingin tertawa keras melihat takdirnya sekarang. Kenapa ... kenapa ini harus terjadi padanya? Kenapa tidak wanita lain? Kenapa harus dirinya?!

Anna ingin marah, dia ingin berteriak, dia ingin menangis sampai kelelahan dan tidak perlu bangun dalam waktu yang lama. Tapi siapa yang harus ia salahkan?! Sehan? Ya, laki-laki itu bersalah. Tapi Anna juga sadar jika itu tidak sepenuhnya salah Sehan.

Tidak terasa air matanya menetes. Argh! Anna hanya ingin hidup normal tanpa masalah yang berarti. Dia hanya ingin lulus, kuliah, kerja dan ... bebas. Hanya itu.

Tapi kejadian itu mengacaukan semuanya. Persetan dengan hubungannya dan Sehan! Anna hanya ingin menutup matanya dan berharap kejadian itu hilang. Tapi sayangnya itu semua tidak bisa. Sekeras apapun Anna mencoba untuk menutup matanya, bayangan itu tetap ada.

"Anna, lo kenapa?" Anna menoleh. Di sampingnya ada Rachel dengan tangan yang penuh dengan makanan ringan.

"Kenapa nangis?" tanya Rachel menatap lekat Anna seraya memegang bahu Anna.

Pegangan itu membuat Anna kesulitan menahan tangis. Ia ingin memeluk Rachel, menangis dan menumpahkan semuanya tapi semua itu ia urungkan. Anna tidak ingin Rachel bertanya lebih banyak padanya. Pada akhirnya hanya senyum tipis yang dapat ia tampilkan.

Mistakes of The DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang