1. Senyuman

564 53 0
                                    

Assalamualaikum everyone

~~~~~

Admesh Kamaleng – Cinta Luar Biasa

~~~~~

“Cintailah seseorang dengan sederhana, karena bagaimanapun tidak ada kisah cinta yang sempurna.”

~~~~~

Suara keributan di pagi hari sudah biasa bagiku, siapa lagi jika bukan tetangga sebelah, tapi tidak masalah. Karena apa? Karena hari ini bertemu lagi dengannya.

Oh iya. Perkenalan namaku Tana Putri Ramadhani, aku anak kedua dari pasangan super romantis di desaku. Kakakku bernama Tino Putra Ramadhani, kami hidup rukun aman damai di desa pinggiran kota. Dengan suasana pedesaan yang masih terasa membuatku bahagia.

Aku hanyalah cewek biasa, tidak cantik tidak juga jelek, menurutku. Aku menaruh harapan besar kepada otakku ini untuk pintar, agar apa? Agar aku bisa terus berdekatan dengannya.
“Dek cepet berangkat, ketinggalan bis nanti kamu.” Aku menggerutu kesal kepada kakakku, tidak bisakah dia melihat adiknya bahagia walaupun hanya sebentar?

Dengan cepat aku menautkan jarum peniti ke jilbab putihku ini. Sangat malas jika harus berangkat sekolah sendirian seperti ini. Bukan apa-apa, tetanggaku sebelah suka bilang ‘Buat apa anak cewek sekolah tinggi-tinggi kalau ujung-ujungnya jadi istri dirumah’

Memang rumahku masuk daerah desa dan sedikit udik? Entahlah, aku tidak menganggap besar masalah itu. Ayah dan Bunda memang bukan asli orang sini, mereka merantau dan menetapkan desa ini sebagai tempat tinggal. Apa pekerjaan ayah? Dia seorang petani, setiap hari dia akan pergi ke sawah memantau lahan-lahan sawahnya yang cukup besar. Sedangkan Bunda fokus mengurus rumah dan keluarga.

Aku bahagia hidup seperti ini. Dan kebahagiaanku bertambah ketika bertemu dengannya, bisa dibilang aku adalah penggemar rahasianya.

Lihatlah dia berdiri di samping montor matic miliknya, sepertinya dia baru sampai. Seseorang yang aku kagumi bukanlah most wanted incaran cewek-cewek sekolah, bukan orang kaya, bahkan ada yang mengatankannya tidak tampan! Heol, matanya perlu dibuka lebar-lebar sepertinya.

Dia Haekal Bagus Setyawan. Kakak kelas, anak teknik dengan segala kepintarannya, pintar dalam hal pelajaran, pintar dalam hal olahraga bola voli, juga pintar dalam hal agama. Paket komplit sudah. Sudah lebih dari setahun aku mengaguminya dalam diam.

Memang, cinta pandangan pertama benar-benar ada dan nyata.

“Ayo… Lagi lihat apa sih kok sampai fokus banget?”

Dia Nur, sahabatku dari kecil. Bahkan Nur sekalipun tidak tahu bahwa aku menyukai kakak kelas itu.

“Enggak ada,” Aku mengelak dengan cepat.

“Udah, ayo masuk kelas.”

Aku menarik tangan Nur dengan tergesa-gesa. Kami berjalan dengan cepat dan sesekali menunduk dengan ramah kepada orang-orang yang kami kenali. Jangan bilang jika diriku sombong tidak mau berkawan dengan banyak orang, hei kalian salah besar guys.

Tahun ajaran baru, baru saja dimulai beberapa minggu yang lalu, jadi wajar jika hanya bebeapa teman yang aku kenali.

Banyak orang yang ingin masuk sekolah favorit ini. Ah, aku jadi merasa sedih karena teman sekaligus tetangganya tidak dapat masuk sini. Tapi tidak apa, dia orang kaya, banyak hal yang dilakukan dengan uang. Benar bukan?

“Bendahara pergi ambil ponsel di loker perpustakaan.”

Satu kalimat itu membuatku gelapan. Memang aku disini berperan sebagai bendahara kelas, masalahnya aku dan temannku yang baru kukenal itu tidak mengetahui dimana tempat perpustakaan di sekolah terbesar di kabupatenku ini.

Haekalender  (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang