3. Rutinitas

314 42 4
                                    

Happy Reading
Ada typo langsung dikoreksi ya semuanya.

~~~~~

“Ketahuilah bahwa namamu tidak pernah berhenti dalam setiap doaku.”

~~~~~

Ed Sheren – Shape of You

~~~~~

Suasana pagi hari yang cerah dan damai menjadi sesuatu hal yang jarang terjadi di dekat rumahku. Kenapa? Biasanya di setiap pagi aku akan mendengar drama teater yang luar biasa. Bedanya, setiap hari ini judulnya sama.

“Kamu selingkuh!”

Oh tidak, kenapa aku membicarakannya?! Mereka mulai memulainya.

Aku mendudukan diriku dengan nyaman di kursi depan dengan secangkir teh dan 2 buah pisang. Seperti enak jika mendengarkan radio di temani dengan cemilan.

“Mas selingkuh! Semalam kemana tidak pulang?!”
Terdengar decakan pelan dari sang mulut suami.

“Cari uang! Aku cari uang juga buat kamu!”

“Omong kosong!”

Wah, keadaan sepertinya semakin panas.

“Heh kamu ngapain?”

Aku menatap Bunda dengan malas. Ah, kenapa harus sekarang sih kedatangan Bunda? Apa Bunda tidak tahu jika ini sangat seru dan menyenangkan.

“Cepat berangkat ekstra. Jangan dibiasain kayak gini.”

“Hehehe khilaf Bun.” Aku hanya menyengir tanpa dosa dan berlalu meninggalkan area rumah setelah berpamitan kepada Bunda.

“Assalamualikum."

“Waalaikumsallam.”

Suara burung berkicau menjadi temanku di sepanjang jalan. Ini hari Sabtu, hari dimana ekstrakulikuler Rohis dilaksanakan. Gamis abu-abu lengkap dengan hijabnya menjadi pilihanku, memang warna-warna kalem menjadi favoritku daripada warna cerah. Entahlah aku juga tidak tahu, kesukaan orang tidak ada yang tahu bukan?

Aku memarkirkan montorku dengan santai. Di mushola memang belum banyak orang yang datang, jadi aku memutuskan untuk santai. Kira-kira materi apa yang diberikan hari ini.

“Hai Tana sini.”

Aku menolehkan kepala dengan cepat ketika seseorang memanggil namaku dengan begitu keras. Wah Risma sudah datang sepagi ini? Aku tersenyum dan duduk di samping Risma.

“Tumben udah sampai?” Aku langsung bertanya kepada Risma, ada apa ini?

Risma hanya tersenyum. “Hehehe nggak papa, gabut dirumah harus ngurus ponakan.”

Aku hanya mengangguk dan ber-oh ria mendegar jawaban Risma. Mataku mengedar megamati orang-orang yang sudah berdatangan dan mulai duduk dengan rapi. Aku sempat bertanya kepada diri sendiri, apakah orang-orang disini tulus untuk mencari ilmu atau ada maksud tersembunyi di dalamnya? Mengingat kakak pembina Rohis ini tampan dan cantik-cantik.

“Assalamualaikum semua, selamat pagi. Kakak persilahkan untuk melaksanakan sholat dhuha terlebih dahulu bagi yang tidak berhalangan."

Aku berdiri dan mulai berjalan di belakang orang-orang yang masuk ke dalam mushola. Memang dari rumah aku sudah mengambil air wudhu, sehingga tinggal melaksanakan sholatnya.

“Aduh mas jodoh.”

Dengan cepat aku menampar mulutku sendiri dengan pelan. Aisss apa yang kau lakukan Tana! Beruntung tidak ada orang yang mendengarmu.

Haekalender  (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang