A - Sangyeon

13 1 0
                                    

   Aletta terbangun dari tidurnya ketika mendengar sebuah piring jatuh dari dapur. Pagi ini memang terlalu sunyi hingga sanggup memangunkan seorang Aletta.

Aletta segera terbangun dan  bergegas ke sumber suara, dimana tempat itu adalah dapur.

Kedatangan Aletta disambut oleh Sangyeon dengan senyuman lebar, "kamu kebangun, ya?" Tanya Sangyeon.

"Maaf, bi Mirna nggak datang jadi aku inisiatif mau masakin kamu." Lanjutnya. Sekarang ia berjongkok untuk memunguti pecahan piring yang berserakan.

Aletta ikut berjongkok, ingin membantu, "aku bantuin."

Tangan Aletta yang terulur ingin memungut pecahan piring ditepis Sangyeon, dengan begitu Aletta menatap Sangeon bingung.

"Nggak usah cintaku, istriku, kamu duduk aja." Ujar Sangyeon tersenyum.

Mau tak mau Aletta menurut. Kepala Aletta mengangguk dan badannya kembali berdiri, ia pun melangkahkan kaki ke minibar yang tidak jauh dari tempat Sangyeon.

Beberapa saat setelah Sangyeon membereskan pecahan piring, laki-laki itu membuatkan segelas teh untuk Aletta.

"Diminum sayang." Ucapnya.

Lagi-lagi Aletta mengangguk. Sangyeon menatap Aletta lamat-lamat. Seperti bukan Aletta yang biasanya banyak bicara, tapi Sangyeon menepis pikiran buruknya mengingat Aletta mungkin merasa pusing.

Aletta memang terlihat sehat. Namun sebenarnya Aletta baru saja mengalami sebuah kecelakaan mobil 4 bulan yang lalu.

"Sayang, kepala kamu pusing lagi?" Tanya Sangyeon khawatir.

"Hmm sedikit." Jawab Aletta.

"Tunggu bentar aku bikinin omelet kesukaan kamu."

Sangyeon kembali sibuk memasak. Hal yang sempat ia lakukan sebelum piring terjatuh tadi.

Aletta hanya memandangi punggung Sangyeon. Aletta ingin membantu namun Sangyeon pasti menyuruhnya kembali duduk. Lagipula kepalanya sedikit pusing pagi ini.

Sekitar 10 menitan omelet itu pun jadi. Sangyeon menyerahkan piring berisi omelet itu untuk Aletta.

"Kamu bikin satu aja?" Tanya Aletta.

Sangyeon berdehem dan mengangguk, ia melepas apronnya dan duduk disebelah Aletta.

"I want to ate something else."

"Apa?" Aletta makin mengerutkan keningnya.

"Kamu makan dulu." Sangyeon mengelus pipi Aletta.

"Ih, kamu mau makan apa dulu?!"

"I want to ate you, Aletta."

Aletta jadi diam tak bereaksi.

"Bercanda, aku tau kamu belum pulih sepenuhnya, sayang."

Aletta masih diam. Sangyeon yang gemas mengelus pucuk meliala Aletta, "nggak usah khawatir."

"Kamu belum makan." Cicit Aletta.

"Udah. Aku udah makan roti sama minum susu."

###

   Malam itu sudah makin larut. Biasanya Sangyeon sudah pulang dari kantor sekitar pukul 8, tapi hari itu Sangyeon pulang pukul 1 dini hari.

Hal yang tidak Sangyeon duga Aletta masih belum terlelap dan menunggunya diruang tengah sambil menonton siaran dari netvlix.

"Sayang, kamu belum tidur?"

Aletta terperanjat mendengar suara Sangyeon, kepalanya menoleh kepada Sangyeon yang baru pulang.

"Aku nggak bisa tidur."

Sangyeon berjalan mendekati Aletta, ia tersenyum dan berjongkok di hadapan gadis itu. "Makasih udah nungguin aku."

"Hm."

Kepala Sangyeon makin mendekati wajah Aletta. Semakin dekat dan sengaja menempelkan bibirnya di bibir gadis itu. Awalnya hanya menempel, tapi Sangyeon mana mau jika hanya saling tempel?

Sangyeon sucked and bite her lips. Then his hands played with her body. Squish her soft body till her moans.

"Not here, pleasehh." Pinta Aletta.

"Okay, let's get a room."

"Tapi pelan-pelan ya?"

"I'm not promise."

"It's still hurts from last night."

###

    "Aletta."

Sangyeon berdiri di depan kamar mandi dengan khawatir. Pasalnya sudah lebih dari satu jam Aletta  masuk untuk mengecek sesuatu tapi belum keluar juga.

"Aletta, Sayang, kamu nggak pingsan kan?"

Pintu kamar mandi masih belum terbuka juga. Kekhawatiran Sangyeon kian menjadi. Laki-laki itu berniat mendobrak pintu kamar mandi, namun di urungkan niat tersebut.

Sangyeon ingat masih menyimpan kunci cadangan di kamarnya.

Sebelum Sangyeon berjalan menjauh, pintu kamar mandi terbuka. Memperlihatkan Aletta dengan wajah pucat pasinya.

"Sayang, kamu nggak apa-apa?" Tanya Sangyeon mendekati Aletta, menatap Aletta dengan pandangan khawatir.

"Kamu masih mual? Pusing?"

Aletta terdiam. Tangan kanannya yang dari tadi menggenggam sesuatu ia berikan pada Sangyeon. Sebuah alat tes kehamilan yang menunjukkan hasil dua garis.

Sangyeon yang melihat alat tes itu tak bisa menyembunyikan rona bahagianya.

"Sayang, kamu hamil? Kita mau punya baby?"

Sangyeon bergerak memeluk tubuh Aletta.

"Thankyou Aletta, thankyou so much. I love you, Aletta, i really love you. I don't know what i want to say, just i love you, i love you, Aletta." Rancu Sangyeon.

"I remember something." Kata Aletta.

Sangyeon melepas pelukannya dan menaruh tangannya memegang kedua sisi pundak Aletta, ia menatap Aletta penuh arti. Rasa bahagianya bertambah setelah Aletta mengatakn hal itu. Artinya ingatan Aletta kembali.

Setelah kecelakaan beberapa bulan lalu Aletta memang disebutkan mengalami amnesia. Aletta tidak bisa mengingat dirinya sendiri apalagi orang orang disekitarnya.

"Kamu inget kenangan kita?"

Tapi Aletta menggeleng.

"I remember that I'm not Aletta, I'm Alesha. I'm Aletta twin, your sister in law. I'm not your wife."

Perasaan Sangyeon menjadi campur aduk. Rasanya sulit dipercaya, "it's not funny, Aletta, Alesha sudah meninggal."

"Dan yang terkubur itu Aletta, bukan Alesha."

"Stop, aku nggak mau dengar. Kamu ngaco." Potong Sangyeon tak ingin mempercayainya. Tetapi gadis itu meneruskan kalimatnya.

"Aletta yang nyetir mobil itu, bukan aku. Aletta yang ngebut buat ke kantor kamu karena tau kamu butuh file penting buat meeting."

Tubuh Sangyeon melemas seketika. Tautan tangan di kedua yang pundak gadis itu melemah dan terlepas begitu saja. Mendadak ratusan pisau seperti menghujam ulu hatinya.

Sangyeon teringat akan pusara Alesha, yang tidak lain justru disitu adalah istrinya, Aletta yang sebenarnya.

Sangyeon tersenyum miris menahan air matanya,

"No wonder Aletta becomes quiet and returns being virgin."

A To Boyz || The BoyzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang