B - Jacob

10 1 0
                                    


   Jacob memalingkan wajahnya ketika Kevin menyenggol lengannya. Laki-laki yang semula sibuk pada laptopnya itu kini atensinya beralih pada seseorang yang ditunjuk Kevin dengan dagunya.

Sesaat Jacob terperangah melihat gadis bersurai panjang itu tertawa manis pada temannya.

Nama gadis itu Bianca.

"Mantan tuh." Goda Kevin.

Jacob tersenyum miring. Fikirannya melayang jauh pada beberapa tahun lalu di masa-masa kuliahnya yang bertemu Bianca. Lalu menjadikannya sebagai kekasih selama setahun.

"Makin cakep ya?" Tanya Kevin.

Jacob mengangguk setuju, "Makin glowing."

"Samperin gih." Suruh Kevin mendorong-dorong lengan Jacob.

"Eh jangan, inget Bella." Lanjut Kevin menghentikan aksinya mendorong Jacob.

"Itu lo tau."

Kevin terkikik pelan senang menggoda Jacob. Kekehannya berhenti ketika dari ponsel Jacob berdering menampilkan gambar Bella.

"Baru di omongin udah telfon aja." Ucap Kevin bermonolog.

Jacob jadi meraih ponselnya. Menerima panggilan itu lalu mendekatkan ponselnya ke telinga.

"Halo, Bella."

"Masih sama Kevin?"

"Masih, kamu mau ngomong sama dia?"

"HALO BEL, I AM HERE." Sahut Kevin.

"Berisik banget dia. Kamu betah banget sama dia."

Jacob terkekeh, ia melirik Kevin yang kembali memanggil nama Bella.

"Kevin kalau sama aku nggak berisik, pas sama kamu aja berisik soalnya kamu sama berisiknya."

"Aku nggak suka ya kalau kamu samain sama Kevin. Beda jauh lah."

"Mirip, Bel, bukan sama."

"Tetep aja nggak mau. Masa kamu tega nyamain pacar sama sejenis Kevin."

"Seseorang bukan sejenis."

Bella mendengus di ujung sana. Sementara Jacob mengedarkan pandangannya lagi kearah laptop didepannya dan diam-diam mencuri pandang ke arah Bianca.

"Kamu beneran sama Kevin aja kan?"

"Nggak berdua sama Kevin, di kafe ada banyak pengunjung."

"Hmm okay, aniway saldo sopipay aku abis. Mau checkout nggak bisa."

"Pake atm--"

"Kamu lupa atm kamu yang buat aku udah kamu blokir?"

"Then wait for this night, nanti aku checkoutin kalau udah ke rumah kamu."

"Kalau produk yang aku incer keburu abis gimana? Kamu sering bilang dateng malem tapi sampenya besoknya."

"Yaudah aku transfer sekarang. Aku matiin dulu telponnya."

"Yeaaaay, i love you, Jacob."

"I love you too, Bel."





"Kenapa sih lo bisa sama Bella?" Tanya Kevin ingin tau setelah Jacob mengentikan sesi teleponnya. Kini Jacob memenuhi janjinya mentransfer beberapa nominal sopipay untuk Bella.

"Because she love me." Jawab Jacob enteng.

"Gue tau lo sadar dia cuma cinta sama duit lo doang." Gumam Kevin mencocol kentang gorengnya ke saus setelah sekian lama di diamkan.

Jacob tersenyum dan kembali fokus ke laptopnya, "Bella itu temen lo, nggak baik ngomongin temen sendiri."

"Huh, i know she's my friend, and you are my friend too. Iya nggak ada salahnya kalau gue berusaha netral melihat yang terbaik for both of you."

"Sampai sekarang gue masih bingung kenapa lo putus sama Bianca dan berakhir dengan Bella. I mean, remember how Bianca really caring you. Apalagi sekarang dia makin cakep."

"Udah deh, nggak usah bahas masa lalu." Putus Jacob.

"Ah yaudah itu urusan lo juga. Duit lo banyak jadi lo butuh orang kayak Bella buat ngabisin."

Jacob terkekeh pelan. Ditutupnya laptop itu hingga Kevin melebarkan matanya kaget.

"Udah kelar tuh?" Tanya Kevin menunjuk laptop Jacob dengan dagunya.

"Udah selesai." Ujar Jacob membereskan laptop dan beberapa barangnya ke dalam tas.

"Gue mau pulang nih, lo gimana?" Tanya Jacob pada Kevin.

"Lo duluan aja gue mau ngabisin fried friesnya."

Jacob ngangguk mengerti. Lantas memakai tasnya dan berjalan keluar kafe. Menuju mobil yang terparkir di depan dan mendudukkan dirinya dibelakang kemudi.

Ekor matanya melihat Bianca yang masuk area parkir. Melihatnya saja membuat Jacob teringat bagimana mereka putus dulu.








"Jadi kamu punya sugar daddy?"

Jacob speechless setelah tidak sengaja mendengar Bianca menerima telfon dari seseorang. Sebenarnya Jacob tidak ingin menguping tapi Bianca yang terlalu lama menerima telfon membuat Jacob ingin menghampiri Bianca di ruang tamu rumahnya.

Ternyata obrolan Bianca penuh mesra dengan seseorang yang dipanggilnya 'daddy'. Tentu saja Jacob tidak terkecoh bahwa itu ayah Bianca, karena Jacob tau ayah Bianca sudah tiada.

Bianca terlihat gugup. Ia mematikan sepihak telfonnya dan menatap Jacob harap-harap cemas.

"Jadi yang aku lihat tiga hari lalu itu beneran kamu? Masuk hotel berdua sama om-om?"

Kepala Bianca menunduk takut. Meski Jacob menggunakan intonasi rendah tapi pertanyaan Jacob begitu menuntut dan membuat Bianca merinding. Terlebih benar adanya apa yang di tanyakan Jacob.

"Maaf. Maafin aku." Cicit Bianca. Kini air matanya terjatuh menuruni pipinya.

Jacob menghela nafas disertai terkekeh. Permintaan maaf Bianca begitu menusuk ulu hatinya.

"Let's broke up. It's really hurt me, Bi." Ujar Jacob dengan suara bergetarnya.



###

   Jacob memasuki kamar apartemen menggunakan freepas yang ia punya. Matanya mengedar mencari seseorang yang ternyata kini baru keluar kamar mandi.

"Loh, kamu dateng?"

"Iya." Jawab Jacob mendekati orang itu dan langsung mencium bibirnya.

"Heh bentar," orang itu mendorong dada Jacob agar ciumannya terlepas, "tadi aku liat kamu telfonan sama Bella di kafe, kamu belum mutusin dia buat balikan sama aku?""

"Aku nggak akan mutusin Bella, kamu tau itu Bianca."

Bianca memanyunkan bibirnya, Jacob yang gemas kembali mencium bibir itu. Namun lagi-lagi Bianca mendorong tubuhnya menjauh.

"You rejected me?" Tanya Jacob.

"Tell me honestly, are you still love me?"

"Yes, i am. I want to hate you but my love getting bigger."

"Then, what are we?"

"Simbiosis mutualisme, you need a money i gave you the money. Like your relationship with my father a few years ago."

A To Boyz || The BoyzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang