// warning : keseluruhan tempat dan juga setting serta waktu di fanfiksi ini semuanya tidak benar dan akurat, hanya imajinasi author semata untuk keperluan fiksi. Sebagian berisi flashback dan sedikit 🔞 karena ada penyebutan kegiatan seksual..
.
.
Unknown time, arround 1932
Pertemuan yang bahkan mereka tak pernah sangka terjadi di hari yang juga tidak biasa. Barak yang digunakan sebagai tempat beristirahat dan markas penjagaan tentara Korea tiba tiba diserang oleh tentara Amerika dari udara, mereka turun layaknya hujan, segera menerjang dengan menerbangkan peluru membabi buta pada siapapun yang terlihat di pandangan mata.
Dewi keberuntungan kala itu memihak Yoonoh, yang ditugaskan pergi ke hutan memburu hewan untuk digunakan sebagai makan siang. Ia bersama dengan seorang prajurit bernama Kim Yohan tengah memanggul sebuah rusa berukuran sedang secara bergantian. Yohan membawa rusa tersebut sendirian dan berlari ke barak saat Yoonoh mengatakan ia hendak mencari beberapa ubi yang tumbuh liar di sela sela rimbun pepohonan sebagai kudapan untuk berjaga malam nanti. Menyibakkan semak demi semak, digigit nyamuk disana sini dan terluka oleh duri tanaman, tak menghentikkan tekadnya mencari ubi. Hingga upayanya berhasil dan ia membawa kembali sepuluh buah ubi yang meskipun bentuknya mini pulang ke barak dengan menggunakan sebuah daun pisang sebagai pembungkus.
Saat ia sedang menikmati lantunan kicauan burung yang berada di atas puncak pohon saling bersautan menyambut pagi yang lumayan cerah, suara rentetan tembakan demi tembakan terdengar. Sebagai prajurit, Yoonoh segera mengambil senjata laras panjang yang tergantung punggungnya. Merunduk di antara semak dan mengarahkan moncong senjatanya pada jalan terbuka yang mengarah ke markasnya dari hutan. Tangannya sedikit gemetar karena gugup menanti musuh yang mungkin memang sedang menyerang markasnya. Dengan berhati hati dan perlahan, langkahnya layaknya seekor cheetah di atas daun kering, sunyi tanpa suara, berjalan mengendap menuju jalan terbuka tersebut. Ia belum sempat mengokang senjatanya saat seorang tentara Amerika tiba tiba muncul di ujung jalan terbuka. Matanya melebar dan jarinya hendak menekan pemicu ketika ia sadar ia kurang cepat. Sebuah peluru telah meluncur dan tertanam di kaki kanannya, shock yang ia terima dari tembakan dan rasa sakit yang mulai merambati seluruh tubuhnya hingga pada sel kejut di otaknya membuat Yoonoh jatuh terjerembab ke belakang. Senjatanya terlempar entah kemana dan ia meringis memegangi kakinya yang mengucurkan darah segar dari luka tembak serta rasa sakit yang berdenyut disana. Tentara Amerika yang tubuhnya tinggi besar itu berjalan mendekat. Penuh waspada dengan moncong senjata masih terarah pada Yoonoh, kepulan asap mengitari moncong yang baru saja menembakkan peluru itu.
Yoonoh mengerti, bahwa bila ia sudah berada di medan perang, seluruh hidup dan jiwanya untuk negara. Hidup dan mati ia abdikan untuk melindungi tanah kelahirannya. Menjadi seorang prajurit membuatnya sadar bahwa ia tak lagi bermain tembak tembakkan dengan pistol yang terbuat dari kayu yang dirangkai sendiri oleh Ayahnya, tertawa senang saat sepupunya memukul kakinya dengan senjata kayunya, seolah menembaknya. Rasanya ditembus peluru sangat menyakitkan, ia seperti sudah berada di ambang pintu kematian. Apalagi seorang tentara musuh membekuknya, senjata lurus dan yakin terarah padanya, kapan saja digunakan mengakhiri nyawanya.
Selama di markas besar tempatnya berlatih, ia selalu merapalkan kata bahwa ia tidak takut mati demi membela negara. Namun, di hadapan algojo dan ditengah pesakitan, Yoonoh meneteskan air matanya. Menangis di hadapan musuh. Bayangan akan orang tuanya yang menantinya pulang membuat matanya semakin basah dan tubuhnya gemetaran, ia sangat menyedihkan.
"Hey, apa itu sangat sakit?"
Suara berat dengan aksen Amerika di bahasa korea yang kaku yang dilontarkan oleh pria tinggi di hadapannya membuat Yoonoh mendongak. Satu air mata meluncur di pipi pucatnya yang kotor oleh lumpur, dihapus sebelum jatuh dari dagunya oleh jemari kasar dan besar tentara Amerika yang entah sejak kapan berjongkok di hadapannya. Topi yang menutupi kepalanya dilepas, rambut hitam kemerahan yang terbawa angin hutan teracak lembut. Iris madu mengunci pandangan iris coklatnya yang terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewind.
FanfictionJaehyun yang adalah profesor sejarah di sebuah universitas, menemukan surat cinta yang ditulis mendiang kakek buyutnya, Jung Yoonoh, seorang veteran prajurit perang kepada Suh Youngho, kekasihnya yang adalah tentara Amerika. Cinta terlarang yang tet...