17. Antara menenangkan dan janji

4.3K 529 1
                                    

Tekan bintangnya⭐️

|Happy Reading|







"Na, lo udah tau kalau Raisa ada di Indonesia?" Tanya Kevin. Sekarang mereka sedang berada di kantin, hanya bertiga. Vandika tidak ikut serta, karena ada keperluan di ruang osis.

"Tepat nya di Sma Krispa." Jawab Makana.

"Gue harap dia gak buat kekacauan lagi," harap Kevin.

"Gue harap dia gak nyamperin kita." Ucap Julio melihat Raisa yang berjalan ke arah meja mereka, dengan senyum yang mengembang. Makana dan Kevin sontak melihat ke arah pandangan Julio.

"Hai, gue boleh gabung?" Tanya Raisa yang sudah terlebih dulu duduk di samping Julio. Kevin dan Makana hanya diam tak menyahuti, sedangkan Julio sudah melotot ke arah Raisa.

"Mata lo kenapa?" Tanya Raisa tak mengerti arti tatapan Julio.

"Kok cuma bertiga, Vandika mana?" Tanya Raisa lagi, entah kepada siapa.

"Kalian masih marah? Maaf gue gak maksud buat ka–,"

"Bisa diem?" Tanya Makana dengan wajah dingin khas nya, tatapan tajam nya membuat Raisa otomatis diam.

"Gue cuma ma–,"

"Ih Ndik tungguin napa,"

"Tinggal jalan ribet amat." Ucap Vandika terkekeh melihat Syafa yang terus berusaha mengejarnya, padahal Vandika tidak berlari hanya berjalan. Tetapi terasa sulit bagi Syafa menyeimbangi langkah Vandika karena dirinya yang terkesan pendek.

"Iya Ndik juga dong, langkahnya jangan lebar lebar. Capek tau!" Ucap Syafa kesal.

"Dora emang langkahnya pendek ya?" Ucap Vandika meledek Syafa.

"Kayaknya Ndik emang suk–," ucapan Syafa terpotong kala Vandika tiba tiba berhenti di depannya.

"Awh," Syafa mengelus jidatnya yang terbentur pundak Vandika.

"Van!" Raisa segera bangkit dari duduknya dan langsung memeluk erat tubuh Vandika. Dan itu semua tak luput dari pandangan orang orang yang ada di kantin.

Vandika hanya terdiam, badan nya terasa kaku. Dia tidak membalas pelukan itu ataupun menolaknya. Matanya tetap mengarah ke depan, ke arah ketiga temannya.

"Asshh," Raisa menarik tangan nya dari pinggang Vandika, kala merasa tangannya sedikit nyeri. Tangannya seperti disentil oleh seseorang.

"Mbak ngapain peluk-peluk Ndik?" Ucap Syafa garang. Syafa yang menyentil tangan Raisa, Syafa merasa sedikit sebal dengan hal itu. Syafa pun menggeser tubuhnya yang semula tertutupi oleh badan Vandika.

"Lo siapa?" Tanya Raisa kepada Syafa. "Sepupu kamu ya Van?" Tanya Raisa kepada Vandika. Vandika tidak menjawab, ia lebih memilih berjalan menuju meja Makana, Kevin, dan Julio.

"Mbak kenapa meluk-meluk Ndik? Gak boleh tau!" Ucap Syafa menggembungkan pipinya.

"Berhenti manggil gue mbak, gue gak setua itu. Lagian apa hak lo ngelarang gue?" Tanya Raisa dengan raut menantang.

"Terus mbak punya hak apa nanya gitu ke Syafaquela Karina Louse?" Ucap Syafa menyipitkan matanya menatap Raisa.

Semua orang masih menatap Syafa dan Raisa, termasuk Vandika dkk. Kevin melipat kedua tangannya di dada memperhatikan Vandika, ia heran kepada Vandika. Ingin melerai, tetapi bingung ingin menenangkan yang mana. Dasar Vandika ck.

Syafa berjalan menuju meja Vandika, tapi tak disangka dirinya terjatuh karena Raisa yang memaksa tubuh Syafa agar berbalik ke arahnya. Karena Syafa yang tidak sigap menjaga keseimbangan tubuhnya, akhirnya tersungkur, dengan siku yang yang membiru dan sedikit lecet.

VanQuela [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang