Nanjiang adalah daerah barbar yang terletak di luar Dinasti Qing. Daerah ini dikelilingi oleh hutan tropis yang cukup lebat. Tak khayal, setiap orang yang pernah daerah ini pasti menemukan sesuatu yang mengandung racun. Baik itu tanaman, hewan, ataupun air.
Berbeda dari daerah barbar lainnya, Nanjiang dipimpin oleh seorang Penyihir Agung. Pemilihan Penyihir Agung bukan diturunkan berdasarkan silsilah kekeluargaan seperti Dinasti Qing. Penyihir Agung Nanjiang dipilih berdasarkan kemampuan mereka. Kemampuan fisik dan kepintaran. Calon Penyihir Agung terkadang dipilih oleh Penyihir Agung ketika mereka berumur belia.
Sekitar dua puluh tahun yang lalu daerah Nanjiang yang cukup beracun ini berhasil dikalahkan oleh Dinasti Qing. Sebagai perjanjian, Dinasti Qing meminta calon Penyihir Agung Nanjiang untuk dibawa ke ibu kota Dinasti Qing dan menjadi tahanan kota selama sepuluh tahun. Pada waktu itu calon Penyihir Agung bernama Wu Xi.
Setelah sepuluh tahun masa tahanan, Wu Xi kembali bersama seorang pria muda dari Dinasti Qing dan dinobatkan menjadi Penyihir Agung. Tidak hanya itu, dia berhasil bernegosiasi dengan Kaisar Dinasti Qing yang baru untuk melepaskan Nanjiang dari 'daerah di bawah Dinasti Qing'. Walaupun sudah tidak lagi menjadi 'daerah di bawah Dinasti Qing', Nanjiang dan Dinasti Qing tetap menjalani transaksi perdagangan dengan lancar.
"Lu Ta di mana Shifu-mu?" tanya pria muda yang berjalan masuk ke aula makan. Jing Beiyuan, pria yang dibawa lari oleh Wu Xi selama bertahun-tahun tidak menyebabkan kulitnya yang selembut sutra Dinasti Qing berubah sama sekali. Rakyat Nanjiang sendiri sangat menghormati Jing Beiyuan. Meskipun Penyihir Agung mereka tidak mengatakan apa pun, mereka menyakini bahwa pemilik gelar Lord Seventh ini merupakan pasangan dari Penyihir Agung.
"Shifu sedang menangani permasalahan administrasi daerah. Aku sudah lapar, Ayah," jawab Lu Ta yang sudah duduk menunggu Jing Beiyuan. Lu Ta adalah calon Penyihir Agung Nanjiang. Dia diangkat menjadi murid Wu Xi sejak berumur empat tahun dan menjadi anak angkat dari Jing Beiyuan. Saat ini dia berumur tujuh belas tahun, dia sudah belajar hal dari kedua 'orang tua' yang sangat perhatian kepadanya. Mulai dari pengobatan, pembuatan racun, siasat perang, sampai puisi-puisi Dinasti Qing.
Lu Ta memang penggabungan dari Penyihir Agung Wu Xi dan Lord Seventh Jing Beiyuan. Semua orang Najiang sependapat akan hal itu.
"Baik. Aku juga sudah lapar, tapi jangan lupa sisakan lauk dan sup untuk Wu Xi," ujar Jing Beiyuan. Dia duduk dan mengambil sumpit. Mereka makan dengan senang, sesekali Beiyuan menanyakan kegiatan Lu Ta di pagi hari. Beiyuan dan Lu Ta juga saling mengisi mangkuk pihak lainnya dengan lauk yang ada di meja.
Langkah kaki terdengar mendekat ke aula makan, Beiyuan dan Lu Ta mengira bahwa itu Penyihir Agung yang kembali untuk makan siang.
"Lapor kepada Lord Seventh dan Penyihir, di depan gerbang kediaman ada tiga pria datang untuk bertemu Lord Seventh. Dari pakaiannya ketiga orang tersebut sepertinya berasal dari Dinasti Qing," ucap penjaga kediaman Penyihir Agung.
"Ayah, siapa yang mencarimu di siang hari? Terlebih, orang dari Dinasti Qing." Lu Ta heran mengapa ada yang mencari ayahnya saat ini. Shifu-nya pernah mengatakan, "Selagi saya keluar, jaga Ayahmu! Khususnya dari orang-orang Dinasti Qing!"
Beiyuan melihat tatapan khawatir dari anaknya. Dia tahu apa yang dipikirkan Lu Ta. Tangan kanan Beiyuan yang tadinya menggenggam sumpit kini beralih mengusap pinggiran cangkir teh. "Siapa orang terhormat ini? Sampai datang jauh-jauh ke Nanjiang kita."
"Menjawab, Lord. Salah satu dari pria itu mengatakan bahwa dia teman lama Lord, Zhou Zhishu," jawab penjaga itu dengan sopan. Sebenarnya dia tangannya yang diletakkan di dada sudah berkeringat mendengar pertanyaan dari mulut pasangan Penyihir Agung itu.
"Zhou Zhishu? Kau, mengatakan itu Zhou Zhishu!? Apakah orang itu membawa botol labu di pinggangnya? Dia ditemani oleh pria dewasa dengan kipas putih di tangannya?" Beiyuan bertanya terus menerus. Memastikan bahwa orang yang datang ke kediamannya adalah sesuai dengan ada dalam pikirannya. Penjaga itu hanya menganggukkan kepala mendengar pertanyaan beruntun dari Beiyuan.
Lu Ta yang melihat perubahan ekspresi ayahnya menjadi bingung. "Ayah, apakah ini Zhou Zhishu yang pernah bertemu denganmu dan Shifu dua tahun yang lalu?"
Beiyuan mengiyakan pertanyaan Lu Ta. Dia menyuruh Lu Ta berhenti makan dan membawanya ke pintu gerbang. Beiyuan ingin menyambut temannya ini dengan sendiri.
Langkah mereka sedikit tergesa-gesa, akibat Beiyuan yang sangat bersemangat. Semakin mendekati pintu gerbang, Lu Ta melihat dengan jelas dua sosok yang tadi ditanyakan oleh ayahnya. Pria paling tinggi memiliki kulit yang halus, sehalus ayahnya, dengan kipas di tangan. Pria di sebelahnya sekilas terlihat tegas dengan labu botol yang terikat di pinggangnya.
Namun, ada satu sosok lagi di samping kedua pria itu. Sosok itu Lu Ta yakini berusia dibawahnya, tetapi jarak usia tidak terlalu jauh. Memiliki mata yang berbinar jernih dan wajah yang indah. Di mata Lu Ta, orang tersebut terlihat seperti binatang kecil berbulu yang harus dimanjakan. Calon Penyihir Agung ini mulai merasakan musim semi di hatinya.
Mungkin ini yang dikatakan Ayah, 'Seperti melihat pohon willow yang menggetarkan hati anak muda'. Sangat cocok untukku sekaran!" batin Lu Ta.
Tbc.
Write: 15032021
#NoEdit
KAMU SEDANG MEMBACA
My Puppy Love
FanfictionFan Fiction dari novel Priest (Qiye dan Tian Ya Ke) Kisah cinta masa remaja yang dialami oleh generasi kedua. Lu Ta, murid dari Wu Xi dan anak angkat dari Jing Beiyuan (Qiye) jatuh cinta pandangan pertama dengan remaja yang dibawah oleh teman lama...